Dalam sambutannya Didik mengatakan, sinergi ini berksud untuk memastikan bahwa BUMN benar-benar hadir dan berkontribusi bagi terwujudnya program-program pemerintah, salah satunya dalam bidang pangan, yaitu pemenuhan kecukupan konsumsi protein hewani nasional. Didik menambahkan, saat ini tingkat konsumsi protein hewani nasional masih berada di bawah standar kecukupan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia sebesar 53,91 gram per kapita per tahun, sementara standar kecukupan konsumsi protein berada di angka 57 gram.
“Misi besar kami, pengembangan usaha sekaligus memastikan ketersediaan sumber protein hewani yang mampu dijangkau masyarakat luas. Kami melihat potensi yang besar dalam sinergi ini. Berdikari telah ditunjuk Kementerian BUMN sebagai pelaksana tugas pengembangan industri peternakan, sementara RNI punya pengalaman di bidang peternakan serta memiliki lahan yang luas dan representatif untuk industri peternakan,” papar Didik.
Sebagai bentuk tindak lanjut dari sinergi ini, PT RNI dan PT Berdikari telah menyiapkan skema pengembangan peternakan dari hulu hingga hilir. Dalam industri sapi misalnya, pengembangan diarahkan pada industri sapi terintegrasi melalui pelaksanaan impor sapi, pengelolaan penggemukan sapi dengan memanfaatkan kadang sapi milik PT RNI di Jatitujuh, Majalengka, serta komersialisasi hasil peternakan, hingga pengembangan indukan (breeding) di areal PT Berdikari, Di Sidrap, Sulawesi Selatan.
Lebih lanjut, Didik mengatakan, sinergi ini juga akan diarahkan pada pengembangan industri ayam potong yang kini hampir seluruhnya dikuasai oleh pihak swasta. Skema yang akan dijalankan dengan membangun peternakan berbasis pembibitan sampai dengan final stock dan pembangunan pabrik pakan guna pemenuhan pakan secara swadaya. Untuk merealisasikannya, PT RNI telah menyiapkan lahan startegis seluas 24 hektar milik PT PG Rajawali II yang berlokasi di Cirebon, Jawa Barat.
Untuk memangkas harga daging di tingkat konsumen, komersialisasi hasil ternak akan dilakukan secara mandiri, di antaranya dengan mensinergikan peternakan ayam dan Rumah Potong Hewan (RPH). “Dalam pemasaran kami akan lakukan optimalisasi aset cool storage yang dimiliki RNI. Sistem pemasaran kita dorong melalui market place pasarprodukbumn.com yang dikelola PT Rajawali Nusindo, anak Perusahaan PT RNI yang bergerak dalam bidang distribusi dan perdagangan,” kata Didik.
Sementara itu, Direktur Utama PT Berdikari Eko Taufik Wibowo mengatakan, PT Berdikari sangat serius terhadap pengembangan industri peternakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani nasional. Pihaknya optimis sinergi ini dapat berjalan sesuai rencana apalagi dengan ditunjang kompetensi yang dimiliki PT Berdikari dan pengalaman serta sumber daya yang dimiliki PT RNI.(lin)