Wapres Ma’aruf Pesan Jangan Terkoyak Akibat Pilpres, Prof Haedar: Kita Diajari di Muhammadiyah Jangan Cari Jabatan

Ketua umum PP Muhammadiyah Profesor Haedar Nashir. Foto: minangkabaunews.com

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menilai, Muhammadiyah perlu reformasi organisasi dan kaderisasi. Walaupun sudah terbilang modern, tapi harus semakin beradaptasi dengan informasi teknologi (IT) yang semakin canggih.

semarak.co-Dia melihat, pemilihan dalam tanwir maupun muktamar full e-voting sudah menjadi pelopor pertama organisasi yang menerapkan sistem tersebut. Sekaligus, kembali membuktikan Muhammadiyah tidak pernah cemas dengan hal-hal negatif yang ada.

Bacaan Lainnya

Sebab, Haedar mengingatkan, di balik sistem itu ada kepercayaan, ada amanah dan ada integritas warga, kader dan pimpinan Muhammadiyah maupun Aisyiyah. Sebagai pimpinan, dia juga merasa, tidak ada yang abadi, termasuk posisi dan jabatan.

“Kita diajari di Muhammadiyah jangan mencari jabatan, sekali diberi amanah tunaikan dengan baik, dan ketika tidak diberi amanah tetap berkhidmat,” kata Haedar, Jumat (18/11/2022) dilansir republika.co.id, Jumat 18 Nov 2022 19:55 WIB.

Pesan itu meniscayakan gelombang baru penerimaan SDM yang begitu rupa harus kita beri jalan ke depan. Ada 64 persen milenial z dan post z yang alam pikirnya beda bahkan mulai ragu tentang agama dan keberadaan organisasi keagamaan itu sendiri. “Di situ pentingnya kaderisasi dan pengembangan sumber daya manusia yang harus terencana sebaik-baiknya,” ujar Haedar.

Kemudian, dia mengingatkan, integrasi amal usaha harus dilakukan Muhammadiyah. Sebab, amal usaha merupakan modal besar yang tidak dimiliki organisasi lain, dan ketika amal usaha maju, persayrikatan maju, persyarikatan maju, dan amal usaha maju.

Muhammadiyah, lanjut Haedar, dihargai karena kekuatan amal usaha yang inklusif untuk semua. Ketika yang lain bicara Islam rahmatan lil alamin, Muhammadiyah senantiasa membuktikan lewat amal-amal usaha, Islam memang hadir untuk semua.

Haedar menekankan, kekuatan ekonomi bisa sangat mempengaruhi politik. Karenanya, dia berpendapat, melalui kekuatan ekonomi yang kuat inilah umat Islam justru dapat pula diangkat martabatnya jadi umat yang yadul ulya (tangan di atas). “Insya Allah, kita akan mampu menggerakkan itu, secara sistemik, perlahan tapi pasti tanpa perlu cara-cara instan,” kata Haedar.

Selain itu, ada peran keumatan kebangsaan dan kemanusiaan semesta, yang mana Muhammadiyah membangun keseimbangan. Sehingga, umat bisa maju, bangsa bisa maju, sekaligus peran-peran kesemestaan (global) bisa dijalankan secara tersistem.

Haedar meyakini, dengan peran-peran besar itu akan mampu menjalani peran-peran strategis Muhammadiyah ke depan. Sebab, selain modal besar sudah Muhammadiyah miliki, semua dibingkai prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah yang membumi.

Dengan begitu, Muhammadiyah mampu mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamin tanpa tercerabut dari keislaman dan keindonesiaan. Cerah mencerahkan, lalu bermartabat, menjadi uswah hasanah, membawa kemajuan Muhammadiyah untuk esok.

“Dengan semangat yang sama, mari kita jadikan muktamar besok tetap menjadi bermartabat, uswah hasanah dan membawa kemajuan bagi umat dan bangsa,” ujar Haedar.

Di bagian lain kabar terbaru terkait Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin berpesan agar warga Muhammadiyah tidak terkoyak saat pemilu serentak pada 2024. Dikabarkan bahwa Wapres menyampaikan hal tersebut saat menutup Muktamar ke-48 Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah dan Aisyiyah.

“Saya harapkan agar pemilu yang akan datang, baik pilpres maupun pileg tidak mengoyak keutuhan dan persatuan kita. Beda partai, beda capres sebaiknya juga tidak membelah keutuhan bangsa ini,” kata Wapres Ma’ruf di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah, Minggu November 21, 2022.

Dilanjutkan Wapres Ma’ruf, “Seperti yang sering saya katakan beda partai kita katakan ‘lakum partaiukum walana partaina’, kalau beda capres ‘lakum capresukum walana capresuna’, capres anda capres anda, capres saya capres saya, apalagi sama-sama Muhammadiyah.”

Menurut Wapres, salah satu tantangan terberat yang sedang dihadapi bangsa Indonesia adalah krisis multidimensi akibat pandemi dan konflik internasional. “Kita berjuang untuk pulih, karena sejatinya kita hanya dapat berbicara tentang kemajuan apabila kita mampu pulih dari krisis yang menghadang sekarang,” ungkap Wapres.

Artinya, persatuan dan kesatuan menjadi modal pertama dan utama bagi bangsa Indonesia untuk memenangkan pertarungan ini. “Mari kita rawat bersama dengan senantiasa mengedepankan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah dalam interaksi sosial kita,” ungkap Wapres dilansir duniaberita.

Wapres Ma’ruf menambahkan bahwa dakwah Islam moderat juga harus terus dijalankan dengan komitmen yang tidak pernah luntur. “Karena Islam wasathiyah adalah identitas umat Islam Indonesia. Belum lama ini rombongan Majelis Hukama al Muslimin mengatakan model toleransi di Indonesia perlu dijadikan model toleransi di tingkat global.

Mereka menyampaikan datang ke sini bukan untuk mengajari Indonesia tapi belajar dari peradaban Indonesia dan saat ini bukan saatnya tulisan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, tapi saatnya bahasa Indonesia diterjemahkan ke bahasa Arab. Artinya model perdamaian Indonesia, menurut Wapres, menjadi model yang sedang dipelajari di tingkat global. (net/dun/rep/smr)

 

sumber: duniaoberita.com dari antaranews.com di WAGroup NKRI DAMAI TANPA PKI

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *