Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat ini muncul sebagai tokoh perubahan. Masyarakat yang ingin Indonesia lebih baik dibanding era Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) saat ini akan mendukung Anies Baswedan kalau maju pada Pemilihan Presiden (Pilpres) di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
semarak.co-Pengamat politik Hendri Satrio menjelaskan, tahun lalu dia membuat poling di akun twitter-nya. Dilansir abwnews, 20 Desember 2022, Pengamat Hensat menerangkan, di poling tersebut, dia meminta pendapat netizen atas dua pertanyaan yang dia ajukan.
Pertanyaan pertama, rinci Hensat, apakah kinerja Anies akan lebih baik dari Jokowi kalau jadi presiden nanti, sama, atau lebih buruk daripada Jokowi. Pertanyaan kedua sama. Namun yang dibandingkan dengan Jokowi adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Nah, waktu itu hasilnya, terang Hensat, kalau Anies itu rupanya dipilih lebih baik dari Jokowi.
“Sementara Ganjar Pranowo itu sama dengan Jokowi. Jadi artinya bagi pemilih Ganjar itu memang, ya apa yang terjadi hari ini, juga terjadi besok pada saat Ganjar menjadi presiden,” ujar Hensat dalam diskusi Indonesia Leaders Talk: Anies Versus Ganjar, Siapa Menang live di kanal Youtube @Mardani Ali Sera, Jumat malam, 23 Desember 2022.
Soal sikap pemilih Ganjar tersebut, dia juga yakin, sebenarnya mereka menilai sama karena sungkan untuk memilih opsi Ganjar lebih baik dari Jokowi. “Agak-agak bias juga itu polingnya. Tapi, itulah yang terjadi,” ungkap Hensat, sapaan akrab Hendri Satrio yang juga pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI.
Meski demikian, jelas dia, hasil polingnya tersebut juga tercermin dari sikap masyarakat yang sudah terbelah ke dalam dua kelompok. Rasanya sih memang di masyarakat itu, ada kubu yang secara samar-samar sudah terbentuk. Yaitu kubu yang ingin perubahan dan yang [ingin] status qou. Nah itu sudah tidak bisa dihindari lagi,” paparnya.
Dia juga heran kenapa saat ini harapan masyarakat yang menginginkan perubahan hanya tertuju kepada satu orang. Padahal dalam pilpres yang tidak diikuti petahana, mestinya siapa pun pesertanya bisa dianggap sebagai sosok perubahan. “Ternyata sekarang ini tidak,” imbuh dosen Universitas Paramadina.
Sebagaimana diketahui, Anies Baswedan saat ini sudah dideklarasikan sebagai calon presiden (capres) oleh Partai NasDem. Bersama Demokrat dan PKS, NasDem sedang menggagas membentuk koalisi yang disebut koalisi perubahan untuk mengusung Anies Baswedan.
Ganjar meski merupakan kader PDIP malah dideklarasikan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai capres. Ganjar sendiri disebut-sebut dijagokan Jokowi dan yang pasti, temuan sejumlah lembaga survei, seperti Poltracking Indonesia yang digelar 21-27 November 2022 menunjukkan mayoritas pemilih Jokowi di Pilpres 2019 akan mendukung Ganjar .
Sementara Lembaga Voxpol Center Research and Consulting merilis survei terbaru terkait kinerja pemerintahan Jokowi-Maruf dan isu politik terkini. Salah satu temuan surveinya, mayoritas masyarakat yang puas dengan kinerja Jokowi mengaku akan memilih Ganjar sebagai capres di 2024.
Sebaliknya, masyarakat yang tak puas cenderung mengatakan akan memilih Anies Baswedan sebagai capres di Pilpres 2024. Setelah Anies, masyarakat yang tak puas atas kinerja Jokowi cenderung akan memilih Prabowo Subianto sebagai capres.
Pemilih Ganjar Pranowo yang mengaku sangat puas dengan kinerja Jokowi sebesar 41,5% dan yang memilih puas sebesar 30,4%. Sementara pemilih Anies Baswedan mengaku tidak puas sebesar 35,2% dan sangat tidak puas sebesar 43,5%.
“Artinya dari data, berdasarkan capres yang paling puas dengan kerja Jokowi itu pemilih ke Ganjar. Yang paling tidak puas pemilih Pak Anies, itu data begitu,” kata Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago di Cipta Hotel, Jakarta Selatan, Jumat (23/12/2022) dilansir pos-kupang.com di googlenews.
Di sisi lain kata Pangi, mayoritas publik mengaku puas dengan kinerja Jokowi dan Ma’ruf. Pangi mengatakan, kepuasan terhadap pemerintahan Jokowi dipengaruhi sejumlah hal, utamanya karena pemberian bantuan langsung tunai (BLT). “Jadi 64 persen orang puas dengan Pak Jokowi, Pak Ma’ruf 50,2 persen,” paparnya.
Kemudian 61,0% sudah puas kinerja pemerintah. Memang kepuasan 61% dengan situasi Covid-19, sudah cukup baik, apalagi kenaikan BBM ternyata tidak mengurangi tingkat kepuasan, kenaikan harga sembako, kebutuhan listrik dan sebagainya itu nggak mempengaruhi.
Tingkat kepercayaan publik ke Jokowi masih tinggi dan dominan memang bisa saja masyarakat yang penerima BLT senang. Temuan lain dari survei yang dilakukan Voxpol Center Research and Consulting ini adalah bahwa ternyata sebanyak 53,5% publik tak setuju dengan anggapan bahwa calon presiden Indonesia harus orang Jawa.
Sementara 38,3% menjawab setuju dan 8,2% menjawab tidak tahu. Mayoritas publik atau 53,5% tidak setuju dengan pendapat yang menyatakan calon presiden Indonesia harus orang Jawa. Selain tak setuju dengan anggapan bahwa calon presiden Indonesia harus orang Jawa, mayoritas publik juga menginginkan pemilihan presiden 2024 diikuti dua pasang kandidat calon presiden dan calon wakil presiden.
Ada 59,3% yang menginginkan pilpres cukup diikuti dua pasang kandidat. Sementara itu, sebanyak 32,2% responden menginginkan pilpres 2024 diikuti lebih dari dua pasang calon capres dan cawapres dan tidak menjawab sebesar 8,5%. Dilihat lebih jauh, responden yang menginginkan pilres 2024 diikuti lebih dari dua pasang calon beralasan supaya publik mendapatkan pilihan pemimpin alternatif 45,8%.
Kemudian 22,9% publik tak ingin ada konflik atau perpecahan. Selanjutnya, sebanyak 18,8% memberi kesempatan kepada pemimpin muda, agar tidak terjadi eksploitasi politik SARA (7,4%). “Kemudian yang tidak menjawab sebesar 5,1 persen,” tukas Pangi.
Sebagai informasi, survei Voxpol Center dilakukan pada 22 Oktober hingga 7 November 2022. Survei itu melibatkan 1.220 responden berusia 17 tahun ke atas atas atau kelompok pemilih dan yang tersebar di 34 provinsi. Pengambilan data wawancara tatap muka. Adapun margin of error sekitar 2,81%.
Survei Voxpol ini dilakukan pada periode 22 Oktober sampai 7 November 2022 dengan metode multistage random sampling. Jumlah responden dari survei ini 1.220 orang dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar +/- 2,81%. Sampel ini tersebar di 34 provinsi seluruh Indonesia. Setiap responden diwawancarai dengan metode tatap muka. (tribun network/igm/mam/dod)