Oleh Hamka Suyana *)
semarak.co-Dalam teori fisika kuantum disebutkan bahwa HATI sebagai pusatnya perasaan, merupakan magnet dahsyat yang dapat menarik benda atau sesuatu dari alam semesta yang satu sifat dengannya, tanpa tersekat ruang dan waktu. Apa yang sering dirasakan oleh HATI ketika OTAK memikirkan sesuatu, itulah yang akan terjadi dalam kehidupan.
Berdasarkan teori fisika kuantum di atas, saya akan menjelaskan apa sebabnya jejak digital akun Fufufafa yang ditulis tahun 2014 oleh Gibran Raka Buming Raka, yang bermuatan hinaan kepada keluarga Prabowo Subianto, mendadak meledak menjadi viral yang tidak berkesudahan.
Dirangkum dari berbagai sumber pemberitaan, isi hinaan dimaksud berupa kalimat, “Dipecat jadi tentara, bercerai, anak homo, biji tinggal satu, mau lebaran dengan siapa? Pemicu munculnya jejak digital akun Fufufafa yang “bersembunyi” puluhan tahun merupakan bukti kebenaran teori fisika kuantum.
Jejak digital berupa narasi hinaan mendadak muncul dan meledak karena dipicu oleh panggilan atau pancingan dari Prabowo Subianto, yakni menyimpan sakit hati yang berkembang menjadi dendam kepada Anies Baswedan.
Pada waktu Debat Capres, Anies Baswedan menjawab spontan pertanyaan Capres Ganjar Pranowo untuk memberikan nilai kinerja Kementerian Pertahanan, yang diberi nilai 11 dari 100. Rupanya penilaian kinerja tersebut membuat Prabowo Subianto sakit hati bahkan beraroma dendam.
Setiap menghadiri kampanye terbuka, di hadapan para pendukungnya, ia selalu mengulang kalimat sakit hati tersebut. “Biarlah saya dikatakan nilainya 11 dari 100”. Ungkapan sakit hati tersebut semakin sering diucapkan di berbagai pidatonya saat menghadiri undangan dari partai koalisinya.
“Tak apa-apa saya diberi nilai 11 dari 100. Tapi rakyat saya memberikan suaranya kepada saya 58,6%.” Ungkapan sakit hati yang disampaikan berulang-ulang telah menjadi energi vibrasi yang membangkitkan kebencian para pendukung Prabowo Subianto kepada Anies Baswedan.
Sesuai dengan teori fisika kuantum, pengulangan ungkapan sakit hati yang memicu meluasnya kebencian dan antipati kepada Anies Baswedan, merupakan penyebab utama pemancing kemunculan kembali postingan hinaan yang sudah tenggelam cukup lama.
Karena yang dirasakan Prabowo Subianto terhadap Anies Baswedan adalah sakit hati, maka alam pun mendatangkan hasilnya berupa hinaan yang lebih menyakitkan hati. Bisa dibayangkan. Hanya karena diberikan penilaian kinerja 11/100 saja, rasa sakit hatinya tidak terobati, bagaimana dengan hinaan keji yang menohok harga diri?
Menurut penuturan orang dekat Prabowo Subianto ketika membaca hinaan tersebut, badannya sampai bergetar karena menahan marah. Semakin mendekati tanggal yang sangat dinantikan untuk mendapatkan legalitas jabatan, Prabowo Subianto bagaikan makan buah simalakama.
Pelaku yang menghina harga dirinya adalah orang yang secara konstitusi akan bekerja menjadi pendampingnya. Ia yang seharusnya punya tugas berat mempersiapkan dengan baik rencana kepemimpinannya, namun karena dibakar amarah karena dihina.
Sehingga tidak bisa lagi lebih jernih menyusun program yang akan dilakukan. Apabila suasana kebatinan Prabowo Subianto masih larut dengan sakit hati, amarah, dan dendam maka secara internalisasi alam bawah sadar, akan menjelma menjadi energi vibrasi pengundang kegagalan untuk yang ketiga kalinya.
Wallahu a’lam bishshowab
Taman Sasyuik, 3-10-2024
*) Pengamat Kemunculan Pratanda