Penyelidikan Ledakan Lebanon Lihat Kemungkinan Campur Tangan Asing, Macron Janji Bantu Tak Jatuh ke Tangan Korup

Ledakan dahsyat di Beirut Lebanon, Selasa malam (4/8/2020). foto: indopos.co.id

Penyelidikan atas ledakan masif di Beirut Lebanon akan melihat kemungkinan adanya campur tangan asing. Selain dugaan kecelakaan atau kelalaian. Presiden Prancis Emmanuel Macron kepada kerumunan yang menyambutnya berjanji untuk menyampaikan kenyataan pahit kepada para pemimpin Lebanon.

semarak.co– Presiden Lebanon Michael Aoun menyebut, penyebabnya masih belum dapat ditentukan. Namun terbuka kemungkinan mengenai adanya intervensi asing melalui sebuah roket, bom, atau media lainnya.

Bacaan Lainnya

Presiden dan Perdana Menteri Lebanon sebelumnya menyatakan ledakan tersebut berasal dari 2.750 ton amonium nitrat, zat kimia bersifat eksplosif yang biasa digunakan dalam pembuatan pupuk dan juga bom.

Timbunan amonium nitrat itu disebut telah disimpan selama enam tahun tanpa langkah-langkah keamanan di gudang pelabuhan–pusat ledakan terjadi pada Selasa (4/8/2020) sekitar pukul 6 petang waktu setempat, yang sejauh ini tercatat menewaskan sedikitnya 154 orang dan melukai 5.000 lainnya.

Aoun juga menyebut dirinya telah meminta Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengunjungi Beirut pada Kamis (6/8/2020) untuk melihat gambar (peristiwa ledakan) dari satelit demi membantu menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.

“Dan jika Prancis tidak mempunyai gambar tersebut, kami akan memintanya dari sumber yang lain,” ujar Aoun dikutip dari laporan media lokal dan dikonfirmasi oleh kantor kepresidenan, Jumat (7/8/2020).

Penyelidikan akan dilakukan dalam tiga bagian, rinci Aoun, pertama, bagaimana zat eksplosif itu bisa masuk dan disimpan. “Kedua, apakah ledakan merupakan akibat dari kelalaian atau kecelakaan; dan ketiga, kemungkinan intervensi dari pihak asing,” ucapnya.

Usai terjadi ledakan, pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan tidak tertutup kemungkinan tentang adanya serangan terkait dengan ledakan Beirut. Sementara Israel, yang selama ini terlibat dalam sejumlah perang dengan Lebanon, membantah ada andil dalam peristiwa ledakan tersebut.

Seiring dengan jalannya penyelidikan, Aoun menyebut sebanyak 20 orang petugas pelabuhan telah ditahan sementara. Bank pusat juga menyebut pihaknya membekukan rekening milik tujuh orang, termasuk kepala pelabuhan dan kepala bea cukai.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menjanjikan bantuan untuk Lebanon dan meyakinkan warga yang marah akibat ledakan bahwa tidak ada cek kosong yang akan diberikan kepada para pemimpinnya, kecuali mereka memberlakukan reformasi dan mengakhiri korupsi yang merajalela.

Berbicara pada konferensi pers di akhir kunjungan dramatis ke Beirut, Kamis (6/8/2020), Macron menyerukan penyelidikan internasional terhadap ledakan dahsyat yang menimbulkan guncangan seismik yang dirasakan di seluruh kawasan, dengan mengatakan itu adalah sinyal mendesak untuk melakukan reformasi anti-korupsi yang diminta oleh populasi Lebanon yang marah.

Macron mengatakan dirinya mengusulkan kepada otoritas Lebanon peta jalan reformasi mendesak untuk membuka miliaran dolar dana dari komunitas internasional, dan bahwa dia akan kembali ke Lebanon pada September untuk menindaklanjuti.

“Jika reformasi tidak dilakukan, Lebanon akan terus tenggelam. Yang juga dibutuhkan di sini adalah perubahan politik. Ledakan ini seharusnya menjadi awal dari era baru,” kata Macron yang tergolong presiden usia muda.

Puluhan orang masih hilang setelah ledakan pada Selasa (4/8/2020) di pelabuhan. Ledakan melukai 5.000 orang dan menyebabkan hingga 250.000 orang tidak memiliki rumah yang layak huni.

Insiden itu terjadi pada saat negara sudah terhuyung-huyung akibat kehancuran ekonomi dan lonjakan kasus virus corona. Sumber keamanan mengatakan jumlah korban tewas telah mencapai 145, dan para pejabat mengatakan angka itu kemungkinan akan meningkat.

Macron mengatakan Prancis akan menyelenggarakan konferensi bantuan internasional untuk Lebanon.  Ia  menjanjikan “tata kelola yang transparan” sehingga bantuan itu akan mengalir kepada rakyat, lembaga nonpemerintah, dan kelompok bantuan, bukan kepada elit penguasa yang telah dituduh melakukan korupsi dan salah kelola.

Macron mengatakan kepada wartawan bahwa audit diperlukan pada bank sentral Lebanon, yang merupakan salah satu perubahan mendesak yang perlu dilakukan. Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, katanya, akan memainkan peran dalam setiap reformasi Lebanon.

Pembicaraan Lebanon dengan Dana Moneter Internasional tentang paket penyelamatan terhenti karena kegagalan pemerintah untuk memberlakukan reformasi yang serius. Selama kunjungannya, Macron bertemu dengan semua faksi politik Lebanon, termasuk kelompok Hizbullah dukungan Iran yang mendominasi politik Lebanon.

Macron mendesak Hizbullah untuk menggunakan pengaruhnya guna menekan pemerintah agar melakukan reformasi dan memikirkan kepentingan Lebanon daripada kepentingan Iran.

Sebelumnya, dengan mengenakan dasi hitam untuk menunjukkan duka, Macron mengunjungi lokasi ledakan dan jalanan di  Beirut yang hancur. Di lokasi itu, kerumunan warga yang marah menuntut rezim politisi Lebanon, yang mereka salahkan karena menyeret Lebanon ke dalam bencana, diakhiri.

“Saya jamin, bantuan (rekonstruksi) ini tidak akan jatuh ke tangan yang korup. Saya melihat emosi di wajah Anda, kesedihan, rasa sakit. Inilah mengapa saya di sini,” katanya pada satu kelompok.

Di kediaman duta besar Prancis, tempat seorang jenderal Prancis mendeklarasikan pembentukan negara Lebanon tepat 100 tahun yang lalu, Macron mengatakan Prancis tidak lagi bertugas untuk memberi tahu para pemimpin Lebanon soal apa yang harus dilakukan, tetapi bahwa ia bisa memberi tekanan.

Kegagalan pemerintah untuk menangani anggaran yang membengkak, utang yang meningkat, dan korupsi yang meluas telah mendorong para donor Barat untuk menuntut reformasi Lebanon.

Di pelabuhan Beirut yang hancur akibat ledakan, keluarga-keluarga masih mencari kabar tentang orang hilang, di tengah kemarahan yang meningkat terhadap pihak berwenang karena mengizinkan sejumlah besar amonium nitrat yang sangat eksplosif untuk disimpan di sana selama bertahun-tahun dalam kondisi tidak aman.

Pemerintah telah memerintahkan beberapa pejabat pelabuhan ditangkap dan menjalani penahanan rumah. Kantor berita negara NNA mengatakan 16 orang sudah ditahan.

Sumber pengadilan dan media lokal mengatakan Manajer Umum Pelabuhan Beirut Hassan Koraytem termasuk di antara mereka yang ditahan. Bank sentral mengatakan telah memutuskan untuk membekukan rekening Koraytem dan kepala bea cukai Lebanon serta lima lainnya.

“Mereka akan mengkambinghitamkan seseorang untuk menangguhkan tanggung jawab,” kata Rabee Azar, seorang pekerja konstruksi berusia 33 tahun. Ia berbicara di dekat sisa-sisa silo biji-bijian pelabuhan yang hancur, dikelilingi oleh pecahan batu dan bangunan hancur yang rata dengan tanah.

Dengan bank-bank dalam krisis, mata uang yang runtuh dan salah satu beban utang terbesar dunia, Menteri Ekonomi Raoul Nehme mengatakan Lebanon memiliki sumber daya “sangat terbatas” untuk menangani bencana, yang menurut beberapa perkiraan mungkin merugikan negara hingga 15 miliar dolar AS (sekitar Rp217 triliun).

Tawaran internasional akan bantuan medis dan berbagai bantuan darurat lainnya telah mengalir sementara para pejabat mengatakan rumah sakit, yang beberapa di antaranya rusak parah akibat ledakan itu, tidak memiliki cukup tempat tidur dan peralatan.

Banyak warga Lebanon, yang kehilangan pekerjaan dan tabungan mereka menguap dalam krisis keuangan, mengatakan ledakan itu merupakan gejala kronisme politik dan korupsi yang merajalela di kalangan elit penguasa. (net/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *