Program studi (Prodi) Sastra Inggris dan Sastra Indonesia Universitas Pamulang (Unpam) akan menggelar seminar nasional di Lt 8, Kampus III Viktor Unpam, Tangerang Selatan, Rabu (24/10) nanti, pukul 08.00 WIB hingga selesai.
Seminar yang mengangkat tema Facing Challenges in Implementing Great Ideas in Linguistics, Literature, and Language Teaching in Digital Era menampilkan para pakar bahasa dari berbagai universitas.
Selain keynote and plenary speaker Prof. I Dewa Putu Wijaya dari Universitas Gajah Mada (UGM) pembicara pleno lain, Furqanul Aziez dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Habbibullah Akbar (Universitas Esa Unggul), Andreas Akun (Universitas Bina Nusantara-Binus). Sedangkan dua orang dari internal, yaitu Dekan Sastra Unpam Hj. Djasminar Anwar dan Kepala Prodi Sastra Indonesia Moh Ramdon Dasuki.
Dekan Sastra Unpam Hj. Djasminar Anwar mengatakan, seminar nasional kesembilan yang diadakan Prodi Sastra Inggris dan Sastra Indonesia ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman, terutama mahasiswa.
Selain dosen dan peserta seminar umum tentunya. Di mana tema yang diangkat sudah sangat aplikatif, lanjut Djasminar, yaitu dalam terjemahan bebasnya kira-kira: Menghadapi Tantangan dalam Menerapkan Ide Besar dalam Linguistik, Sastra, dan Pengajaran Bahasa di Era Digital.
“Adapun isi seminar tentang pengembangan dan penggunaan bahasa yang baik di era milenial ini. Bagaimana kita menghadapi tantangan dan aplikasi seperti apa yang dapat kita bagi pada masyarakat. Baik itu linguistic, sastra, dan pengajaran bahasa,” ungkap Djasminar di kampus III Viktor Unpam, baru-baru ini.
Baca: http://semarak.co/unpam-gelar-festival-sastra-dengan-harapan-jadi-wadah-pengembangan-sastra/
Menurut Djasminar, sentuhan dari era digital atau milenial dikarenakan pemakaian bahasa dan kritik sastra itu sudah berbeda jauh dengan zaman dulu. “Kalau zaman dulu, fokusnya si kritikus yang menganalisa karya sastra itu, dirasakan ruwet oleh masyarakat penggemar milenial atau era digital sekarang ini. Sehingga susah untuk dipublikasikannya karya-karya sastra,” ungkap Djasminar yang juga dosen di Prodi Sastra Inggris.
Sedangkan di era digital sekarang ini, lanjut dia, publikasinya tidak lagi formal. Karena maraknya media social (medsos) yang menjadi alat publikasi simple, cepat, dan terbuka pada pembaca siapa saja.
“Jadi seminar ini ingin menawarkan bahasa dan karya-karya sastra yang kontekstual pada era milenial, tapi tidak kebablasan akibat ruang yang bebas mengekspresikan apa pun. Baik pengalaman pribadinya, dari fakta yang di sekitarnya,” ujarnya.
Baca: http://semarak.co/krisis-kritikus-sastra-gugah-mahasiswa-sastra-unpam-dengan-gelar-festival-sastra/
Publikasi di medsos itu, nilai dia, bisa menggabungkan subjek-subjek apa saja. “Kalau zaman dulu, terlihat hanya satu subjek saja yang dianalisa. Sekarang bebas mempublikasikan di medsos atau online karyanya, seperti puisi yang berisi dari pengalaman pribadinya, masalah pribadinya, dan lain-lain,” papar dosen yang akrab disapa Mom Djas.
Setelah di share, lanjut Mom Djas, orang akan bisa member komentar. “Nah, isi komentar-komentar ini tergantung isi pikiran si pengomentarnya yang memang diberi ruang medsos secara bebas. Sehingga mereka jadi bagian dari kritikus juga. Ujungnya, ini bikin bergairah sekali dalam pembahasan sastra di era milenial ini.
Seminar nasional semacam ini, kata dia, merupakan agenda rutin sekali setahun diadakan Umpam. “Setiap tahun tentu ada perubahan atau pembeda. Sehingga isi seminar up to date. Walaupun seminar yang tahun ini bisa dikatakan seperti tindak lanjut dari tahun kemarin, ya? Karena tahun kemarin isinya tentang kritik sastra terkini secara umum. (lin)