Mantan karyawan Facebook mengungkapkan kepada Senat Amerika Serikat (AS) bahwa situs dan aplikasi perusahaan itu merugikan anak-anak, memicu perpecahan, dan melemahkan demokrasi kita.
semarak.co-Frances Haugen, karyawan Facebook yang menjabat manajer produksi berusia 37 tahun menjadi whistleblower (pelapor pelanggaran) mengkritik keras perusahaan tersebut dalam sebuah dengar pendapat di Capitol Hill.
Facebook telah menghadapi pengawasan yang terus meningkat dan tuntutan yang terus bertambah terkait regulasinya. Sebagai pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg membalas kritikan itu dengan menyebutnya sebagai gambaran palsu dari perusahaannya.
Dalam sepucuk surat kepada anak buahnya, dia mengatakan banyak klaim tidak masuk akal. Dia kemudian merujuk pada upayanya dalam memerangi konten berbahaya, menerapkan transparansi, dan menciptakan “riset mendalam guna mengatasi masalah-masalah penting ini.
“Kami sangat peduli dengan isu-isu seperti keselamatan, kesejahteraan dan kesehatan mental. Sulit untuk melihat adanya penilaian yang tidak tepat dalam menggambarkan pekerjaan dan tujuan kami,” kata Zuckerberg dalam sebuah surat yang dipublikasikan di halaman Facebook-nya, dilansir viva.co.id/Rabu, 6 Oktober 2021 | 13:06 WIB dari bbc.com
Perusahaan ini mengatakan mereka memiliki 2,7 miliar pengguna aktif setiap bulan. Ratusan juta orang juga menggunakan produk perusahaan lainnya, termasuk WhatsApp dan Instagram. Tapi semuanya tidak luput dati kritik, mulai dianggap gagal melindungi privasi penggunanya hingga tidak melakukan cukup banyak upaya untuk menghentikan penyebaran disinformasi.
Haugen mengatakan kepada CBS News pada Minggu bahwa dia sudah membagikan sejumlah dokumen internal Facebook kepada Wall Street Journal dalam beberapa pekan terakhir. Zuckerberg, dalam suratnya, mengatakan penelitian tentang Instagram telah disalahartikan dan banyak anak muda memiliki pengalaman positif menggunakan platform tersebut.
Dengan menggunakan dokumen tersebut, WSJ melaporkan bahwa penelitian yang dilakukan atas Instagram menunjukkan bahwa aplikasi tersebut dapat membahayakan kesehatan mental anak-anak perempuan. Hal itu adalah tema yang dilanjutkan Haugen selama kesaksiannya pada Selasa (6/10/2021).
“Kepemimpinan perusahaan tahu bagaimana membuat Facebook dan Instagram lebih aman, tetapi tidak akan membuat perubahan yang diperlukan karena mereka telah menempatkan keuntungan mereka setinggi langit di atas kepentingan masyarakat,” ujar Haugen.
Dia mengkritik Mark Zuckerberg karena memiliki kendali luas, dengan mengatakan bahwa tidak ada orang yang saat ini meminta pertanggungjawaban Mark selain dirinya sendiri. Dan dia merasa bersyukur atas gangguan pada layanan Facebook pada hari Senin, yang mempengaruhi para penggunanya di seluruh dunia.
“Kemarin kami melihat Facebook mengalami gangguan dan tak bisa diakses. Saya tidak tahu mengapa itu terjadi, tapi saya tahu selama lebih dari lima jam, Facebook tidak digunakan untuk memperparah perpecahan, mengacaukan demokrasi, dan membuat remaja putri dan kaum perempuan merasa buruk tentang tubuhnya,” ucapnya.
Jawabannya, katanya kepada para senator, adalah pengawasan kongres. “Kita harus bertindak sekarang,” katanya.
Zuckerberg, dalam suratnya, mengatakan penelitian tentang Instagram telah disalahartikan dan banyak anak muda memiliki pengalaman positif menggunakan platform tersebut. Tapi dia berkata “sangat penting bagi saya bahwa segala sesuatu yang kita bangun aman dan baik untuk anak-anak”.
Perihal gangguan teknis pada hari Senin (4/10/2021), dia mengatakan kekhawatiran lebih mendalam bukanlah berapa banyak orang yang beralih ke layanan kompetitif atau berapa banyak uang yang hilang, tapi apa artinya bagi orang-orang yang mengandalkan layanan untuk berkomunikasi dengan orang yang dicintai, menjalankan bisnisnya, atau mendukung komunitas mereka.
Frances Haugen mengkritik Mark Zuckerberg karena memiliki kendali luas, dengan mengatakan, tidak ada orang yang saat ini meminta pertanggungjawaban Mark selain dirinya sendiri. Baik senator Republik dan Demokrat pada Selasa bersepakat bahwa dibutuhkan perubahan pada perusahaan terserbut – hal yang langka antara kedua partai politik tersebut.
“Kerusakan kepentingan pribadi dan harga diri yang ditimbulkan oleh Facebook saat ini akan menghantui satu generasi. Big Tech sekarang menghadapi momen kebenaran yang mengejutkan dari perusahaan raksasa tembakau,” kata Senator Demokrat, Richard Blumenthal, merujuk pada bagaimana perusahaan tembakau menyembunyikan efek berbahaya dari produknya.
Rekannya dari Republik, Dan Sullivan mengatakan dunia akan melihat ke belakang dan bertanya, “apa yang kita pikirkan?” mengingat pengungkapan tentang dampak Facebook pada anak-anak.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah rapat dengar pendapat ini, Facebook mengatakan pihaknya tidak setuju dengan “karakterisasi Haugen atas banyak isu yang dia ungkapkan”.
Tapi Facebook setuju sudah saatnya mulai membuat aturan standar di dunia internet. Sudah 25 tahun sejak aturan mengenai internet diperbarui, dan alih-alih mengharapkan industri membuat keputusan sosial yang menjadi milik legislator, sekarang saatnya Kongres bertindak,” demikian bunyi pernyataan itu.
Akhirnya, Partai Republik dan Demokrat di Kongres memiliki sesuatu yang dapat mereka setujui – Facebook dan ancaman yang diyakini akan ditimbulkan. Selama kesaksian pelapor yang dilindungi (whistleblower) Frances Haugen pada Selasa, para senator di sisi kiri dan kanan menyatakan keprihatinan bahwa raksasa media sosial itu terlalu besar dan terlalu kuat.
Mereka memiliki contoh yang berbeda dalam pikiran, tentu saja. Politikus Partai Demokrat, Amy Klobuchar, khawatir bahwa algoritma perusahaan itu mempromosikan jenis pandangan ekstremis yang memicu serangan 6 Januari lalu di Gedung Capitol.
Adapun politikus Ted Cruz dari Partai Republik menyoroti apa yang dia lihat sebagai penyensoran atas sudut pandang konservatif oleh Facebook. Lainnya fokus pada bukti bahwa Facebook mengabaikan penelitiannya sendiri bahwa Instagram berdampak buruk pada kesehatan mental gadis remaja.
Harapan terbaik Facebook pada saat ini mungkin adalah bahwa lawan-lawan mereka terpecah belah tentang tindakan terbaik untuk mengatasi masalah ini; bahwa gravitasi politik, pada akhirnya, menegaskan kembali dirinya sendiri.
Para pimpinan Facebook memiliki waktu terbatas untuk merespons penilaian para anggota Senat. Namun mereka ingin menghindari konsensus politik yang menjadi jawaban atas masalah Facebook, sama dengan yang diterapkan pada kasus Bell telephone pada 1980-an.
Frances Haugen mengkritik Mark Zuckerberg karena memiliki kendali luas, dengan mengatakan bahwa “tidak ada orang yang saat ini meminta pertanggungjawaban Mark selain dirinya sendiri.”
Mengutip CNN Indonesia.com | Rabu, 06/10/2021 02:16 WIB/Rusia pada Selasa (5/10/2021) mengancam mengenakan denda besar terhadap Facebook. Ancaman diberikan karena Rusia menganggap Facebook telah berulang kali mengabaikan permintaan mereka untuk menghapus konten yang dilarang.
Regulator media negara itu Roskomnadzor mengatakan mereka telah menyusun protokol baru untuk menghukum raksasa media sosial AS itu karena berulang kali gagal menghapus informasi yang berbahaya bagi warga baik di Facebook dan Instagram.
Dalam protokol itu, mereka mengatur denda sebesar 5 hingga 10 persen dari pendapatan tahunan Facebook jika tetap mengabaikan permintaan menghapus konten yang dilarang. Meskipun demikian, mereka tidak merinci apakah itu pendapatan yang dijadikan acuan untuk menjatuhkan denda itu adalah yang diperoleh di Rusia atau di seluruh dunia.
Tapi, menurut harian bisnis Vedomosti, Facebook menghasilkan puluhan miliar rubel di Rusia per tahun. Roskomnadzor menyatakan pengadilan akan segera menentukan kapan sidang terhadap Facebook akan digelar. “Jumlah pasti denda juga akan ditentukan oleh pengadilan,” kata regulator media dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari AFP, Selasa (5/10/2021).
Rusia secara teratur mengambil tindakan hukum terhadap platform internet karena tidak menghapus konten yang dilabeli ilegal, seperti materi pornografi atau postingan yang menyetujui narkoba dan bunuh diri.
Rusia tahun ini juga memperketat kontrol atas perusahaan teknologi yang berbasis di AS, menuduh mereka mencampuri urusan dalam negeri negara itu. Sebelum langkah itu dilakukan, Rusia sebenarnya telah mendenda Facebook sebesar 90 juta rubel (US$1 juta) untuk berbagai hukuman, termasuk tidak menghapus konten yang dilarang.
Sebagai informasi, pada Januari lalu, Rusia menuntut agar jejaring sosial menghapus posting yang menyerukan orang Rusia untuk bergabung dalam protes guna mendukung kritikus Kremlin yang dipenjara Alexei Navalny. Tuntutan mereka sampaikan dengan dalih mencegah anak di bawah umur untuk ikut dalam aksi tersebut. (net/cnn/viv/smr)