Dalam RUPS tahun ini, manajemen memaparkan capaian kinerja perusahaan sepanjang 2016. Tahun 2016 lalu, Phapros berhasil meningkatkan kinerjanya baik dari sisi penjualan maupun laba. Adapun penjualan tahun 2016 mencapai Rp 816 miliar. Atau naik 18% dibanding 2015, sebesar Rp 691 miliar. Kontributor terbesar penjualan Phapros berasal dari segmen OGB. Di mana kontribusi dari penjualan obat generik tahun 2016 mencapai Rp396,5 miliar. Atau sekitar 49% dari total penjualan.
“Di sisi laba, perseroan mencatatkan pertumbuhan sebesar Rp 87 miliar atau naik 38% dibandingkan tahun 2015. Pertumbuhan kinerja yang dialami Phapros tersebut berada jauh di atas pertumbuhan rata-rata industri farmasi nasional sebesar 7,5%,” ujar Barokah Sri Utami, yang akrab disapa Emmy, Direktur Utama PT Phapros dalam rilisnya, Kamis (30/3).
RUPS tahun ini juga menyepakati pembagian dividen sebesar Rp43,5 miliar. Atau 50% dari laba bersih perusahaan kepada pemegang saham. Untuk terus meningkatkan performanya, tahun ini Phapros menyiapkan berbagai rencana strategis. Diantaranya adalah dengan meluncurkan 8 ampai 10 produk baru sepanjang 2017 untuk kategori obat generik dan etikal untuk mencapai target penjualan yang telah ditetapkan, yakni sebesar Rp 1 triliun.
“Khusus obat generik, Phapros memproyeksikan pertumbuhan penjualan sebesar 46% tahun ini atau Rp580 miliar dari target penjualan Rp 1 triliun. Tak hanya itu, Phapros juga membidik pertumbuhan laba bersih sebesar 16% di tahun 2017 ini,” ujar Emmy.
Selain dari sisi penjualan dan laba, Phapros juga memiliki beberapa aksi perusahaan lainnya, seperti penerbitan Medium Term Notes (MTN) sebesar Rp 200 miliar untuk mengoptimalisasi pabrik dan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 290 miliar. Di mana sebagian dari nilai capex dan MTN tersebut akan digunakan untuk menambah kapasitas produksi dan mendanai pembangunan pabrik baru di Ungaran, sedangkan sisanya menggunakan dana internal perusahaan.
Berdasarkan pengumuman resmi yang dikeluarkan LKPP pada awal Maret lalu, Phapros juga menjadi salah satu pemenang tender e-katalog untuk proyek BPJS Kesehatan. Ada 41 jenis obat yang dimenangkan Phapros dengan nilai mencapai Rp 498 miliar atau 16% dari total nilai yang ditawarkan, yakni sebesar Rp 3 triliun. “Diantara 41 jenis produk tersebut, Tablet Tambah Darah menjadi penyumbang nilai terbesar, yakni Rp 150 miliar,” jelas Emmy.
Tak hanya dari sisi finansial, tahun ini Phapros juga menargetkan PROPER emas serta terus berupaya untuk melakukan efisiensi energi agar kelestarian alam tetap terjaga. (lin)
Sekilas PT Phapros, Tbk
PT Phapros, Tbk adalah perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia yang didirikan sejak 21 Juni 1954. Dengan komposisi saham sebesar 56.57% dimiliki oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) sedangkan sisanya dimiliki oleh publik. Sebagai perusahaan yang sangat berkomitmen tinggi terhadap standar kualitas, Phapros telah mendapatkan sertifikasi CPOB sejak tahun 1990 serta sertifikat ISO 9001 pada 1999 (yang telah ditingkatkan menjadi Sertifikat ISO 9001 versi 2008), Sertifikat ISO 14001 pada 2001 (yang telah ditingkatkan menjadi ISO 14001:2004), Sertifikat OHSAS 18001:2007 pada 2010, dan Sertifikat ISO 17025 dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk Laboratorium Kalibrasi. Saat ini Phapros memproduksi lebih dari 300 item obat, diantaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri dan salah satu produk unggulan Phapros yang menjadi pemimpin pasar di katagorinya adalah Antimo.