Oleh Ustadz Fuad Al Hazimi *
semarak.co-Sedih dan miris, begitulah yang dirasakan banyak orang menyaksikan kecurangan dan keculasan dalam pemilu 2019 ini. Rakyat menyaksikan dengan mata telanjang tak perlu mata batin (bashiroh).
Namun sungguh ironis, sudah sebegitu terang benderangnya kecurangan-kecurangan itu dan sang Kyai masih tak juga melihatnya dengan mata telanjang, alih-alih dengan bashiroh seorang ulama.
Imam Abu Ali Ad Daqqooq An Naisaburi Asy Syafi’i berkata:
الساكت عن الحق شيطان أخرس، والناطق بالباطل شيطان ناطق
“Orang yang berdiam diri dari (menyampaikan) kebenaran, maka ia adalah Syaithon Akhros (yakni setan yg bisu dari jenis manusia). Dan orang yang menyampaikan kebathilan ia adalah setan yang berbicara”
(Disebutkan oleh imam An-Nawawi di dlm Syarah Shohih Muslim).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga pernah berkata:
“Orang yang berdiam diri dari menyampaikan kebenaran (padahal ia mampu menyampaikannya) adalah Syaithon Akhros (Setan Bisu dari jenis manusia).”
(Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah).
Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah rahimahullah berkata:
“Agama dan kebaikan apalagi yang ada pada seseorang yg melihat larangan-larangan Allah dilanggar, batas-batas-Nya diabaikan, agama-Nya ditinggalkan, dan sunnah Rasul Nya dibenci.”
Orang yang hatinya dingin, lisannya diam (dari menyampaikan kebenaran dan mengingkari kemungkaran), dia adalah Syaithon Akhros (Setan bisu dari jenis manusia), sebagaimana orang yg berbicara dengan kebatilan dinamakan Syaithon Naathiq (Setan yang berbicara dari jenis manusia).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata ketika ditanya tentang ungkapan di atas:
“Perkataan tersebut diucapkan oleh sebagian ulama Sunnah dari generasi salafus shalih. Dan itu bukan hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Mereka berkata:
“Orang yang diam dari (menyampaikan) kebenaran adalah Syaithon Akhros (setan yang bisu), dan orang yang berbicara dengan kebatilan adalah Syaithon Naathiq (setan dari manusia yang berbicara dengan kebatilan).”
Allah Azza wa Jalla Berfirman:
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (164) فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (165) فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (166) }
“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, “Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabb kalian dan supaya mereka bertakwa.”
Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zhalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.
Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya. Kami katakan kepadanya, Jadilah kalian kera yang hina.” (QS Al A’raf 164 – 166)
Allah Azza wa Jalla Menceritakan perihal penduduk kota tersebut. Mereka terpecah belah menjadi tiga kelompok, Kelompok pertama melanggar larangan dan memakai tipu muslihat dalam berburu ikan di hari Sabtu, seperti yang telah diterangkan penjelasannya dalam tafsir surat Al-Baqarah,
Kelompok kedua melarang perbuatan itu dan memisahkan diri dari mereka yang melanggar. Kelompok ketiga yang bersikap diam, tidak mengerjakan, tidak pula melarang, tetapi mereka mengatakan kepada kelompok yang memprotes perbuatan tersebut.
“Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Demikianlah dalam keseharian kita, banyak sekali orang yang berkata seperti dalam ayat ini.
“Sudah biarkan saja itu kan urusan mereka, nanti mereka sendiri yang akan merasakan akibatnya di dunia dan di akhirat. Allah nanti yang akan menghancurkan mereka, Allah yang akan mengazab mereka”
Maka orang-orang yang selalu melakukan amar ma’ruf nahinmunkar ini menjawab:
“(kami mengingatkan orang-orang yang bermaksiat dan mengajak mereka kepada kebaikan), pertama sebagai bentuk udzur (alasan) nanti di hadapan Allah, ya Allah kami sudah sampaikan, ya Allah kami sudah memperingatkan, jangan Engkau Mengazab kami, karena kami sudah melakukan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Dan yang kedua agar mereka bertaqwa.”
“Maka ketika mereka lupa dengan apa yang diperingatkan kepada mereka, kami selamatkan orang-orang yang mencegah dari kemungkaran. Dan kami mengazab orang-orang yang dzolim dengan azab yang pedih”.
Jadi yang diselamatkan oleh Allah hanya kelompok kedua, yang melakukan Nahi Mungkar, mencegah kemungkaran dan memisahkan diri dari pelaku kemungkaran tersebut. Yang sholeh tapi diam saja, bahkan tetap berada di lingkungan para ahli maksiat dan kemungkaran itu maka ia akan diazab oleh Allah dan termasuk golongan orang-orang yang zholim.
Oleh karenanya jangan kita tenang-tenang seraya berkata “Toh saya sholeh, toh saya gak ikut maksiat, tapi diam saja melihat maksiat, maka kita masuk ke dalam kelompok yang zholim,”
Wallahu A’lam
*) penulis adalah ustadz
sumber: mediaharapan.com/29 April 2019/08:25 in Tausiyah di WAGroup 000#MUSLIM BENTENG NKRI (post Senin 7/6/2021)