Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengkritik hasil survei Indikator Politik Indonesia. Fadli mengatakan, survei sekarang banyak tidak akurat. Bukan tanpa alasan Fadli berkata demikian.
Menurut dia, metodologi survei dipakai itu mungkin perlu dievaluasi. Apalagi, di era media sosial sekarang, ketika masyarakat mempunyai banyak sekali informasi yang langsung.
“Ya survei-survei ini kan hanya indikator ya. Saya seringkali mengatakan, sekarang ini banyak sekali survei-survei itu sudah tidak akurat,” kata Fadli di gedung DPR, Jakarta, Rabu (9/1).
Dia lantas mencontohkan survei Pilkada Jawa Barat 2018, pasangan yang diusung Partai Gerindra Sudrajat-Akhmad Syaikhu, hanya diposisikan memperoleh enam hingga tujuh persen. Namun dalam kenyataannya pasangan itu memperoleh 29%.
Begitu pun Pilkada Jawa Tengah. Pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah disurvei hanya memperoleh 10 persen. Namun dalam kenyataannya pasangan ini memperoleh 42%.
“Jadi harusnya mereka ini, lembaga-lembaga survei ini, malu ya. Karena mereka gagal-gagal terus. Kalau di luar negeri sih sudah membubarkan diri karena persoalan integritas,” kata wakil ketua DPR ini.
Selain itu, Fadli menambahkan, selama ini lembaga survei di Indonesia tidak membuka siapa sebetulnya yang menjadi penyandang dana atau membayar mereka. “Menurut saya, penting deklarasi siapa yang membayar lembaga survei ini. Pasti ini terkait pajak, terkait juga terhadap pemasukan bagi negara,” ujarnya.
Sebenarnya, nilai dia, perlu ada pengaturan terhadap lembaga-lembaga survei karena selama ini kerap memberikan informasi yang tidak akurat.
“Jadi, kalau dikatakan ada semacam undecided voters dan sebagainya, padahal kalau dalam survei kami sudah tidak lagi lagi. Mereka ini (undecided voters) juga mendukung Pak Prabowo,” katanya.
Berdasar hasil survei internal Koalisi Adil Makmur, jarak elektabilitas sudah sangat tipis. Karena itu, dia yakin, Januari 2019 ini, Prabowo-Sandi bisa melampaui dan unggul. “Jangankan tiga bulan, bulan ini pun sudah pasti terkejar. Maret akan semakin solid dan akan semakin kompak. Saya kira ini akan memperkuat kemenangan Bapak Prabowo-Sandi,” pungkasnya.
Pengamat Politik Rocky Gerung menilai elektabilitas pasangan sebelah terus mengalami pengkeroposan. Mantan Dosen Filsafat Universitas Indonesia (UI) ini menilai, kondisi tersebut terjadi lantaran perilaku tim suksesnya sendiri.
“Saya melihat dikeroposi timnya sendiri. Karena, tiap kali para buzzer menyerang saya, elektabilitasnya turun nol koma sekian persen per detik. Karena mereka menyerang personal, bully, dan fitnah,” ujar Rocky saat menjadi pembicara di dalam topik ‘2019, Adios Jokowi?’ di Kantor Seknas Prabowo-Sandi, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/1).
Rocky juga mengaku heran dengan pendukung petahana yang kerap menyerang secara personal. Padahal penurunan elektabilitas Jokowi, kata dia, tak bisa lagi dibendung oleh para pendukungnya.
“Jadi, apa yang mau ditampilkan dalam debat nanti? Seluruh prestasi yang diklaim oleh rezim hanya pertumbuhan 5 persen, di bawah SBY. Kalau di bawah presiden yang sebelumnya berarti tidak lulus,” cetusnya.
Di sisi lain, Rocky juga mengkritik pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah yang dinilai tak tepat sasaran. Menurut dia, alokasi dana infrastruktur banyak mengorbankan sektor lain yang dinilainya tak kalah penting.
“Yang jelas, hak emak-emak untuk kesehatan rahim, hak itu tergerus karena ada hak jalan tol untuk menerima aspal dari iuran emak-emak kepada BPJS,” pungkasnya. (lin)
sumber: jpnn.com