Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan ke-12 RI HM Jusuf Kalla (JK) mengkritik Sumatera Barat (Sumbar) yang disebutnya kehilangan tokoh dan sosok ulama, karena sudah tidak ada lagi ulama besar yang lahir dari daerah itu. JK membandingkan dulu sangat mudah menjumpai ulama Minang di masjid-masjid Jakarta, namun sekarang sangat sulit.
semarak.co-“Mohon maaf. Sumbar kehilangan sosok ulama. Dahulu di Jakarta, tahun 50-an atau 60-an, kalau ada jumatan di 10 masjid, maka 8 di antaranya khatibnya adalah orang Minang. Sekarang, mencari khatib orang Minang di Jakarta tidak mudah lagi,” kata JK di gedung DPRD Provinsi Sumbar, Selasa (4/10/2022) dilansir minanews.net/ tuesday, 4 October 2022 – 14:33 WIB.
JK hadir dan berpidato dalam Rapat Paripurna Istimewa dalam rangka Hari Jadi ke-77 Provinsi Sumatera Barat. Menurutnya, dari sisi ulama, kondisi Minang hari ini sangat berbeda dengan masyarakat Bugis. “Saya diberitahu Pak Gubernur kemarin ada Ustadz Das’ad Latif datang berceramah. Penceramah nasional itu sekarang lebih banyak orang Bugis dibanding orang Minang,” ungkapnya.
Dilanjutkan Ketua umum PMI dan DMI ini, “Ustadz siapa yang diundang ke mana orang Minang? Orang Minang tidak ada lagi. Orang Bugis ada terus. Ada Das’ad, Muhammad Nur Maulana, Quraisy Shihab, dan lain sebagainya. Yang menonjol sekarang juga Ustadz Abdul Somad. Batubara. Dari Sumatera Utara yang besar di Riau,” rincinya.
Padahal, terang JK, yang mengajar orang Bugis itu soal Islam adalah orang Minang. Yang membawa Islam dan mengislamkan orang Bugis semuanya dari Minang. “Datuak Ribandang. Kalau tidak ada orang Minang, mungkin orang Bugis tidak memahami Islam dengan baik. Bahkan bisa jadi tidak Islam,” tambah Kalla.
Karena itu, menurut JK perlu ada upaya memajukan kembali tingkat pengetahuan keagamaan ulama dan ustad yang banyak, mengembalikan marwah itu dari orang Minang. “Ulama orang Minang tidak ada lagi. Padahal dulu kalau mau belajar agama, datang ke Thawalib, datang ke Padang Panjang,” sindir pengusaha Bugis ini.
Dilanjutkan JK, “Sekarang tidak ada lagi yang berpikir datang ke Padang Panjang. Paling ke Padang Panjang orang pergi makan sate (Mak Syukur). Kenapa terjadi? Karena sekarang terbalik. Orang Minang belajar sekolah agama sekarang pergi ke Gontor. Jadi ini yang harus diperbaiki.” (net/min/smr)
sumber: minanews.net di WAGroup ANIES GUBERNUR DKI (postSelasa4/10/2022/ayani)