Pemilih Prabowo di Pilpres 2014 Lebih Solid Dukungannya pada Anies Sandi

“Jika pemilihan dilakukan saat ini, ternyata pasangan Anies-Sandi memimpin dengan 41,74 persen,” ujar Igor Dirgantara Direktur SPIN dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/2).

Setelah Anies-Sandi, disusul pasangan Ahok-Djarot 30,04 persen, dan Agus-Sylvi 24,95 persen. Sementara yang belum menentukan pilihan mengerucut di 3,27 persen. “Hasil survei SPIN menunjukkan, keunggulan pasangan Anies-Sandi sangat dipengaruhi solidnya dukungan pemilih warga DKI Jakarta yang pada saat Pilpres 2014 mendukung pasangan Prabowo-Hatta,” ujar Igor saat public expose hasil survei di Bakoel Koffe, Cikini, Jakarta.

Ada 50.9% responden, rinci Igor, yang lebih memilih Prabowo, sementara 48,46 persen memilih Jokowi, sedangkan 0.64 persen mengaku golput. Dari semua responden pemilih Prabowo di DKI Jakarta, yang memilih pasangan Agus-Sylvi ada 16,04 persen, Ahok-Djarot 6,42%, sedangkan Anies-Sandi sebesar 72,01%, dan yang belum menentukan pilihan 5,53%. Sementara itu, pemilih Jokowi yang memilih pasangan Agus-Sylvi sebesar 34,46%, Ahok-Djarot 54,3%, Anies-Sandi 10,49%, dan yang belum menentukan pilihan 0,75%.

Hasil ini memperlihatkan, lanjut dia, pemilih di DKI Jakarta yang memilih Prabowo saat Pilpres 2014 ternyata lebih solid dukungannya kepada pasangan Anies-Sandi, ketimbang pemilih Jokowi terhadap pasangan Ahok-Djarot. “Pasangan Anies-Sandi juga unggul di semua kelompok usia pemilih. Sedangkan pasangan Agus-Sylvi hanya menang atas pasangan Ahok-Djarot di kelompok usia pemilih 17-24 tahun,” kata dosen politik Universitas Jayabaya itu.

Sedangkan untuk pilihan responden berdasarkan jenis kelamin, persaingan cenderung lebih ketat di segmen pemilih perempuan. Sementara di segmen pemilih laki-laki, Anies-Sandi yang menjadi juaranya.

Berdasarkan hasil survei itu, Igor Dirgantara menyimpulkan 5 poin penting. Pertama, pendukung Prabowo dalam Pilpres 2014 cenderung memilih pasangan nomor urut 3, yaitu Anies-Sandi 72,01%. Hanya sebagian kecil 6,42% pendukung Prabowo yang memilih Ahok-Djarot. Bandingkan dengan pemilih Jokowi, dimana hanya 54,3 persen pendukung Jokowi dalam Pilpres 2014 yang akan memilih Ahok Djarot. “Pendukung Jokowi di Pilgub Jakarta 2017 cenderung terpecah dan kurang solid, berbeda dengan Prabowo Subianto,” kata Igor.

Kedua, lanjut dia, pendukung Prabowo cenderung lebih solid daripada pendukung Jokowi, karena para pemilih Prabowo di Pilpres 2014 ternyata masih tetap mengikuti pilihan Prabowo di Pilgub DKI 2017, yaitu Anies-Sandi.

Sedangkan pemilih Jokowi di Pilpres 2014 cenderung lebih cair, yaitu sebanyak 34,46 persen menyatakan akan memilih Agus-Sylvi, dan ada 10,49 persen menyatakan memilih Anies-Sandi. Sementara yang memilih Ahok-Djarot 54,3 persen.
Ketiga, lanjut dia, banyaknya pemilih Jokowi yang ‘lari’ memilih paslon lain bisa berarti mereka tidak puas terhadap kinerja pemerintahan Jokowi dan ingin memperbaiki pilihannya pada Pilgub Jakarta saat ini.

Keempat, kata dia, banyaknya pemilih Jokowi yang tidak memilih Ahok-Djarot dapat dipahami karena sebagian besar pemilihnya pada Pilpres 2014 tidak mempunyai ikatan batin sepeti pemilih Prabowo. “Kuatnya ikatan batin para pemilih Prabowo ini terlihat ketika kebijakan Ahok dinilai tidak sesuai dengan perjuangan Partai Gerindra dan Prabowo Subianto. Ini sebab penting mengapa para pendukung Prabowo cenderung tidak memilih Ahok di Pilgub Jakarta pada 15 Februari 2017 nanti,” kata Igor.

Kelima, munculnya pasangan Agus-Sylvi yang diusung poros Cikeas: PKB, PAN, PPP dan Demokrat awalnya dianggap bisa memecah suara kubu Prabowo. Ternyata justru memecah suara Ahok-Djarot yang diusung PDIP, dan partai pengusung Jokowi menjadi presiden. “Hal ini sekali lagi membuktikan para pemilih Prabowo relatif konsisten dengan calon pilihan mantan Danjen Kopassus tersebut,” kata Igor.

Igor menjelaskan, survei dilakukan dengan responden sebanyak 1.102, dengan teknik multistage random sampling. Margin of error 3 persen dan tingkat kepercayaan 95%. Wawancara dilakukan melalui tatap muka langsung dengan bantuan kuisioner. Uji kualitas dilakukan melalui spot check dengan mengambil 20% dari total sample. Igor juga mengklaim biaya survei berasal dari kas internal lembaga SPIN.

Ketua FSU Ariefanda mengaku sangat terharu atas survey itu. Bukan soal hasilnya yang menunjukkan Paslon dukungannya unggul dibanding dua paslon lain, tapi kerja keras Prabowo yang turun gunung membuahkan hasil. “Jadi aura kemenangan itu bukan asal klaim, tapi memang sudah bisa dirasakan,” ungkap Arief di secretariat FSU, kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (8/2).

Sekarang tugas relawan, terutama FSU mengawal agar aura kemenangan betul-betul terwujud. “Cara kami mengawal tentu menjadi rahasia kami. Tapi kami punya strategi dan cara yang disiapkan. Di mana setiap malam kami ketemu simpul-simpul FSU di sekretariat,” pungkasnya. (mtvc/lin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *