Menparekraf Dorong Komunitas Aktif Wujudkan Daerah Penyangga Pengembangan Borobudur

Candi Borobudur yang masih jadi magnet wisatawan. foto: humas Kemenparekraf

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno di hari terakhir kunjungan kerja ke Jawa Tengah dan Yogyakarta melakukan dialog dengan sejumlah komunitas pariwisata dan ekonomi kreatif.

semarak.co-Dalam kegiatan bertajuk Netas (Nemuin Komunitas) Menparekraf Sandi Uno berdialog dengan 23 perwakilan komunitas parekraf di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Sabtu sore (3/4/2021).

Bacaan Lainnya

Menparekraf Sandi Uno mengajak komunitas sebagai salah satu unsur pentahelix dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif untuk terus berkreasi, berinovasi, dan beradaptasi.

Terutama dalam menghadirkan destinasi-destinasi baru yang bisa menarik minat wisatawan sehingga berkembang daerah-daerah penyangga bagi Destinasi Super Prioritas Borobudur.

Borobudur akan tetap menjadi ikon, tegas Sandi Uno, tapi kita harapkan ada beberapa tempat yang menjadi episentrum-episentrum dalam skala kecil dan sedang yang bisa menarik kunjungan wisatawan.

“Salah satunya di Kulonprogo ini yang memiliki banyak sekali potensi pariwisata berbasis alam dan budaya,” kata Menparekraf Sandi Uno dalam kegiatan yang berlangsung di Kopi Ingkar Janji, seperti dirilis humas melalui WAGroup SiaranPers Kemenparekraf2, Minggu (4/4/2021).

Kehadiran daerah penyangga ini dinilai sangat penting karena pemerintah sebelumnya telah menetapkan bahwa pengembangan DSP Borobudur akan tetap memperhatikan keutuhan dan kelestarian Candi Borobudur sebagai peninggalan bersejarah bangsa Indonesia.

Masalah utama yang terjadi pada Candi Borobudur saat ini adalah tekanan besar terhadap strukturnya. Ini disebabkan peningkatan wisatawan candi yang mencapai 8.000 orang per hari pada 2019.

Menparekraf/Kabaparekraf Sandiaga Salahuddin Uno memberi salam sambutan dari Bupati Kulonprogo Sutedjo (kanan). Foto: humas Kemenparekraf

“Sementara, hasil studi Balai Konservasi Borobudur menunjukkan, idealnya Candi Borobudur hanya mampu menampung maksimal 128 pengunjung setiap harinya,” ujar Sandi Uno, sebutan pendek akrabnya.

Hal ini diwujudkan dengan mengimplementasikan konsep pariwisata berkualitas, kata dia, mulai dari aspek aksesibilitas dan konektivitas, amenitas, atraksi, dan ancillary. Termasuk menggali narasi yang dapat dikembangkan atas satu destinasi sehingga dapat memperkuat daya tarik.

“Di sinilah peran dari komunitas untuk berinovasi dan berkolaborasi dengan pemerintah. Secara totalitas kami akan memastikan bahwa DSP Borobudur siap menyambut pariwisata era baru pascapandemi. Kita bisa bangun narasi yang kuat. Selain keindahan alam, tapi juga keramahan masyarakat dan kearifan lokal tentunya,” katanya.

Hal senada dikatakan Bupati Kulonprogo Sutedjo. Kulonprogo sebagai daerah yang telah ditetapkan sebagai penyangga pengembangan KSPN Borobudur dikatakannya memiliki potensi yang kuat dalam pengembangan daya tarik pariwisata dan ekonomi kreatif.

“Kulonprogo merupakan daerah dengan potensi yang lengkap. Memiliki pantai sepanjang 24 kilometer, pegunungan indah, juga perbukitan dengan lanskap persawahan di bawahnya. Kekayaan budaya juga tinggi, karenanya sangat layak Kulonprogo menjadi daerah penyangga Borobudur,” kata Sutedjo.

Saat ini pihaknya tengah meningkatkan infrastruktur berupa jalan penghubung dari Yogyakarta International Airport ke arah KSPN Borobudur melalui punggung Bukit Menoreh. “Kami ikut mendorong agar potensi-potensi ini dapat dikembangkan oleh komunitas, pokdarwis sehingga memberikan kemaslahatan bagi masyarakat,” ujarnya.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama Badan Otorita Borobudur (BOB) Indah Juanita, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito, dan Ketua Satgas Jamban Jateng-DIY Pujo Priyono. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *