Oleh Sabrina Cintamia *
semarak.co-Sebagai karyawan Ancol yang belum sama sekali punya jabatan penting, mimpi bisa berbincang dengan Komisaris itu hal yang paling mustahil (begitu kira-kira dalam pikiran saya).
Walaupun sering sekali diceritakan bagaimana sosok Komisaris Gaul Ancol, Bapak Geisz Chalifah dalam pandangan sahabat – sahabat saya, saya belum sama sekali berani bermimpi untuk bisa bertemu beliau.
Sebagian besar orang mungkin mengenal beliau sebagai sosok yang galak, tegas, atau not friendly enough begitu kesan yang tercipta bila melihat beliau via TV nasional maupun Media Sosial.
Tapi siapa sangka beliau sangat perhatian terhadap nasib Ancol, karyawan dan lingkungan sekitarnya, bahkan kebaikannya gak cuma sampai di situ, beliau banyak membantu orang di luar sana.
Murid – murid dari Sekolah Rakyat Ancol telah banyak di bantu beliau untuk menggapai cita-citanya. Ada pula karyawati (waitress), yang “dipaksa” olehnya untuk menyelesaikan studi S1, karena Pak Geisz mengetahui kecerdasan karyawati tersebut yang tak melanjutkan kuliah karena persoalan biaya.
Ada pula security juga seorang perempuan tenaga alih daya yang direkomendasikannya untuk mengikuti pendidikan setara SMA paket C. Mereka itu selama ini ada namun seperti tak terlihat, namun mata batinnya komisaris yang satu ini selalu peka.
Setiap yang bertemu siapapun dari kami akan ditanyakan bagaimana anak atau keluarganya dan tentu saja tentang sekolah bagi yang masih muda-muda. Kami baru mengetahuinya setelah sebagian dari mereka (karyawan Ancol) menulis tentang Pak Geisz di akun facebooknya.
Bagi beliau pendidikan adalah cara untuk meningkatkan taraf hidup orang lain. Dia tak mengenal kompromi untuk yang satu itu. Di situasi seperti sekarang ini memang lebih membutuhkan sosok yang memiliki Humanity.
Beliau bisa diajak diskusi dan menerima dengan terbuka segala ide tapi tak akan bisa dan tak akan mau kompromi bila menyangkut pendidikan. Dalam hal pendidikan beliau tak cuma memberi saran tapi meminta data dan ikut mengurusnya lalu setiap bulan menanyakan progresnya.
Melalui ide-ide beliau, Ancol hari ini semakin menawan. Salah satunya, ada Nyiur Resto dengan view keindahan laut lepas ketika sunset datang. Ada Symphony of The Sea, lokasi instagramable favorit anak muda. Bahkan nanti akan ada satu-satunya Masjid Apung di Jakarta.
Kini, sudah ketiga kalinya saya bertemu beliau, anyway, sejauh mata memandang hanya beliau yang suka sekali ngajak bertukar pikiran dengan karyawan Ancol. Saya rasa seluruh orang yang berbincang dengan beliau rata-rata adalah orang Ancol, beliau sangat suka mendengarkan ide dan gagasan, bahkan beliau tidak segan-segan untuk belajar dari kami si Anak Muda.
That’s the real leader! paling tidak itu yang terlintas di pikiran saya. Sosok yang pantas untuk saya jadikan panutan. Satu hal lainnya bila bertemu beliau adalah selera humornya yang tak ada habisnya. Suasanapun menjadi cair tanpa sekat dan tentu saja membuat kami semakin respek.
Jujur, saya tidak memiliki begitu banyak ide, tapi saya suka sekali mendengar perbincangan luar biasa mengenai ide, gagasan, atau apapun. Topik yang sangat menarik untuk saya, untuk saya bisa belajar lebih banyak.
Daripada saya mendengar orang membicarakan orang lain. (ahh.. bukan untuk umur saya lagi!) Sesi perbincangan dengan beliau memang gak bisa hanya sebentar, dari satu topik ke topik lainnya, dan semua yang saya dengar itu adalah ilmu.
Harus berani menulis apapun!
Memang dari dulu saya bercita-cita menjadi dosen, guru, tenaga pengajar atau apapun, entah mengapa ketika saya menyampaikan sesuatu selalu ada perasaan lega di hati saya. Beberapa kali saya diberikan kesempatan untuk menyampaikan materi presentasi marketing untuk edutaiment di Dunia Fantasi, and i really enjoyed it!
Karena itu, saya bener-bener suka mendengar, belajar sesuatu yang baru yang memang saya gak tau, gak mengerti, belajar nulis saja baru, dan belajar apapun dari siapapun. Sebelumnya saya sudah tidak ingin melanjutkan tulisan dan blog ini karena menurut saya buat apa? Gak ada yang baca, lebay, apa sih bahasanya standar, kata orang-orang.
Tapi, Pak Geisz bilang, menulis itu harus dimulai dari sekarang, “bodo amat gak ada yang baca, yang penting mulai menulis.” Well, keberanian untuk menulis dan belajar saat ini, Pak Geisz lah yang memberanikan diri saya.
Dan semoga suatu saat saya atau apapun yang saya tulis bisa lebih bermanfaat untuk orang banyak, untuk perusahaan tempat saya bekerja, untuk kedua orang tua saya dan orang-orang yang saya kasihi.
Semoga tulisan ini menjadi kesaksian dan bukti bahwa orang baik selalu ada.
Terima Kasih Pak Geisz.
*) Penulis adalah Marketing Sales Dunia Fantasi Ancol