Tragedi menewaskan 129 penonton sepak bola kompetisi BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). Namun tewasnya penonton yang mayoritas diduga supporter Arema bukan karena bentrok atau perkelahian antarsuporter, salah satunya disebabkan tembakan gas air mata.
semarak.co-Dilansir suara.com, Minggu, 02 Oktober 2022 | 10:11 WIB/Gas air mata memang dapat menimbulkan bahaya bagi siapapun yang terpapar. Namun, apakah benar bahwa gas ini bisa memicu kematian seperti yang terjadi di Stadion Kanjuruhan?
Sebelum itu, aparat kepolisian disebut menembakkan terlalu banyak gas air mata lantaran Aremania (sebutan untuk supporter Arema FC) protes ke para pemain dengan turun langsung ke lapangan usai pertandingan sebab klub yang didukung kalah dari Persebaya 2-3. Sebaliknya suporter Persebaya memang lebih dulu tidak diizinkan hadir untuk menghindari bentrok.
Lantas, apa saja bahaya gas air mata dan seperti apa pelarangan penggunaannya dalam pengamanan pertandingan sepak bola? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini. Gas air mata mengandung senyawa kimia aktif berupa halogen organic sintetik.
Zat ini bukan gas biasa, tetapi sejenis benda cair atau padat yang dapat menyebar secara halus di udara. Tepatnya melalui pemakaian semprotan, generator, dan granat. Senyawa halogen organic sintetik yang umum ditemukan pada gas air mata ini adalah Chlorobenzylidenemalononitrile (CS) dan Chloroacetaphenone (CN).
Senyawa CN menjadi kandungan yang paling sering ditemukan pada gas air mata sehingga lebih cepat menyebabkan gangguan pada mata. Berbeda dengan senyawa CS yang hanya menimbulkan sensasi panas.
Tepatnya pada saluran pernafasan. Dengan kata lain, senyawa jenis ini bisa lebih cepat hilang dalam waktu sekitar 5-10 menit begitu orang yang terpapar mencium udara segar. Adapun cara kerja gas air mata menurut Perhimpunan Dokter Emergency Indonesia, bisa berpengaruh jika terhirup oleh manusia.
Sejumlah ahli juga menyatakan bahwa senyawa kimia yang ada di dalam gas ini terhirup, tubuh akan bereaksi secara alami. Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang Telan 127 Korban Jiwa, Insiden Kematian Suporter Terbanyak Kedua di Dunia.
Di antaranya, mendadak batuk, tersedak, hingga lendir mengalir dari hidung. Apabila senyawa kimia tersebut telah mengenai bagian tubuh lain, maka akan memicu rasa sakit, seperti peradangan.
Misalnya saja, pada mata, kulit, hidung, mulut, sampai paru-paru yang terasa seperti terbakar. Ditambah ada rasa mual yang juga berisiko muntah. Belum lagi, bahaya gas air mata ini dapat membuat seseorang kesulitan bahkan gagal bernapas.
Dengan dampak sulit bernapas, sebuah studi di Amerika Serikat menyebut paparan gas air mata yang terlalu tinggi atau dari jarak dekat bisa memicu kematian. Hal ini yang juga dialami para penonton Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam tadi.
Tambahan informasi, secara umum, efek dari senyawa yang terdapat di dalam gas air mata diketahui akan bertahan pada tubuh selama 15-30 menit. Jangka waktunya bisa lebih lama jika terkena paparan berulang.
Di sisi lain, penggunaan gas air mata saat pertandingan sepak bola memang dilarang. FIFA menulis aturan dengan pasal 19 b soal pengaman di pinggir lapangan. Bunyinya, “No firearms or ‘crowd control gas’ shall be carried or used (senjata api atau ‘gas pengendali massa’ tidak boleh dibawa atau digunakan)”.
Dengan begitu, sepak bola Indonesia disebut berisiko terkena denda untuk tidak menggelar liga atau pertandingan selama beberapa tahun kedepan karena sudah melanggar aturan tersebut. Mirisnya lagi, hingga menelan banyak korban jiwa.
Di bagian lain Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menyebut akan mengusut penggunaan gas air mata oleh pihak kepolisian dalam tragedi Kanjuruhan. “Ya, termasuk itu yang kita akan investigasi, kenapa sampai ada penggunaan gas air mata di stadion dan lain sebagainya,” ujar Amali lewat sambungan telepon dengan CNNIndonesia TV dilansir cnnindonesia.com, Minggu, 02 Okt 2022 10:45 WIB.
Padahal, kutip Amali, menurut aturan FIFA tak memperbolehkan penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola. Zainudin juga telah menginstruksikan sejumlah pihak untuk melakukan investigasi menyeluruh terkait kerusuhan. Ia tak mau dunia sepak bola di Indonesia kembali terpuruk.
“Tidak mau sepak bola kita ini akan kembali pada hal-hal yang di luar teknis atau di luar pembinaan dan prestasi,” ujar Zainudin yang langsung meluncur ke Malang bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit. Di sana, mereka akan memantau situasi terkini dan melakukan evaluasi.
“Kita akan melihat apa yang sebenarnya terjadi dan langkah-langkah yang harus kita lakukan, serta apa yang ke depannya untuk pembenahan dari keseluruhan ini,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan itu pecah usai suporter Arema memasuki lapangan karena kecewa tim yang dijagokannya kalah melawan Persebaya. Polisi pun meresponsnya dengan menembakkan gas air mata. Tak cuma pada suporter yang memasuki lapangan, tapi gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun penonton.
Tak ayal, hal tersebut pun memicu kepanikan. Akibatnya, massa berlarian sambil berdesak-desakan menuju pintu keluar. Beberapa mengalami sesak napas dan terinjak-injak hingga meninggal dunia. Hingga saat ini, dilaporkan sebanyak 130 korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengatakan bahwa pendukung Arema FC yang turun ke lapangan melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan. Hal itulah yang menjadi alasan polisi menembakkan gas air mata.
“Karena gas air mata itu, mereka [massa] pergi ke luar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan. Dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen,” ujar Nico, mengutip Antara. (net/sua/cnn/smr)