Pandemi Covid-19 telah membuat puluhan juta pelaku UMKM bangkrut. Butuh kolaborasi agar pilar utama ekonomi nasional ini tidak runtuh. Pandemi yang berlangsung lebih dari satu tahun ini telah memberikan dampak yang luar biasa bagi pelaku usaha.
semarak.co-Dampak paling besar dirasakan oleh para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM. Seperti yang dialami Budi Hasibuan, pemilik CV Gaharu Plaza Indonesia, pengusaha UMKM di bidang makanan dan minuman yang berada di Pekanbaru Riau. Pandemi telah membuat usahanya babak belur.
Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) (social distancing) membut omset usahanya turun drastis bahkan nyaris tidak ada pemasukan sama sekali. Budi Hasibuan kesulitan memasarkan produknya karena pasar ditutup. Orang bepergian dibatasi serta anjloknya daya beli konsumen.
“Tidak hanya saya, hampir semua pelaku usaha makanan dan minuman di Pekanbaru bernasib sama,” ujar Budi dalam menyampaikan testimoni sebagai UMKM yang mendapat pendampingan PT Jamkrindo pada acara webinar Kilas Sukses Jamkrindpreneur di Jakarta, Rabu (9/6/2021).
Tak ingin menyerah oleh keadaan, Budi pun terus berikhtiar agar usahanya itu mampu bertahan di tengah kondisi yang sulit ini. Budi merupkan salah satu mitra UMKM dari PT Jamkrido.
BUMN ini bergerak di bidang penjaminan kredit, khususnya kredit yang dikucurkan untuk UMKM. Sejatinya Jamkrindo tidak hanya memberikan penjaminan, namun juga membantu UMKM mengembangkan usahanya.
Kepala Divisi Manajemen Resiko dan Pemeringkatan UMKM, Konsultasi Manajemen PT Jamkrindo (Persero) Ceriandri Widuri mengatakan, pihaknya juga memberikan pendampingan agar pelaku UMKM dapat mengembangkan bisnisnya hingga usahanya tetap survive dan bahkan bisa naik kelas.
Budi Hasibuan pun mendapat arahan, bimbingan dan pelatihan saat pandemi. Intinya ia diarahkan oleh Jamkrindo untuk membuat produk yang dibutuhkan konsumen saat pandemi.Maka terciptalah Bandrek Raja Kuat dan Teh Herbal Holisti.
Dua produk ini diposisikan (positioning) sebagai minuman yang mampu meningkatkan imunitas tubuh. Tak pelak, dalam waktu singkat produk ini laris diburu konsumen. “Kini outlet kami sudah mencapai puluhan di sekitar Riau,”ujar Budi penuh semangat.
Berkat pendampingan dan penjaminan dari Jamkrindo, usaha ini pun berhasil mendapatkan kucuran kredit sebesar Rp40 juta. Diakui oleh Budi, berkat sentuhan Jamkrindo, ia bisa bangkit dari keterpurukan, mampu mengembangkan usahanya hingga seperti sekarang ini.
Jamkrindo juga memupuk jiwa entrepreneur Budi, hingga mampu berinovasi tak mudah menyerah di saat susah. Budi boleh jadi UMKM yang beruntung, mampu bangkit di saat sulit. Padahal, jutaan UMKM lainnya di negeri ini tidak seberuntung dirinya.
Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun mengatakan, 30 juta UMKM bangkrut akibat kebijakan pembatasan sosial di tengah pan¬demi. Menurutnya, hanya tersisa sekitar 34 juta unit usaha wong cilik atau berkurang hampir 50% dari posisi tahun 2019 sebanyak 64 juta unit usaha.
Seperti diketahui, UMKM punya peran penting dalam perekonomian nasional. Di saat Krismon 1998, dari kontribusi para pengusaha kecil ini mampu menopang ekonomi Indonesia. Kini sebaliknya, saat pandemi, UMKM menjadi pelaku bisnis yang paling terpukul.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani menjelaskan sebeleum pandemi UMKM memberi kontribusi yang besar terhadap PDB, yakni mencapai 60%. UMKM juga mampu menyerap 96% tenga kerja. BPS mencatat pada Februari 2020 total jumlah tenaga kerja di Indonesia mencapai 137,91 juta.
Mengacu pada data tersebut, maka jumlah tenaga kerja yang terserap ke sektor UMKM sebanyak 133,7 juta. Terpuruknya UMKM akibat pandemi, jelas membuat kondisi ekonomi Indonesia merosot. Sebelum pandemi, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada 2019 mencapai 5,2%.
Saat pandemi tiba, sepanjang 2020 pertumbuhan ekonomi merosot hinga minus 2,07%. Memasuki Kuartal I-2021, pertumbuhan ekonomi masih di bawah permukaan, yakni minus 0,74%.
Direktur Utama Jamkrindo Putrama Wahju Setyawan mengatakan begitu besarnya kontribusi UMKM kepada pendapatan negara, maka pemulihan ekonomi nasional sangat tergantung pada kebangkitan UMKM.
Itu sebabnya, tak ada jalan lain, pemerintah harus sekuat tenaga, membantu UMKM yang tersisa untuk tidak bangkrut. Mulai dari memberikan subsidi, keringanan mencicil kredit, pengurangan pajak, membantu pengembangan kapasitas usaha, hinga memberikan penjaminan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartato menegaskan dari sisi anggaran, menyelamatkan UMKM saat pendemi menjadi prioritas pertama Pemerintah. Buktinya saja pada Tahun 2020 Pemerintah telah mengucurkan dana Rp123,46 triliun untuk membantu UMKM.
Tahun ini sekitar Rp49 triliun disiapkan untuk menyelamatkan UMKM dari kebangkrutan.
PT Jamkrindo, sebagai perusahaan penjaminan milik pemerintah juga punya andil membantu UMKM di tengah kesulitan.
Perseroan ikut terlibat dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui penjaminan kredit modal kerja untuk UMKM. Program ini dijalankan pemerintah sebagai stimulus untuk menggerakkan perekonomian nasional.
Di Tahun 2021 ini nilai penjaminan dari program PEN oleh Jamkrindo sepanjang Januari-April (Kuartal I-2021) mencapai Rp4,5 Triliun. Jumlah pengusaha yang dijamin dalam program ini mencapai 952.000 pelaku UMKM. Sebagai perbandingan tahun 2020 lalu, saat PEN diluncurkan dalam periode Juli-Agustus 2020, volume penjaminan PEN mencapai Rp8,8 triliun.
Nilai penjaminan PEN masih terus meningkat karena UMKM sangat membutuhkan dukungan pemerintah untuk melakukan pemulihan (recovery). Sementara itu, untuk penjaminan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) Total Volume Penjaminan KUR dari Januari hingga April 2021 mencapai Rp40.6 Triliun.
Direktur Bisnis Penjaminan Jamkrindo Suwarsito menambahkan, Jamkrindo telah memberi penjaminan usaha UMKM senilai Rp 420 triliun kepada 17,75 juta UMKM sepanjang periode 2007 hingga April 2021.
Naik Kelas Tidak Gampang
Pandemi masih terus berlanjut dan belum ada yang mampu memperkirakan dengan pasti kapan akan berakhir. Bagi Jamkrindo yang kini memasuki usia 51 tahun, 2021 menjadi tahun yang penuh tantangan.
Di tengah kondisi seperti ini, Putrama Wahju Setyawan menegaskan, pihaknya tetap berkomitmen mendukung dan membantu UMKM tidak hanya dalam penjaminan namun juga mendorong untuk naik kelas.
Bagi pegusaha kecil jangankan untuk naik kelas, mampu bertahan di saat pandemi saja sudah sangat susah. Namun tidak ada yang tidak mungkin bagi yang ingin terus berusaha. Seperti Ibu Harianti pengusaha UMKM di Makasar, yang bergerak di bidang jasa konstruksi dan perdagangan.
Kegigihannya untuk mendapatkan kucuran kredit dari bank, mempertemukannya dengan Jamkrindo. Penjaminan yang diterimanya dari BUMN ini plus berbagai masukan yang diterimanya, membuat usaha yang ditekuninya itu makin berkembang.
Penjaminan yang diterimnya dari Jamkrindo, membuat kepercayaan dari mitra bisnisnya makin meningkat. Ibu Harianti kini bahkan sudah bisa melebarkan sayap bisnisnya hingga di luar kota Makasar.
Harianti menceritakan, dukungan yang diterimanya dari Jamkrindo tidak hanya membuat kepercayaan klien meningkat, tapi juga telah membantu dirinya bisa tetap mempekerjakan karyawannya di saat pandemi.
Berkembangnya usaha setelah berkolaborasi dengan Jamkrindo juga dirasakan oleh Ibu Ive, pengusaha Susu Kedelai. Kredit KUR yang diterimanya berkat penjaminan dari Jamkrindo membuat omset usahanya kini mencapai 30 juta per bulan. Padahal saat memulai usaha, ia hanya punya modal Rp 1 juta.
Jamkrindo menurut Emanuel Tamaluru, juga telah mampu meningkatkan kepercayan diri dari petani mete yang ada di desanya. Emanuel merupakan Ketua Kelompok Tani Mete Antonio Desa Ile Padung, Flores Timur, Nusa Tengara Timur.
Dukungan dari Jamkrindo bukan saja telah membantu dalam hal permodalan, namun juga memutus mata rantai sistem ijon yang sebelumnya dikenal petani. Sistem ijon inilah yang membelenggu petani mete didesanya hingga tak bisa berkembang dan sulit untuk sejahtera.
Padahal, setiap tahun didesanya itu menghasilkan ribuan ton mete. Pelatihan dan pendampingan yang diberikan oleh Jamkrindo membuat petani memiliki ketrampilan untuk mengolah biji mete menjadi kacang mete.
Jaringan pemasaran juga dibantu di buka oleh Jamkrindo. Hasilnya omset kelompok Tani Mete Antonio meningkat pesat dari hanya Rp30 juta per bulan kini mencapai lebih dari Rp300 juta per bulan. “Kehadiran Jamkrindo telah mengubah prilaku petani mete di desa kami,”ujar Emanuel.
Diakui oleh Ceriandri Widuri untuk mendongkrak agar UMKM naik kelas bukan perkara gampang. Menurutnya hingga kini ada sekitar 16 ribu UMKM yang mendaftar dalam UMKM Layak.
Ini merupakan platform yang dikembangkan Jamkrindo untuk mengumpulkan data base pelaku UMKM agar bisa diperingkat. Sehingga nantinya bisa diketahui profil UMKM tersebut hingga bisa dikatakan layak naik kelas.
Nah dari 16 ribu UMKM yang telah mendaftar, yang memberikan datanya secara lengkap baru sebanyak 2.600. Dari UMKM ini belum bisa ditentukan apakah sudah naik kelas atau sebaliknya. “Sebab mereka belum memperbaharui data yang sudah diberikan,” kata Ceriandri.
Sekretaris Perusahaan PT Jamkrindo Abdul Bari dalam sambutannya mengatakan, berbagai kendala dan tantangan yang harus dihadapi Jamkrindo menurut makin menguatkan komitmen perseroan.
Di usianya yang telah lebih dari setengah abad ini, klaim Abdul Bari, Jamkrindo akan senantiasa hadir untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk melindungi para pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya ditengah tantangan pandemi Covid-19.
“Jamkrindo memiliki komitment tinggi untuk terus memacu UMKM naik kelas melalui berbagai upaya untuk mendorong, meningkatkan kapasitas yang kuat sebagai elemen penting dalam kebangkitan ekonomi nasional,” ujar Abdul Bari lagi.
Membangkitkan ekonomi nasional dengan memberdayakan UMKM bukan hanya tugas dari Jamkrindo semata. Apa yang telah dilakukan BUMN ini semoga saja mampu menjadi inspirasi bagi BUMN atau perusahan swasta besar lainnya untuk memperkokoh UMKM, sebagai salah satu pilar utama ekonomi nasional. (smr)