Pencanangan Proyek Hilirisasi Bauksit Jadi Alumina Diresmikan

Menteri BUMN Rini M Soemarno meresmikan pencanangan pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery di Sungai Kunyit, Mempawah, Kalimantan Barat, Rabu (3/4). Pabrik pengolahan bijih bauksit menjadi alumina ini dilakukan PT Indonesia Asahan Aluminum (Inalum) bekerja sama PT ANTAM melalui anak usaha patungan mereka PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI).

Menteri Rini menargetkan smelter dengan kapasitas awal 1 juta ton per tahun ini sudah bisa beroperasi awal 2020. Pembangunan smelter ini diharapkan bisa meningkatkan nilai tambah produk tambang Indonesia, mengurangi impor alumina, menciptakan lapangan kerja baru.

“Selain itu juga berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Kehadiran pengembangan industri pengolahan bauksit menjadi alumina di Mempawah harus memiliki manfaat bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat daerah setempat,” ujar Rini dalam rilis Kementerian BUMN dalam WA Group Media BUMN, Kamis (4/4).

Sinergi BUMN sangat diperlukan untuk membangun mata rantai industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi. “Saya sangat menyambut baik pencanangan ini. Indonesia tercatat memiliki cadangan bauksit terbesar keenam di dunia,” ujar Rini.

Hingga saat ini Indonesia belum memiliki pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina sehingga seluruh bijih bauksit diekspor ke luar negeri yaitu Jepang dan China. Sedangkan alumina sebagai bahan baku untuk pembuatan aluminium harus diimpor oleh Inalum dari negara lain seperti Australia, China, dan India.

“Ini betul-betul komitmen dari Bapak Presiden untuk melakukan hilirisasi alumina. Karena tidak tepatlah kok kita punya bauksit tapi kita ekspor mentah,” lanjut Menteri.

Menteri Rini juga meminta dukungan dari masyarakat Mempawah agar proyek ini bisa berjalan dengan baik. Diharapkan Menteri Rini Inalum bisa mendirikan SMK bagi anak-anak Mempawaglh agar nantinya mereka kerja di proyek ini.

“Saya minta ke Dirut Inalum untuk dibikin SMK ini agar nanti bisa jadi karyawan di smelter Alumina ini. Tujuan BUMN itu bukan hanya untuk cetak keuntungan tapi bagaimana kita bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat di mana kita beroperasi,” jelasnya.

Direktur Utama Inalum Budi G Sadikin mengatakan, pencanangan ini upaya melaksanakan salah satu mandat Holding Industri Pertambangan. “Yakni mendorong hilirisasi produk tambang,” imbuhnya.

Nantinya Inalum, lanjut Budi, yang memiliki satu-satunya pabrik pemurnian aluminium di Indonesia, akan mendapatkan pasokan alumina dari dalam negeri. “Penghematan yang dilakukan Inalum dapat mencapai USD 200 juta,” ucap Budi G Sadikin.

Direktur Utama ANTAM, Arie Prabowo Ariotedjo mengemukakan bahwa proyek Smelter Grade Alumina Refinery merupakan proyek pengembangan strategis bagi Indonesia.

Sebagai Perusahaan dengan sumber daya bauksit yang signifikan, ANTAM berupaya mewujudkan nilai tambah komoditas mineral yang dimiliki sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan.

Proyek pembangunan pabrik Alumina yang akan dikelola PT BAI dibangun di atas lahan seluas 288 hektare di tiga Desa di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.  Investasi proyek ini diperkirakan akan mencapai USD 850 Juta (termasuk IDC dan Modal Kerja) dan dilengkapi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 3 x 25 MW.

Ketua DPD Oesman Sapta Odang mengatakan pengembangan industri pengolahan bauksit menjadi alumina akan mendorong lahirnya potensi investasi lainnya di masa depan.

Misalnya dalam bentuk pengembangan industri-industri terkait alumina-aluminium based dan diversifikasinya. “Yang kesemuanya itu sepenuhnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan negara Indonesia secara umum, dan bagi masyarakat sekitar secara khusus,” terang Oesman Sapta Odang yang ikut rombongan.

“Saya hari ini akan memberi gelar adik saya Bu Rini sebagai wanita besi. Karena keuntungan masyarakat Kalimantan Barat khususnya Mempawah dengan adanya proyek ini yaitu transfer teknologinya. Anda akan jadi orang hebat karena aluminium itu adalah management tertinggi di dunia,” tutur Oso, sapaan akrabnya.

Pada acara ini juga dilakukan pemberian dana program CSR PT Inalum dan PT Antam kepada Bupati Mempawah senilai Rp 1 miliar. Dana itu untuk pemberdayaan ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

Holding Industri Pertambangan resmi dibentuk pada 27 November 2017 dimana INALUM menjadi Induk Usaha Holding dan PT Aneka Tambang Tbk., PT Bukit Asam, PT Timah dan PT Freeport Indonesia sebagai anggota Holding.

INALUM memegang 65% saham PT Aneka Tambang Tbk., 65,02% saham PT Bukit Asam Tbk., 65% saham, PT Timah Tbk., dan 51,2% saham PT Freeport Indonesia. Sampai Juni 2018, INALUM membukukan Pendapatan Konsolidasi (audited) sebesar Rp 30.1 triliun, tumbuh 59% dari tahun lalu. EBITDA Konsolidasi mencapai Rp 9,2 triliun, tumbuh 92% dari tahun lalu. Laba Bersih Konsolidasi mencapai Rp 5,3 triliun tumbuh 174% dari tahun 2017. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *