Oleh Anonym *
semarak.co-Jawaban sederhana dari pertanyaan yang tak pernah ditanyakan itu, lantaran Islam tak pernah berkuasa di NKRI. Ada beberapa hal yang bisa menjelaskan pertanyaan dan jawaban di atas.
Kiprah umat Islam sangat terang benderang di masa kolonial. Baik penjajah kafir Belanda maupun kafir Jepang. Setelah NKRI berdiri, umat Islam kembali menyibukkan diri sebagai rakyat jelata. Hanya sedikit dari mereka yang terlibat secara struktural menjadi pejabat negara.
Peran umat Islam kembali menonjol saat Belanda melakukan agresi militer 1949. Sementara setahun sebelumnya (1948), umat islam di Jawa Timur (Madiun, Ponorogo, Blitar, Pacitan dll, pesisir selatan Jatim) menjadi korban kebengisan Komunis Indonesia tanpa membalas.
Di tahun 1965, kembali umat Islam tampil menjadi penyelamat NKRI dari rongrongan Komunis Indonesia. Sebelum bangkit melawan, banyak umat islam yang sudah menjadi korban kebiadaban Komunis. Bahkan NKRI kehilangan 6 Jenderal 1 orang Perwira yang mayatnya ditemukan di Lubang Buaya, kawasan Halim Perdana Kusuma.
Lagi-lagi usai menunaikan kewajiban Jihadnya, umat islam kembali ke kandang. Menjadi petani, pedagang, santri dan guru santri kembali. Ketidakberadaan umat islam dalam mengisi ruang-ruang kemerdekaan yang dihasilkan, membuat kelompok islam marjinal hampir dalam semua bidang kehidupan di NKRI.
Baik semasa kekuasaan Orla, Orba, umat islam tidak banyak bertingkah ketika disudukan oleh pihak penguasa. Di akhir masa kekuasaan Orba (1990an), Islam sedikit diberi tempat oleh penguasa rezim Soeharto. Namun sayang, kenikmatan itu tidak berlangsung lama lantaran adanya gerakan reformasi.
Tatanan politik, ekonomi, sosial maupun budaya yang sudah relatif tenang, kembali bubrah. Di rezim Jokowi, penulis merasa umat Islam Indonesia, kembali mengalami marjinalisasi sangat memprihatinkan. Hal itu bukan berarti sebelum rezim Jokowi umat islam tidak mengalami kriminalisasi.
Namun dibandingkan di era Presiden Gus Dur, hingga Presiden SBY, di masa Jokowi inilah umat islam mengalami marjinalisasi cukup serius. Pemberangusan potensi umat islam untuk turut mengaktualisasikan diri dalam membangun NKRI, bukan hanya mengesankan dihalangi.
Laku zalim penguasa bahkan mengkriminalisasi, bahkan tak segan menghilangkan nyawa. Salah satu diantara bukti adalah tragedi penculikan dan pembunuhan 6 orang pengawal HRS di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek.
Pilgub DKI tahun 2017 dan Jelang Pilpres 2024 adalah bukti lain adanya itikat buruk pada aktualisasi umat islam Indonesia. Berbagai fitnah, tudingan miring, kriminalisasi hingga fitnah terorisasi individu, ormas dilakukan tanpa tedeng aling-aling lagi.
Tudingan pada Anies Baswedan mulai dari sosok pemimpin intoleran, radikal, pengasong politik identitas, pengusung khilafah, terus disematkan. Padahal, semua itu dilakukan sebagai bentuk pemberangusan Islam dan umatnya di Indonesia secara konsisten dari waktu ke waktu, dari rezim ke rezim.
Dari sini, timbul pertanyaan mendasar. Siapakah sebenarnya dirimu wahai rezim penguasa NKRI? Dari waktu ke waktu kalian konsis, TSM memberangus Islam dan umatnya. Kalian marjinalkan, kalian keruk kekayaan alamnya, kalian dangkalkan aqidahnya dengan berbagai cara.
Apakah kalian Alien yang selalu menyusup ke dalam tubuh-tubuh penguasa kami dari waktu ke waktu? Mudah-mudahan tulisan ini hanya ilusi, imaji dari penulisnya. Jika menurut anda ini fakta, semuanya terserah anda!
*) penulis tidak ditemukan dalam share link artikel ini namun karena menjadi pesan berantai, maka ditayangkan sambil menunggu ada klaim sebagai penulis, baru nanti dikoreksi
sumber: WAGroup ANIES MAJU UNTUK NKRI (postJumat9/12/2022/chessplenx