Fraksi Gerindra Protes, Mata Acara Pembacaan Doa Dicoret Ketua MPR Zulhas

Ketua MPR Zulkifli Hasan bersama para wakil MPR Ahmad Muzani, Hidayat Nur Wahid, Mahyudin, Oesman Sapta Odang, Ahmad Bazarah dan Muhaimin Iskandar menggelar Sidang paripurna akhir Akhir Masa Jabatan anggota MPR periode 2014-2019, Jumat (27/9/2019) di WIB di Gedung Nusantara, Komplek MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta. Foto: indopos.co.id

Fraksi Partai Gerindra memprotes tindakan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan (Zulhas) yang mencoret mata acara pembacaan doa pada sidang tahunan MPR terakhir di komplek DPR/MPR, Jumat pagi (27/9/2019).

Wakil Ketua Fraksi MPR/Wakil Ketua Komisi 8 DPR Faaksi Gerindra Sodik Mudjahid mengeluarkan pernyataan sikap yang menjadi pesan berantai. Dalam pernyataannya, Sodik merinci, Fraksi Gerindra memprotes dan mengecam Zulhas yang menghapus mata acara pembacaan doa dalam sidang terakhir MPR periode 2014/2019, Jumat siang (27/9/2019).

Sebagai salah satu lembaga tinggi NKRI dengan dasar Pancasila, lanjut Sodik, MPR seharusnya menjadi teladan pengamalan budaya religi Pancasila seperti pembacaan doa. Apalagi dalam persidangan teralhir dari masa bakti selama 5 tahun.

Anggota MPR adalah wakil rakyat, dari DPD dan DPR seluruh Indonesia, sangat layak dan berkeinginan, memanjatkan doa sebagai rasa syukur, permohonan bimbingan dan kekuatan sekaligus  permohonan maaf kepada Allah Tuhan yang masa kuasa.

“Mata acara pembacaan doa sudah berlangsung puluhan tahun sejak berdirinya MPR. Untuk itu, beberapa pimpinan dan anggota Fraksi Gerindra MPR melakukan walk out (WO) dari persidangan,” tuntas Sodik dalam rilis yang diterima salah satunya WA Group Jurnalis Kemenag, Jumat malam (27/9/2019).

Pernyataan sikap yang sama disampaikan anggota Fraksi Partai Gerindra Rahayu Saraswati D. Djojohadikusumo. Menurut Saraswati, pagi ini, kejadian yang cukup mencengangkan terjadi di Rapat Sidang Akhir Masa Jabatan MPR RI 2014-2019. Rasa kecewa, sedih, marah bercampur aduk.

“Kemarin (Kamis, 26/9/2019), saya mendapatkan kabar oleh pimpinan Fraksi MPR Partai Gerindra bahwa saya diberikan tugas untuk membacakan doa di sidang dan forum lembaga tertinggi negara hari ini Jumat (27/9/2019).

Jujur, lanjut Saraswati, dia kaget dan sangat gugup sampai badan gemeteran karena tekanan yang luar biasa menyadari bahwa ini artinya akan adanya perempuan pertama dan nonmuslim pertama akan membacakan doa di sidang terhormat ini.

“Saya terkagum akan pimpinan saya yang laki-laki dan muslim Elnino M. Husein Mohi, yang telah berani mengajukan saya kepada para pimpinan yang lainnya untuk tugas mulia ini dan akhirnya disepakati dan didukung penuh,” kutip Saras, yang merupakan keponakan Prabowo Subianto.

Ini menjadi cermin keadilan sosial dan Bhinneka Tunggal Ika yang hidup dan nyata, lanjut dia, bangga menjadi bagian dari sejarah. “Saya kerjakan dan tuliskan doa sampai pukul: 02:00 WIB dini hari,” kenang Saraswati dalam pernyataan sikapnya yang menjadi pesan berantai, terutama di kalangan wartawan, seperti WA Group Jurnalis Kemenag.

“Saya ingin memastikan doa ini bisa menggambarkan harapan kami para wakil rakyat untuk Indonesia ke depan, yang berfokus pada 4 konsensus dasar Negara, yaitu Pancasila, NKRI, UUD NRI 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika,” imbuhnya.

Pagi hari setiba di ruang rapat, lanjut Saraswati, dirinya didatangi Ketua dan Sekretaris Fraksi Gerindra yang memberikan kabar kalau Ketua MPR yang terhormat melayangkan keberatan.

“Saya ajukan jika beliau keberatan karena saya perempuan, silahkan anggota legislatif laki-laki Kristiani yang lain yang bacakan doa yang sudah saya tuliskan. Namun dengan demikian pun, akhir kabar, doa dihapus dari rundown acara doa yang menjadi bagian resmi dari sidang MPR RI,” keluhnya.

Begitu kagetnya dan sakit hatinya dia atas perlakuan ini dan kenyataan di forum lembaga tertinggi negara ini, di mana merupakan tugas kita sebagai benteng pertahanan persatuan bangsa ini, untuk membumikan 4 konsensus dasar negara, justru perwakilan perempuan dan nonmuslim tidak diberikan ruang untuk membacakan doa untuk bangsa dan negara yang kita cintai ini.

Saat Indonesia Raya dinyanyikan, air mata tidak tertahankan lagi. “Setelah saya jelaskan di medsos group fraksi, para pimpinan mendukung sikap saya dan dimulai dari Bapak Sufmi Dasco dan Bapak Heri Gunawan, lalu saya, kami jalan keluar sebagai sikap kami pada pemikiran pimpinan siding,” kenangnya.

Air mata tak kunjung berhenti dengan setiap langkah yang diambilnya berjalan keluar dari sidang penutup masa jabatan saya sebagai anggota MPR RI. “Pertanyaan saya kepada Bapak Zulkifli Hasan yang saya hormati, apakah yang bermasalah karena saya perempuan? Atau karena saya nonmuslim?” tutup rilisnya. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *