Direktur Utama DL Arham Sakir Torik mengatakan, berdirinya kantor baru tersebut semata-mata untuk memperbaiki layanan. Dengan itu pula, DL menunjukkan perseroan telah mulai menjalankan kembali roda bisnisnya usai dinyatakan telah di ambang kebangkrutan.
“Ini adalah salah satu bentuk aktualisasi Djakarta Lloyd bahwa Djakarta Lloyd sekarang sudah kembali sehat dan dia sudah bisa untuk berkiprah membantu bangsa dan negara ini,” ujar Arham, di temui di kantor yang baru diresmikannya, di Vinilon Building, Jalan Raden Saleh Raya, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Dia berharap agar pembukaan kantor baru tersebut mampu meredam masalah dan gejolak yang ada di tubuh perseroan. Secara bertahap, DL diyakini mampu mewujudkan harapan pemerintah dalam menurunkan biaya logistik.
Arham membeberkan, langkah kembalinya roda bisnis DL terlihat dari pengembangan sistem informasi berbasis Information Communication and Technology (ICT). Pengembangan ICT dilakukan dengan membangun platform logistik dan supply chain berbasis cloud melalui sinergi antarperusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Yang jelas berdirinya kantor ini adalah salah satu kebutuhan terbaik dari Djakarta Lloyd terkait dengan masalah. Dengan ini ke depan kita akan coba membantu pemerintah dalam proses penurunan ongkos logistik, terutama di wilayah Indonesia timur,” tuturnya
Melalui pembukaan kantor baru itu pula DL akan menunjukkan usaha yang terbaik dalam menjalankan kembali roda bisnisnya. “Perusahaan ini berdiri semata-mata dari negara dan untuk negara. Dan ini adalah salah satu wujud kita coba lakukan yang terbaik untuk melayani stakeholder dan klien kami,” pungkas Arham.
Sebagai informasi, petaka DL memuncak di awal 2011 karena tak lagi mendapatkan penghasilan akibat armada kapal yang rusak dan perlu biaya besar untuk perbaikan. Di tahun yang sama, sebagian armada yang menjadi penopang bisnis perseroan terpaksa disita pengadilan akibat utang yang semakin menggunung.
Sebenarnya DL telah mencatatkan kerugian sejak 1997. Kerugian DL terus membengkak, hingga akhirnya pada Maret 2012 perseroan mengalami kerugian sebanyak Rp1,2 triliun dan tak mampu membayar gaji karyawan selama 14 bulan dengan total nilai sebesar Rp36 miliar.
Pada 2015, DL mulai merintis kembali hingga akhirnya mencatatkan laba bersih Rp9,7 miliar per September 2015. Kerja sama dan sinergi antarperusahaan dilakukan DL agar tak terpuruk terlalu dalam. Salah satu kerjasamanya adalah dengan PT PLN dalam distribusi batu bara di wilayah Sumatera.(lin)