Amerika Serikat (AS) menduga kuat virus Corona berasal dari laboratorium di China. Mengingat, kasus pertama COVID-19 ditemukan di Wuhan, provinsi Hubei, China pada 2019.
semarak.co-Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki, Senin (24/5/2021) mengatakan, AS berharap Organisasi Kesehatan Dunia atau world health organisation (WHO) dapat melakukan penyelidikan yang lebih transparan terkait asal-usul Covid-19.
Hal itu disampaikan setelah Wall Street Journal menerbitkan laporan tentang tiga virolog di Wuhan, China, yang mencari perawatan di rumah sakit sebulan sebelum negara tersebut mendeteksi kasus awal Covid-19.
Dalam pernyataannya, Psaki mengatakan, AS tidak dapat mengonfirmasi laporan Wall Street Journal, seperti dilansir detik.com, Rabu (25/5/2021). Dia menyebut dibutuhkan lebih banyak informasi untuk memverifikasi kabar tersebut.
Baru-baru ini, Badan Intelijen AS melaporkan temuan 3 orang peneliti dari Institut Virologi Wuhan (IVW) yang sempat sakit parah pada November 2019, berdekatan dengan temuan pertama kasus COVID-19. Dilaporkan, 3 peneliti tersebut sempat mencari perawatan rumah sakit, namun belum ada kepastian soal gejala yang dialami.
Hal tersebut bertentangan dengan pernyataan WHO pada Maret 2021 yang menegaskan bahwa teori virus Corona disebabkan kecelakaan di laboratorium sangat tidak mungkin. WHO menyebut, penelitian lebih lanjut masih amat diperlukan.
Dalam laporan yang diterbitkan pada Ahad (23/5/2021), Wall Street Journal menyebut tiga peneliti Inistitut Virologi Wuhan mencari perawatan ke rumah sakit pada November 2019, sebulan sebelum Cina mendeteksi kasus awal Covid-19. Informasi itu ia peroleh dengan mengutip laporan intelijen AS yang sebelumnya dirahasiakan.
Menurut Wall Street Journal, informasi tersebut dapat menegaskan seruan penyelidikan lebih luas tentang dugaan apakah virus korona penyebab Covid-19 muncul akibat kebocoroan laboratorium.
Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS enggan menanggapi laporan Wall Street Journal. Namun dia mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden masih mempertanyakan tentang fase-fase awal pandemi Covid-19, termasuk asal-usul Covid-19.
AS sedang bekerja dengan WHO dan negara-negara anggota lainnya, kata juru bicara itu, untuk mendukung evaluasi berbasis ahli tentang asal-usul pandemi yang bebas dari campur tangan atau politisasi.
“Kami tidak akan membuat pernyataan yang merugikan studi WHO yang sedang berlangsung ke dalam sumber SARS-CoV-2, tetapi kami sudah jelas bahwa teori yang masuk akal dan secara teknis dapat dipercaya harus dievaluasi secara menyeluruh oleh para ahli internasional,” demikian juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
Pada Ahad lalu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China menegaskan, hasil penyelidikan WHO ke Wuhan pada Februari lalu menyimpulkan bahwa kebocoran laboratorium sangat tidak mungkin terjadi.
“AS terus menggembar-gemborkan teori kebocoran laboratorium. Apakah ia benar-benar peduli tentang melacak sumber atau mencoba mengalihkan perhatian?” kata Kemlu China menanggapi permintaan komentar dari Wall Street Journal, seperti dilansir republika.co.id, Rabu (25/5/2021).
Pada Maret 2021, WHO merilis hasil penyelidikan tentang asal-usul Covid-19 yang dilakukan bersama para ahli dari China. Mereka menjelaskan skenario paling mungkin terkait rantai penyebaran adalah virus dibawa kelelawar, kemudian ditularkan ke manusia lewat hewan lain.
Tim mengusulkan penelitian lebih lanjut di setiap area, kecuali hipotesis kebocoran laboratorium. Namun Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta tim yang menyelidiki asal-usul pandemi Covid-19 tetap mendalami kemungkinan kebocoran laboratorium sebagai penyebab menyebarnya virus.
“Meskipun tim telah menyimpulkan bahwa kebocoran laboratorium adalah hipotesis yang paling kecil kemungkinannya, hal ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut, berpotensi dengan misi tambahan yang melibatkan ahli spesialis, yang siap saya kerahkan,” kata Ghebreyesus pada 30 Maret lalu.
Juru bicara Kemlu China Zhao Lijian membantah laporan AS. Menurutnya, kabar temuan peneliti WIV sakit parah tersebut sama sekali tidak benar. Dalam pertemuan bersama WHO, Selasa (25/5/2021), Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Xavier Becerra menegaskan, AS mengharapkan ketelitian dalam penyelidikan yang berlangsung.
Ia tak secara langsung menyebut China. Namun menurutnya, imbas pandemi yang telah merembet ini perlu dikaji secara transparan. “Pandemi COVID-19 bukan hanya terjadi selama satu tahun dalam hidup kita, tapi juga memengaruhi jutaan nyawa,” kata Becerra dalam pidatonya di Majelis Kesehatan Dunia, dikutip dari BBC, Rabu (26/5/2021).
Ia berharap, investigasi WHO perihal asal-usul virus Corona bisa sepenuhnya terlepas dari campur tangan dan politisasi. “Fase 2 dari studi asal-usul COVID-19 harus dilakukan dengan kerangka acuan yang transparan, berbasis sains dan memberi para ahli internasional kebebasan untuk menilai sumber virus dan hari-hari awal wabah. rep/dtc/smr)