Vaksin Tidak Jamin Kebal Virus, Menkes Budi: Enggak Ada Pandemi Selesai Setahun, Pasti 5-10 Tahun

Pelaksanaan program vaksinasi bagi pekerja di sektor pelayanan publik termasuk industri pariwisata di Bali yang bekerja sama Kementerian Kesehatan, Grab Indonesia, dan Good Doctor dalam tangkapan layar aplikasi video conference webinar bertajuk Vaksin Datang, Pariwisata Gemilang dari Jakarta yang dihadiri Menparekraf/Baparekraf Sandiaga Uno. Foto: humas Kemenparekraf

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menghadiri pemberian vaksinasi pada 2.500 lansia secara gratis oleh Keluarga Besar Kolese Kanisius Jakarta di area sekolah Kolese Kanisius, Menteng Raya, Jakarta Pusat, Selasa (9/3/2021).

semarak.co-Penyuntikan vaksin covid-19 secara gratis oleh Keluarga Besar Kolese Kanisius Jakarta itu dimulai Senin (8/3/2021) hingga Sabtu (13/3/2021). Menkes Budi Gunadi mengatakan studi ilmiah menunjukkan tidak ada pandemi dan epidemi global yang berakhir dalam kurun waktu setahun, termasuk pandemi Covid-19.

Bacaan Lainnya

Untuk itu, kata dia, pandemi selalu menuntut perubahan perilaku masyarakat. Cara utama mengatasi pandemi, kata Budi, selalu sama yakni dengan mengurangi laju penularan.

“Pandemi itu enggak ada yang selesai setahun, pasti lima tahun, sepuluh tahun, secara ilmiah begitu,” ujar Budi dalam dialog yang digelar Kagama UGM bertajuk “Aku Siap Divaksin” secara daring (dalam jaringan), Minggu (14/3/2021) seperti dilansir tempo.co, pukul: 18:58 WIB.

Dalam hal ini, kata dia, ada empat strategi rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pertama, menjalankan protokol kesehatan.  Kedua, strategi surveillance, yakni mendeteksi siapa yang terinfeksi, kemudian menelusuri lagi siapa yang telah tertular, lalu diisolasi.

Upaya ini dilakukan pemerintah dengan menerapkan strategi 3T, yakni Testing, Tracing, dan Treatment. Ketiga, vaksinasi Covid-19 dengan skema prioritas berbasis risiko. Dan keempat, perawatan yakni ketersediaan rumah sakit dan lainnya.

“Jadi, nomor satu, tolong taati protokol kesehatan. Vaksin itu nomor tiga. Empat strategi ini harus dijalankan bersamaan. Untuk itu, saya tak bosan mengingatkan masyarakat bahwa protokol kesehatan tetap sangat penting meskipun vaksinasi sudah berjalan,” pesannya.

Semakin rendah laju penularan, semakin berkurang pula beban fasilitas kesehatan, fatality rate semakin menurun. Berdasarkan data statistik di seluruh dunia, kata Budi, tercatat dari 100 orang yang terinfeksi Covid-19, 80 persen sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.

Sedangkan 20% masuk rumah sakit dengan rincian 5 persen masuk ruangan intensive care unit (ICU), dan yang fatality rate 2 persen. Menurut Menkes, banyak penyakit lain yang lebih tinggi fatality rate-nya daripada Covid-19. Misalnya kanker paru ataupun tuberkulosis.

“Jadi setiap kali pandemi sebenarnya dari dulu sampai sekarang cara menanganinya sederhana, bagaimana kita bisa mengurangi laju penularan agar mampu kapasitas layanan kesehatan kita menangani,” tuturnya.

Mengutip Beritabatavia.com, Sabtu (13/3/2021), selain berupaya memenuhi ketersediaan vaksin untuk mewujudkan herd imunnity,  Pemerintah juga diminta benar-benar memastikan penyimpanan dan distribusi vaksin telah sesuai aturan yang yang ditentukan. Agar kualitas vaksin tetap terjaga dan manfaat vaksin lebih maksimal.

Pakar imunisasi, Dr Elisabet Zein Supardi, mengatakan, pada masa pandemi virusnya masih inkubasi, sementara orang yang divaksin adalah orang bebas.  Sehingga tidak ada jaminan seratus persen setelah divaksin akan kebal dari virus.

Sebab bisa saja sudah divaksin kekebalan tidak terbentuk, lantaran kualitas vaksin tidak baik akibat penyimpanan dan pendistribusiannya salah. Kemudian karena cara penyuntikannya tidak tepat dan beberapa hal lain yang bisa menjadi penyebab.

“Supaya penyimpanan dan distribusi vaksin benar-benar baik agar kualitas vaksin tetap terjaga,” kata Dr Elisabet Zein Supardi dikutip Beritabatavia.com yang dilansir melalui WAGroup Guyub PWI Jaya, Minggu (14/3/2021).

Menurut Elisabet, manfaat imunisasi baru dapat dilihat setelah satu bulan sejak suntikan vaksin ke dua. Suntikan pertama hanya untuk merangsang memori sel, setelah suntikan kedua baru ada pembentukan anti bodi, dan satu bulan kemudian baru ada kekebalan tubuh.

Juru bicara Vaksin Covid-19, Siti Nadia Tarmizi, membenarkan, bahwa vaksin tidak menjamin seratus persen seseorang bebas atau kebal dari virus Covid-19. Sebab,meskipun sudah divaksin, seseorang masih ada risiko terpapar atau terinfeksi virus Covid-19.

“Perlu dipahami bersama,meskipun kita sudah divaksinasi Covid-19, masih ada risiko terpapar virus Covid-19. Namun tentunya, vaksin ini akan dapat mengurangi sakit berat,” kata Siti Nadia Tarmizi.

Menurutnya, pemerintah sudah menetapkan pemberian vaksin dua kali dosis penyuntikan seperti yang saat ini sedang dilaksanakan. Sebab sistim kekebalan tubuh atau imun membutuhkan waktu lewat paparan yang lebih lama.

Sementara suntikan pertama belum membentuk kekebalan, sehingga dibutuhkan suntikan kedua untuk membentuk antibodi secara optimal. “Suntikan yang kedua berfungsi sebagai booster untuk membentuk antibodi secara optimal,” papar Siti Nadia.

Dan imunitas ini, kata Siti, baru akan terbentuk secara baik, setelah 3 minggu suntikan kedua. “Meski sudah divaksinasi seseorang masih bisa terinfeksi virus covid-19, maka harus tetap displin melaksanakan protokol kesehatan 3M, tambahnya.

Sebelumnya Pemerintah telah menetapkan vaksin virus corona yang diproduksi 6 lembaga berbeda untuk program vaksinasi di Indonesia. Adapun, keenam jenis vaksin yang ditetapkan itu diproduksi PT Bio Farma, AstraZeneca China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech dan Sinovac Biotech Ltd.

Vaksin Sinovac telah lebih dahulu masuk ke Indonesia pada Minggu, 6 Desember 2020, kemudian disusul oleh Vaksin Astrazeneca yang baru saja tiba di Indonesia pada Senin, 8 Maret 2021. (net/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *