Amerika Serikat (AS) membuka kantong diplomatik China tanpa hak sehingga membuat Beijing China berang dan akan menyiapkan tindakan balasan. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Wang Wenbin mengatakan, AS dua kali membuka kantong diplomatik China tanpa izin pada Juli 2018 dan Januari 2020.
semarak.co– “Ini merupakan pelanggaran yang sangat mencolok Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik, Konvensi Wina tentang Hubungan Konsuler, dan pelanggaran berat terhadap martabat diplomatik dan kepentingan keamanan China,” kata Wang Wenbin, Kamis (23/7/2020).
Setelah dua kali insiden tersebut terjadi, lanjut diplomat pria yang baru saja menempati pos barunya sebagai jubir itu, misi diplomatik China di AS segera membuat pernyataan serius kepada pihak AS.
Menurut Wang, AS tidak menyangkal tuduhan China tersebut. Namun berulang kali pula menyampaikan alasan teknis untuk mengelak dari tanggung jawab atas tindakan yang salah. “Apa yang telah dilakukan AS bertentangan dengan hukum dan etika internasional yang mengatur hubungan internasional dan layak dikecam,” ujarnya.
Sebelumnya pada Rabu (22/7/2020), AS juga memaksa China untuk menutup konsulat jenderalnya di Houston paling lambat dalam waktu 72 jam. Wang menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak dibenarkan karena misi diplomatik China di AS, termasuk konjennya di Houston, adalah untuk mendukung kemitraan dan kerja sama bilateral serta observasi hukum internasional dan hukum yang berlaku di AS.
Konjen di Houston merupakan konjen pertama China di AS yang dibuka setelah kedua negara tersebut membangun hubungan diplomatik. “Lebih dari 40 tahun, konjen tersebut mendukung kemitraan, kerja sama bilateral, dan saling memahami. Tuduhan AS bahwa Konjen China di Houston melakukan kegiatan di luar kewenangan merupakan fitnah besar,” ujar Wang.
Permintaan penutupan Konjen China di Houston, jelas dia, merupakan pelanggaran hukum internasional secara serius yang dapat merusak hubungan bilateral. “China akan melakukan tindakan balasan yang diperlukan terhadap tindakan tak rasional AS,” katanya dikutip Reuters, Jumat (24/7/2020).
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan AS dan sekutu-sekutunya harus menggunakan cara yang lebih kreatif dan tegas untuk menekan Partai Komunis China agar mengubah kebijakan.
Ketika berbicara di Perpustakaan Nixon di Yorba Linda, California, Kamis (23/7/2020), Pompeo mengulangi tuduhan yang sering kali dilontarkan AS bahwa China melancarkan praktik perdagangan tidak adil, pelanggaran hak asasi manusia dan upaya untuk menyusup ke masyarakat Amerika.
Dia mengatakan militer China telah menjadi lebih kuat dan lebih mengancam. Ia juga mengatakan bahwa pendekatan yang telah dilakukan selama ini belum membawa perubahan di dalam China.
“Kenyataannya adalah bahwa kebijakan kita -dan kebijakan negara-negara bebas lainnya- membangkitkan kembali ekonomi China. Kita, negara-negara yang mencintai kebebasan di dunia harus mendorong China untuk berubah dengan cara yang lebih kreatif dan tegas, karena tindakan Beijing mengancam rakyat dan kesejahteraan kita,” kata Pompeo.
Ia menambahkan, “Jika dunia tidak berubah, Komunis China pasti akan mengubah kita. Mengamankan kebebasan kita dari Partai Komunis China adalah misi kita, dan Amerika berada pada posisi yang tepat untuk memimpinnya,” ucapnya.
Pidato Pompeo muncul pada saat hubungan AS-China merosot ke titik terendah dalam beberapa dekade. Ikatan kedua negara memburuk karena berbagai masalah, mulai dari pandemi Covid-19 yang pertama kali dilaporkan muncul di China, hingga praktik perdagangan dan bisnis Beijing, klaim teritorialnya di Laut Cina Selatan, dan tindakan kerasnya terhadap Hong Kong.
Washington pada Selasa (21/7/2020) memberi China waktu 72 jam untuk menutup konsulat di tengah tuduhan bahwa Beijing melancarkan aksi mata-mata secara luas. Pompeo mengatakan konsulat telah menjadi pusat mata-mata dan pencurian kekayaan intelektual.
China mengatakan langkah AS itu telah merusak hubungan kedua negara. South China Morning Post melaporkan bahwa China dapat menutup Konsulat AS di Kota Chengdu di China barat daya, sementara satu sumber mengatakan kepada Reuters pada Rabu (22/7) bahwa China sedang mempertimbangkan untuk menutup konsulat di Wuhan. Pada awal wabah virus corona, Amerika Serikat menarik stafnya yang bertugas di konsulat tersebut. (net/pos/smr)