Pak RT Seno Bilang Oknum Polisi Ganti CCTV di Kompleks, Kadiv Propam Ferdy Sambo Nangis Dipelukan Kapolda Metro Jaya

Kapolda Metro Jaya Fadil Imran mendatangi ruang kerja Kepala Divisi (Kadiv) Propam Polri Irjen Ferdy Sambo dan dalam pelukan itu, Ferdy Sambo terlihat menangis. Foto: internet

Kepala Divisi (Kadiv) Propam Polri Irjen Ferdy Sambo tak kuasa menahan air mata saat bertemu Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran. Kapolda memeluk dan mencium kening Irjen Ferdy Sambo untuk memberikan dukungan serta kekuatan.

semarak.co-Fadil Imran menemui Ferdy Sambo di ruangannya di Mabes Polri, Kawasan Kebayoran, Jakarta Selatan, Rabu malam (13/7/2022). Dalam video yang diterima detikcom, Ferdy Sambo terlihat menangis di pelukan Fadil Imran.

Bacaan Lainnya

Kapolda Fadil juga tampak menepuk-nepuk pundak Ferdy Sambo. Ia pun kemudian mengelus kepala dan mencium kening Kadiv Propam. Fadil Imran mengaku datang untuk memberikan dukungan kepada Ferdy Sambo agar kuat menghadapi cobaan.

“Saya memberikan support pada adik saya, Sambo, agar tegar menghadapi cobaan ini. Masalah yang dihadapi Ferdy Sambo sangat berat. Ini tidak mudah dan dapat menimpa siapa saja,” kata Fadil, seperti dilansir dari detikSulsel, Kamis (14/7/2022) dilansir detik.com/ Kamis, 14 Jul 2022 17:45 WIB.

Irjen Ferdy Sambo terseret dalam insiden penembakan yang menewaskan Brigadir Yoshua di rumah dinas Ferdy Sambo di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan (Jaksel), pada Jumat (8/7/2022) pukul 17.00 WIB.

Brigadir Yoshu yang diketahui merupakan sopir dinas istri Kadiv Propam tewas dalam baku tembak yang melibatkan Bharada E, anggota Brimob yang bertugas sebagai pengawal Kadiv Propam. Insiden itu diduga dipicu Brigadir Yoshua melecehkan istri Ferdy Sambo.

Kapolri Bentuk Tim Khusus

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah membentuk tim khusus untuk mengusut peristiwa baku tembak tersebut dipimpin Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono. Anggota tim khusus terdiri Wakapolri, Irwasum, Kabareskrim, Kabik (Kabaintelkam), As SDM, Provos, dan Paminal.

Komnas HAM dan Kompolnas turut disertakan dalam tim khusus itu. Dia memastikan proses penyelidikan, penyidikan, hingga temuan terkait kasus itu akan disampaikan transparan dan periodik sehingga menjawab keraguan publik.

Jenderal Sigit mengatakan, proses pengusutan kasus dilakukan secara objektif dan transparan. Dia juga memastikan penyelidikan dan penyidikan kasus tetap menjunjung HAM dan undang-undang.

Diberitakan kumparannews.com, Ketua RT Kompleks Polri Duren Tiga Jakarta Selatan, Mayjen Pol (Purn) Seno Sukarto mengatakan, decoder CCTV yang berada di pos satpam kompleks telah diganti oleh anggota kepolisian yang tak berseragam.

Hal itu dilakukan usai insiden polisi tembak polisi di rumah Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022). Terkait hal ini, Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, tim khusus yang telah dibentuk Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo masih bekerja di lapangan.

“Jadi ini guna menyelidiki kasus penembakan tersebut, termasuk soal dugaan decoder CCTV yang telah diganti itu. Ya, nunggu hasil kerja tim dulu,” kata Dedi saat dihubungi, Jumat (15/7/2022).

Untuk itu, Dedi memastikan bahwa tim khusus akan mengusut tuntas kasus tersebut secara transparan, objektif dan akuntabel. “Sama didalami oleh tim [soal dugaan Polisi tak berseragam ganti CCTV],” pungkasnya.

Sebelumnya, Seno mengatakan, ada sejumlah CCTV yang terpasang di berbagai sudut kompleks itu. Seluruh CCTV kemudian terhubung dan berpusat di pos satpam. Sehari setelah kejadian penembakan itu, kata Seno, tepatnya pada Sabtu (9/7), CCTV itu diganti oleh anggota kepolisian yang tak berseragam.

“Maksudnya (yang diganti) itu bukan CCTV di rumah Pak Sambo, CCTV alatnya [decoder] yang di pos. Ya (diganti) dari mereka. Iya (polisi), enggak ada yang pakai seragam,” kata Seno kepada wartawan, Rabu (13/7/2022).

Tak ada surat penyitaan yang diberikan polisi tak berseragam itu. Kemudian, Seno pun mengaku kesal kepada pihak kepolisian. Sebab, hingga saat ini tak pernah ada polisi yang lapor kepadanya soal kejadian itu. “Sampai sekarang saya ketemu aja enggak, terus terang saya juga ya kesal. Saya ini dianggap apa sih, maaf saja saya ini Jenderal loh, meskipun RT,” ujarnya.

Diberitakan tribun-medan.com di msn.com – Rumah Ketua RT komplek perumahan dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo ternyata didatangi polisi malam hari. Ketua RT yang juga pensiunan polisi itu Mayjen (Purn) Seno Sukarto.

Seperti diberitakan sebelumnya, Seno Sukarto membongkar kelakuan polisi yang mengganti decoder CCTV sehari setelah insiden yang disebut polisi baku tembak di rumah dinas Kadiv Propam Polri tersebut.

Anggota dari Mabes Polri mendatangi kediaman rumah Ketua RT, Mayjen (Purn) Seno Sukarto di komplek Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan pada Rabu (13/7/2022) sekira pukul 21.00 WIB. Hal ini diungkapkan istri Seno, Sri Suparti saat ditemui di kediamannya, Kamis (14/7/2022).

Dia menyebut ada dua orang yang mendatangi kediamannya. Diketahui, Seno sempat geram lantaran tidak menerima laporan saat baku tembak ajudan Irjen Ferdy Sambo hingga proses olah TKP dalam kasus tersebut.

Sri mengatakan kedatangan dua anggota polisi tersebut bermaksud untuk meminta izin kepada kepala lingkungan soal kasus tersebut. “Ya kan, minta ini, minta izin. Dari mabes kan, ke sini harus izin (saat melakukan olah TKP),” kata Sri sambil mengaku, saat kedatangan kedua anggota polisi itu, sang suami menyambut baik. “Ya gapapa, kalau memang perlu ya monggo,” jelasnya.

Diketahui, sopir istri Ferdy Sambo, Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J tewas setelah baku tembak dengan ajudan Ferdy Sambo, Bharada E. “Sampai sekarang saya ketemu aja nggak, terus terang saya juga ya kesal. Saya ini dianggap apa sih, maaf saja saya ini Jenderal loh, meskipun RT,” kata Seno kepada wartawan, Rabu (13/7/2022).

Mantan Kapolda Sumatera Utara dan Kapolda Aceh itu tersinggung atas sikap polisi yang tidak memandang dirinya sebagai ketua lingkungan. Seno menambahkan, pihak kepolisian juga kerap memerintah sekuriti tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan pengurus RT termasuk Ketua RT.

“Jadi saya memang tersinggung juga dalam hal ini. Sama sekali nggak ada laporan, nggak ada ini, merintahkan satpam seenaknya saja. Kenapa tidak memberi tahu saya sebagai ketua RT,” ujar dia.

Seno menerangkan dirinya baru mengetahui ada insiden baku tembak yang terjadi pada Jumat (8/7/2022) itu pada Senin (11/7/2022) melalui Youtube. “Sebetulnya terus terang saya justru membaca YouTube itu. Itu saya baru tahu loh, itu ada kaitannya dengan itu. Meskipun sebetulnya saya sudah agak ragu-ragu ada apa sih ini sebetulnya. Itulah yang saya sesalkan kenapa nggak dilapori soal kejadian itu,” jelasnya.

Minta Nonaktifkan Irjen Ferdy Sambo

Indonesia Police Watch (IPW) yang meminta agar Polri membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) hingga penonaktifan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo soal kasus baku tembak ajudannya. Sebelumnya, IPW mendesak Kapolri membentuk tim gabungan pencari fakta atas tewasnya Brigadir Polisi Nopryansah Yosua Hutabarat di rumah salah satu pejabat Polri.

“Hal ini untuk mengungkap apakah meninggalnya korban penembakan terkait adanya ancaman bahaya atau adanya motif lain,” kata Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso dalam keterangannya di Jakarta, Senin (11/7/2022) dilansir tribun-medan.com.

IPW, kata Sugeng, meminta pimpinan tertinggi Polri harus menonaktifkan terlebih dahulu Irjen Ferdy Sambo dari jabatan selaku Kadiv Propam. “Alasannya, Irjen Ferdy Sambo adalah saksi kunci peristiwa yang menewaskan ajudannya tersebut. Hal tersebut, agar diperoleh kejelasan motif dari pelaku membunuh sesama anggota Polri,” ungkapnya.

Alasan kedua, kata Sugeng, Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat statusnya belum jelas apakah korban atau pihak yang menimbulkan bahaya sehingga harus ditembak. “Alasan ketiga, locus delicti diduga terjadi di rumah Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo,” cetusnya.

Karena itu, pinta dia, agar tidak terjadi distorsi penyelidikan, maka harus dilakukan oleh Tim Pencari Fakta yang dibentuk atas perintah Kapolri bukan oleh Propam. Dengan begitu, ia menyampaikan pengungkapan kasus penembakan dengan korban anggota Polri yang dilakukan rekannya sesama anggota dan terjadi di rumah petinggi Polri menjadi terang benderang.

Sehingga masyarakat tidak menebak-nebak lagi apa yang terjadi dalam kasus tersebut. “Peristiwa ini sangat langka karena terjadi di sekitar Perwira Tinggi dan terkait dengan Pejabat Utama Polri.

Anehnya, Brigadir Nopryansah adalah anggota Polri pada satuan kerja Brimob itu, selain terkena tembakan juga ada luka sayatan di badannya Sugeng Teguh Santoso menyoroti keanehan soal autopsi jenazah Brigadir J.

Diketahui, pihak kepolisian melakukan autopsi kepada jenazah Brigadir J sebelum diserahkan ke pihak keluarga. Sugeng juga merasa ada kejanggalan soal pernyataan keluarga yang menemukan adanya luka sayatan di bibir, hidung dan ada dua jari Brigadir J terluka.

Sugeng juga mempertanyakan mengapa autopsi dilakukan terhadap Brigadir J. Padahal menurut penjelasan Polri, Brigadir J adalah pelaku bukan korban. Ia menjelaskan, bahwa pada umumnya, autopsi dilakukan untuk seorang korban kejahatan bukan pelaku.

“Yang menjadi pertanyaan, tindakan bedah mayat tersebut tujuannya untuk apa? Padahal bedah mayat umumnya dilakukan untuk seorang korban kejahatan bukan pelaku kejahatan,” jelas Sugeng, Rabu (13/7/2022). (net/dtc/msn/bun/smr)

 

sumber: msn.com dari tribun-medan.com/detik.com di WAGroup PERKOKOH PERSATUAN MUSLIM (postKamis14/7/2022/fatimah)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *