Milad 8 BNI Syariah, Hasil Transformasi Digitalisasi Terlihat dari Service Excellence

Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo (paling kanan) bersama penerima hadiah Umrah Haji. foto: internet

Menapaki usia ke-8, Bank BNI Syariah terus berupaya bertransformasi kearah lebih baik. Salah satunya melalui digitalisasi perbankan yang bernama Hasanah Digiverse (Hasanah Digital Universe) yang diluncurkan saat perayaan puncak Milad ke-8 BNI Syariah, 19 Juni 2018 lalu di The Kasablanka, Kota Kasablanka, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (13/7).

Konsep Hasanah Digital Universe ini menjawab tantangan di era digital. Dimana BNI Syariah berupaya memberikan kemudahan kepada masyarakat dengan mengembangkan inovasi melalui edukasi dan inklusi keuangan syariah serta aktivasi penggunaan e-banking dan produk berbasis digital.

Di antaranya Yap (Your All Payment), Tapcash, VCN (Virtual Card Number), Mobile Banking, Wakaf Hasanah, Hasanah Personal dan Hasanah Lifestyle. Dengan adanya kemudahan aplikasi digital ini, anak usaha Bank BNI ini berupaya mendukung program pemerintah terkait Gerakan Non Tunai (cashless) dengan harapan 2,6 juta nasabah dapat menggunakan aplikasi digital BNI Syariah.

Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan, keberadaan BNI Syariah di industri perbankan masih tergolong muda. Harus terus bergerak mengikuti perkembangan zaman dengan tetap mengedepankan kemanfaatan yang tak terhingga/infinity.

“Ini misi yang kami bangun di milad 8 sebagai Hasanah Banking Partner. Salah satunya menjawab kebutuhan nasabah di era digital, tapi tidak meninggalkan esensi untuk berbagi dengan sesama melalui fasilitas transaksi pembayaran Ziswaf melalui pilihan aplikasi digital BNI Syariah,” ujar Firman dalam sambutannya saat acara puncak Milad ke-8 itu.

BNI Syariah, lanjut Firman, tak mau ketinggalan menjemput pasar milenial dengan beragam produk dan layanan digital. Edukasi perbankan syariah juga digencarkan. “Dari 2,4 juta nasabah saat ini, sekitar 40 persen merupakan nasabah generasi Y dan Z yang memiliki karakter unik dan preferensi teknologi sangat tinggi,” ujar Firman di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI), Depok, Jumat (5/10/2018).

BNI Syariah pun melakukan kegiatan literasi dan inklusi perbankan syariah dengan mengajak generasi milenial mulai sejak dini untuk bergaya hidup hasanah, mulai dengan pakaian, makanan, travel, haji dan umrah sampai dengan transaksi bank yang halal.

Bagi BNI Syariah, masih Firman, dunia perbankan, terutama syariah harus andil dalam perkembangan teknologi digital atau VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). Dengan adanya digital banking, maka semua serba mudah, masyarakat atau nasabah lebih dimanjakan. “Tapi, jangan lupa bank adalah bisnis kepercayaan. Kehati-hatian tetap harus diperhatikan dalam pembuatan produk atau layanan,” ungkapnya.

Transformasi Digital

Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto menjelaskan, BNI Syariah sudah dua tahun menyiapkan transformasi digital. Pertama, dengan penataan organisasi melalui pembentukan Divisi Digital Bisnis. Kedua, sebut dia, menyusun strategi bagaimana BNI Syariah menjalankan digital banking yang mengacu pada 2 pilar, yaitu banking business digitalization dan startup fintech collaboration.

Dalam kerja sama dengan fintech dan startup BNI Syariah mengutamakan pada fintech/startup yang memiliki core business sama dengan BNI Syariah seperti Ziswaf (zakat, infaq, sedekah, dan wakaf), education, property dan halal ecosystem (termasuk halal tourism-haji umrah).

“Untuk pilar pertama Banking Business Digitalization, sebagai bentuk sinergi digital dengan induk BNI, tahun depan direncanakan menjadi bank yang dapat menerima layanan laku pandai dan pembayaran dengan uang elektronik, di mana saat ini sedang dalam finalisasi proses perijinan di regulator,” paparnya.

Untuk pilar kedua kolaborasi star up fintech yang sesuai segmen BNI Syariah, di antaranya haji dan umrah bekerja sama dengan ITQON untuk komunikasi pembimbing haji umrah dan jamaah dengan menggunakan smartphone.

Adapun dampak tranformasi digital yang dilakukan BNI Syariah terhadap kinerja bisnis, Wahyu mengatakan, itu terlihat dalam peningkatan layanan BNI Syariah. Di mana saat ini BNI Syariah sedang menggalakkan transaksi mobile banking sehingga nasabah tidak perlu ke cabang untuk melakukan transaksi.

Sedangkan untuk menuju digital banking lainnya, BNI Syariah terus mengembangkan kemampuan internal seperti perubahan kultur, platform, serta pembuatan aplikasi-aplikasi digital untuk memenuhi tren kebutuhan masyarakat. Meski digital terus digalakkan, layanan cabang tetap hal yang penting, selain itu kerja sama layanan call center 1500046 dengan BNI Induk yang lebih cepat dan akurat.

Direksi BNI Syariah. foto: dok humas

“Hasilnya memang belum signifikan, karena tranformasi digital masih terus dilakukan. Tapi, beberapa perubahan sudah dirasakan manfaatnya. Baik bagi nasabah, mitra bisnis maupun perusahaan. Hasil transformasi digital yang sudah terlihat, misalnya service excellence,” ungkap Wahyu.

Lihat saja, saat ini pertumbuhan jumlah cabang BNI Syariah mencapai 25% per tahun. Hingga, Oktober 2018 jumlah cabang ada 40 outlet terdiri dari cabang utama, cabang pembantu dan kantor kas. “Tahun 2019, kami targetkan akan membuka 27 outlet baru dan target pertumbuhan bisnis tahun 2019 sebesar 16-18 persen,” ujarnya.

Sebetulnya potensi bisnis, nilai Wahyu, bisa lebih besar lagi target pertumbuhannya. “Tapi kami jaga likuiditas menjaga keseimbangan antara sisi asset dan liabilities sehingga laba bisa optimal. Untuk target laba di tahun 2019, diharapkan tumbuh sebesar 30-35 persen,” imbuhnya.

Untuk dampak tranformasi digital BNI Syariah terhadap funding, Wahyu mengungkapkan, salah satunya terlihat dari pengembangan transaksi virtual account ke dompet digital. Selain itu, kehadiran fintech menjadi pangsa pasar baru bagi BNI Syariah untuk menawarkan layanan virtual account.

“Pertumbuhan funding BNI Syariah tahun 2018 sampai akhir Desember diperkirakan mencapai 27 persen, naik dari tahun sebelumnya sekitar 20-25 persen. Bahkan pada tahun 2013-2014 ketika perekonomian membaik, pertumbuhan funding BNI Syariah dapat mencapai 30 persen,” rincinya.

Hasanah Personal

Tranformasi digital terhadap pembiayaan BNI Syariah, kata Wahyu, terlihat dari kemudahan layanan transaksi digital secara tidak langsung turut mendorong pembiayaan BNI Syariah tumbuh positif.  Per Oktober 2018 pembiayaan meningkat 20,39% dari Rp 22,664 triliun di Oktober 2017 menjadi Rp 27,285 triliun di Oktober 2018.

Untuk pembiayaan, BNI Syariah memiliki aplikasi Hasanah Personal yang dapat diunduh di Playstore untuk smartphone berbasis Android dimana terdapat beberapa fitur antara lain direktori properti, pengajuan pembiayaan online, pengajuan Hasanah Card (kartu pembiayaan) online, simulasi pembiayaan hingga informasi promo Hasanah Card.

Direktur CTI Group, perusahaan teknologi informaasi (TI) Rachmat Gunawan mengingatkan, era disruptif akibat perkembangan teknologi menuntut perusahaan melakukan perubahan drastis agar dapat beradaptasi dengan zaman. Problematika VUCA bukan hanya tantangan, tapi mesti dihadapi perusahaan saat ini dan mendatang dengan solusi yang tepat.

“Digitalisasi telah menjadi faktor esensial dibalik pertumbuhan bisnis perusahaan. IDC melaporkan 60% pemimpin perusahaan di kawasan Asia Pasifik menempatkan transformasi digital sebagai strategi utama perusahaan selama tahun 2017. Transformasi digital bukan hanya menjadi isu utama para Chief Information Officer (CIO), tapi menjadi keharusan strategi bisnis dari para Chief Executive Officer (CEO),” ujar Gunawan terpisah.

Bukan cuma perhatian untuk bisnis sektor TI, lanjut dia, tapi juga semua lini bisnis segala industri, termasuk perbankan syariah. “Keberhasilan transformasi digital terletak pada beberapa faktor. Pertama, people atau sumber daya manusia atau SDM,” sebutnya.

Kedua, lanjut dia, teknologi digital itu sendiri. Dalam hal ini ada 4 hal yang harus dapat diintegrasikan dengan baik, yaitu social, mobile, data analytics dan cloud sehingga dapat menjadi sebuah layanan yang dapat mengubah proses bisnis maupun cara kerja di perusahaan.

Keuntungan yang diperoleh perusahaan jika dapat menerapkan transformasi digital adalah akan terjadi transformasi bisnis, sehingga dapat menemukan new business model. Selain itu, perusahaan juga dapat memberikan better customer experience karena akan memberikan pengalaman baru bagi para konsumen atau nasabahnya.

BNI Syariah sebagai bank pelat merah berupaya mengoptimalkan pemanfaatan sistem TI dari induknya melalui pengembangan produk dan jasa perbankan syariah agar dapat tumbuh dan berkembang di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat.

TI sebagai penggerak bisnis perusahaan harus fleksibel dan dapat diandalkan sehingga dapat mengikuti perkembangan berbagai produk perbankan syariah serta mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan.

Sebagai salah satu bank syariah terbaik di Indonesia, BNI Syariah berupaya untuk menerapkan dan meningkatkan tata kelola teknologi informasi. Fokus operasional teknologi informasi pada tahun 2014 adalah mengoptimalkan pemanfaatan Core Banking System BNI.

Ki-ka : Direktur Bisnis BNI Syariah, Ibu Dhias Widhiyati, Plt. Direktur Utama BNI Syariah, Bpk. Abdullah Firman Wibowo, Direktur Operasional dan Jaringan BNI Syariah, Bpk. Junaidi Hisom, Direktur Kepatuhan dan Risiko BNI Syariah, Ibu Tribuana Tunggadewi bersiap untuk melakukan pemaparan kinerja BNI Syariah tahun 2017 di Kantor Pusat BNI Syariah Jakarta (27/2)

Lalu pengembangan Sharia Link sebagai middleware system untuk mendukung layanan bisnis transaksional BNI Syariah, pengembangan Electronic Financing Origination (eFO) secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan otomasi pemrosesan pembiayaan dan otomasi pelaporan baik internal maupun eksternal untuk mendukung kinerja bisnis perusahaan.

Peranan Divisi Teknologi Informasi sangat diperlukan dalam mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan melalui pengembangan inovatif guna menghadapi persaingan bisnis antarperbankan syariah, memberikan layanan yang terbaik kepada nasabah, serta meningkatkan produk dan layanan operasional yang lebih kompetitif, lebih baik dan lebih cepat.

Divisi Teknologi Informasi BNI Syariah berada di bawah dukungan Direktur Operasi dan memiliki staf kompeten di bidang TI. “Divisi TI selalu berupaya untuk mengembangkan struktur organisasi satuan kerja dan melakukan penambahan jumlah staf pegawai untuk meningkatkan kapabilitas SDM. Hal ini dilakukan guna menjamin kelangsungan pertumbuhan bisnis BNI Syariah dalam aspek ketersediaan dan keandalan sistem TI,” jelas Wahyu.

Untuk melakukan transformasi digital, BNI Syariah membangun infstruktur TI dengan investasi besar. Menurut Wahyu, tahun 2017, alokasi belanja TI mencapai Rp80 miliar. Tahun 2018, dianggarkan Rp 66 miliar dan untuk tahun 2019 sebesar Rp 130 miliar atau naik 117% dibanding tahun sebelumnya.

Investasi Dana TI

Investasi dana TI digunakan untuk pengembangan dan maintenance server, pengembangan aplikasi digital seperti Wakaf Hasanah, Hasanah Personal 2.0, Hasanah Lifestyle 4.0 dan financing origination system berbasis mobile.

Salah satu langkah BNI Syariah mengimplementasikan digital banking adalah pengembangan Hasanah Digital. Melalui Hasanah Lifestyle Banking, BNI Syariah memberikan one stop service Hasanah yang memberikan produk dan layanan sesuai syariah yang dapat diakses melalui aplikasi Hasanah Mobile di smartphone atau gadget.

Hal ini memudahkan nasabah dalam mengetahui informasi fitur-fitur layanan dan produk BNI Syariah di mana pun dan kapan pun sehingga nasabah tidak perlu repot ke bank untuk bertransaksi.

Layanan Hasanah Lifestyle Banking Application di antaranya produk Wakaf Hasanah (berwakaf secara online), Migrant Mortgage (pembelian rumah untuk TKI), Umrah & Hajj (layanan ibadah lengkap dengan map locator), halal tourism dan hasanah wallet. Ini dilakukan lantaran terjadi pergeseran preferensi masyarakat atau nasabah dalam mengakses layanan keuangan dan perbankan secara digital.

Wakaf Hasanah digital merupakan produk yang diinisiasi oleh BNI Syariah untuk memfasilitasi masyarakat berwakaf. Dana yang terhimpun selanjutnya disalurkan ke proyek-proyek produktif meliputi commercial tower, rumah sakit dan lembaga pendidikan. Saat ini ada lima lembaga pengelola wakaf/nadzir yang telah bekerja sama dengan BNI Syariah. Antara lain, Yayasan Dompet Dhuafa, Yayasan Rumah Zakat, Global Wakaf, Yayasan Pesantren Al-Azhar, dan Badan Wakaf Indonesia.

suasana pameran yang diselenggarakan BNI Syariah

CEO Yoga Rifai Hamzah menjelaskan, layanan Ustadzqu bertumpu pada nilai-nilai dasar seperti inovasi, kecepatan, keahlian dan keberkahan. Inovasi artinya terus mengembangkan dakwah berbasis teknologi yang selaras dengan kebutuhan masyarakat. Lalu, kecepatan artinya Ustadzqu berkomitmen memberi layanan dakwah secara cepat, responsif dan meluas.

Sedangkan keahlian, berkomitmen menghadirkan ustadz dengan kualifikasi yang ahli dalam bidang agama, serta kompeten dari sisi keilmuan. Terakhir, yakni keberkahan, dimana Ustadzqu terus mendorong layanan dakwah yang selaras dengan peningkatan dampak kesejahteraan ustadz dan lingkungannya.

Saat ini, Ustadzqu dikatakan sudah melakukan kerja sama beberapa ormas Islam dalam menyediakan ustadz yang kompeten. Ke depan, Ustadzqu bukan hanya berfungsi mencari ustadz dan memudahkan dalam mengatur jadwal serta memperluas jangkauan dakwah, tapi lebih dari itu tercipta ekosistem di dalam jaringan Ustadzqu. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *