Sajak di Dalam Puisi

Ilustrasi. Foto: dokpri

Karya Harris Priadie Bah

semarak.co – sajak ini kupuisikan

Bacaan Lainnya

untuk kata-kata yang telah kehabisan kata

 

puisi ini kusajakkan

dengan kata-kata

yang kuambil dari rahimnya

 

bagaimana bisa

kata dirampok oleh kata-kata

yang dilahirkan dari rahim yang sama

kata yang sejatinya dibuahi oleh cinta dan perjuangan

 

sajak ini

barangkali tak pernah ada

kalau puisi yang dilahirkannya

tak pernah menganggapnya ada

 

namun puisi ini hadir juga

puisi yang dilahirkan

oleh bukan kegelisahan

sebagaimana sajak-sajak

yang telah kupuisikan

namun oleh ketidak-mengertian

yang boleh jadi juga

semacam kecelakaan

 

puisi ini

semacam anak suci

yang dibenci kelahirannya

oleh sajaknya sendiri

 

dan selepas dilahirkan

sang penyairnya kebingungan

akan makna yang dimaksudkan kata-katanya

 

“republik di dalam republik”

awal sajak ini tiba pada ketidak-mengertiannya

yang memuarakannya kemudian

ke lobang lebih dalam lagi

 

sajak ini dipuisikan

bersebab sang penyairnya

memang gampangan bereaksi

atas dan atau oleh peristiwa

yang membuatnya simpati dan antipati

 

darimana datangnya pikiran gila itu

hingga kuasa melakukan kegilaan

yang tak mungkin bisa dipahami

oleh kewarasan akal waras

 

“republik di dalam republik”

adalah luapan kata

yang tak terpermaknai maknanya

oleh sang penyair fakir ini

 

baginya

republik ini hanya satu

yang banyak adalah publik

yang memang mensyaratkan sahnya

sebuah negeri disebut republik

 

lalu mengapa ada

“republik di dalam republik”

 

???

??

?

 

kalau bukan gagasan gila

maka yang mengkehendakinya adalah orang-orang gila

 

republik ini milik rakyatnya

bukan kepunyaan nenek moyang satu orang saja

 

sesiapa pun anda

yang mengikhtiarkan kegilaan itu

engkau telah gila

sebelum dilahirkan ke dunia

sudah gila

sebelum kewarasan tiba

 

apa pun niatan

di balik ini gagasan

membawa kabur dan menyelundupkan

sesuatu yang tidak halal

keluar dan ke dalam negeri

 

aku

sang naga kata dari timur

akan hadir dalam mimpi-mimpi kalian

yang bahkan tak diingini oleh tidur kalian

yang paling nyenyak sekalipun

 

aku akan tak henti

meludahi muka kalian

dengan kata-kataku

yang bagai api

kalau bukan air comberan

 

hangus

hanguslah kalian

dengan air comberan

yang tak bisa dikeringkan

 

basah

basahlah kalian

dengan api

yang tak bisa dipadamkan

 

28 November 2025

 

(Puisi ini ditulis dari kasus yang menyeruak soal bandara ilegal yang ada dan dibangun di Morowali, Sulawesi)

Pos terkait