Syabab Hidaytullah adalah Wasathiah Solusi Eksrimisme Pemikiran

Sekretaris Dewan Pertimbangan Pimpinan Umum (DPPU) Hidayatullah Hamim Thohari mengatakan, melihat bagaimana perkembangan masyarakat yang begitu masif tentu ada tugas besar yang menyelimuti para pemuda saat ini. Sikap Wasathiyah, kata Hamim, bisa menjadi menjadi solusi di tengah maraknya konflik yang ada di masyarakat.

“Kesalahan dalam berfikir akan berakibat pada kesalahan bertindak,” ujar Hamim, membuka sesi pertama seminar yang penuh semarak di Hotel Sofyan, Cut Meutia, Jakarta Pusat, Kamis (2/2). Pemateri lain, Mufti negeri Perlis Malaysia Mohd Asri Zainul Abidin dan serta di moderatorin Teguh Iman Perdana. Tampak hadir jajaran pengurus Dewan Pengurus Pusat (DPP) dan Dewan Mudzakarah (DM) dan beberapa aktivis kampus Hidayatullah.

Penulis buku Mecerdaskan Hati ini, dalam isi materinya lebih banyak menyingung sikap- sikap Wasathiyah, seperti dalam dimensi Aqidah, dimensi Syariah, dan dimensi Akhlak. “Ketiga dimensi inilah yang perlu dipahami secara mendalam dan tentunya dapat di aplikasikan dalam bermuamalah,” ujar Hamim dihadapan tamu undangan berbagai gerakan pemuda, seperti Pemuda Muhamadiyah, Gerakan Pemuda Anshor, Himpunan Mahasiswa Islam, Wahdah Islamiyah dll.

Adakah terlalu mendesak, ketika agama lain menganggap Islam agama teroris? Bagaimana sikap umat muslim menyikapi anggapan seperti itu? Belajarlah kepada masyarakat dunia ketika Presiden Amerika Donald Trump membuat peraturan bahwa umat Islam dilarang berkunjung ke Amerika. “Coba perhatikan reaksi penduduk dunia mereka dengan lantang menyuarakan pembembelaan hak- hak umat manuasia. Walaupun mereka nonmuslim. Berbagai kegiatan demontrasi dilakukan dipenjuru dunia melakukan pembelaan terhadap agama Islam. Ini menandakan bahwa dunia masih waras,” imbuh Madya di awal sambutan sesi kedua.

Sikap kita di kalangan masyarakat, lanjut dia, tentunya harus menggambarkan kewashatan (sikap pertengahan) jangan melampaui batas. “Ada tiga perkara yang mesti dihadapi Akhlul ilmu, pewaris ilmu. Pertama menentang golongan pelampau, kedua menentang golongan yang suka menambah-nambah (bid’ah) ketiga menentang golongan penakwil yang bodoh yang jauh dari pada hakikat akal,” rincinya.

Mohd Asri Zainal Abidin atau yang lebih falimiar di negeri Jiran dengan singkatan (Maza) memberikan begitu banyak contoh sikap wasathiyah di kalangan ulama. Memberikan sedikit singgungan akankah ada negeri, kota yang Islam atau mungkinkah ada orang yang bisa membuat kota yang lebih Islam dari kota nabi? semua itu menjadi sangat sulit untuk direalisasikan.

Di akhir perbincangan beliau memberi nasihat kepada para peserta kepada umat Islam secara umum. “Kita harus memperbaiki diri kita terlebih dahulu jika ingin dihormati oleh nonmuslim. Selain itu marilah kita memberikan tontonan yang indah kepada dunia, kepada manusia.

Di akhir seminar Hamim mengingatkan, tugas kita adalah bagaimana kita bisa menampilkan diri sebagai manusia terbaik yang dilahirkan. “Seperti sabda Nabi, Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Menampilkan diri sebagai muslim, tunjukan kepada dunia ini bahwa kita ini adalah umat washatan (pertengahan). Mari kita tunjukan keindahan itu,” tuntasnya. (zim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *