LSI Temukan Mayoritas Publik Nilai Kondisi Ekonomi Buruk, Fuad: Ekonomi Indonesia Jatuh Awal 2023

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) diartikan sedang pusing memikir kondisi negara. foto: internet

Menteri Keuangan RI Tahun 1998 Fuad Bawazier memprediksi perekonomian nasional masih terasa nyaman karena diuntungkan faktor eksternal yakni kenaikan harga komoditas dunia. Fuad berharap, pemerintah segera membenahi pengeluaran yang tidak perlu atau tidak penting,

semarak.co-Karena hal itu akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) seperti proyek pembanguna Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kerata Api Cepat Jakarta Bandung, dan lain-lain. Kita juga, nilai Fuad, harus mendorong kemandirian pangan, banyak sekali sawah berubah fungsi menjadi lahan komersial.

Bacaan Lainnya

“Impor beras memang tidak terdengar kuat, namun permintaan gandum sebagai bahan pangan pengganti beras cukup tinggi. Intinya kita meningkatkan kemampuan internal terlebih dahulu. Kalau ini kemudian jatuh harganya, bagaimana dan kemungkinannya pasti ada, bisa akhir atau awal tahun 2023. Kalau ini terjadi, semua akan drop, bakal kalang kabut,” kata Fuad dilansir keuangannews.id/24/07/2022 4:23 AM.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Gunawan Tjokro mengatakan, pengusaha optimistis bisa melewati kondisi sulit atau krisis. Hal ini, dengan jalan merespon dengan pengetatan pengeluaran dan meningkatkan kapasitas peluang pemodalan dari perbankan.

“Kami ini modalnya optimistis, bahkan saat krisis ada opsi peluang pinjaman malah kita optimalkan. Terpenting cash flow terus berjalan. Bagi pengusaha, dampak krisis terjadi dari konsumen menahan konsumsinya,” imbuh Gunawan di acara yang sama.

Kemudian juga disikapi pengusaha dengan menahan atau menunda capex nya dan fokus pada pengeluaran rutin terlebih dahulu. “Sebab kalau masuk resesi, cash flow berantakan, akan sangat membahayakan,” terang Gunawan lagi.

Gunawan lantas menceritakan pengalamanya saat terjadi krisis 1998. Saat itu, permintaan konsumen anjlok hanya tinggal sekitar 20%. “Karena mampu menahan pengeluaran, kita malah mengambil alih tiga perusahaan yang sudah mau bangkrut,” ulasnya.

Intinya, lanjut Gunawan, persiapan cashflow harus baik saat musim paceklik. “Setiap krisis selalu ada kesempatan, kita juga tak boleh over reaction atau respon berlebihan. Kalau terlalu reaktif malah akan menciptakan lubang resesi sendiri,” pungkasya.

Di bagian lain Lembaga Survei Indonesia (LSI) telah mengeluarkan hasil temuannya surveinya mengenai persepsi publik terhadap ekonomi nasional. Hasilnya, mayoritas publik masih menganggap negatif kondisi ekonomi Indonesia dalam kurun waktu setahun terakhir.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan menuturkan, dalam surveinya peneliti menanyakan persepsi publik terhadap situasi ekonomi nasional sejak Juni hingga awal Juli silam. Publik beranggapan, mayoritas publik masih menilai buruk kondisi ekonomi nasional.

“Artinya persepsi ekonomi masih negatif, dibandingkan yang menilai positif masih sedikit. Penilaian negatif itu terhadap ekonomi itu merata di seluruh kategori demografis gender kemudian usia dan seterusnya,” ucap Djayadi dalam keterangannya secara virtual, Minggu (24/7/2022) dilansir oposisicerdas.com/Senin, Juli 25, 2022.

Di sisi lain, persepsi anak muda terhadap kondisi ekonomi nasional justru positif saat ini. “Yang agak positif penilaiannya hanya di kalangan yang usia muda, atau pemilih pemula di sini tertulis ada 33 persen yang menilai kondisi ekonomi lebih baik ada 20 yang menilai baik ada penilaian positif dari kelompok yang paling muda,” ucapnya.

Kemudian, masyarakat yang berpendapatan rendah justru menilai kondisi ekonomi di Indonesia justru berimbang, antara positif dan negatif. Wilayah yang menilai positif pertumbuhan ekonomi ada di kawasan Jawa Tengah, DIY, Maluku, dan juga Papua. “Tapi secara umum penilaian terhadap kondisi ekonomi adalah negatif,” imbuhnya.

Jika dilihat secara umum, kata Djayadi, tren dari persepsi publik ini dari waktu ke waktu sejak Mei 2022 yang lalu. Survei nasional terakhir dilakukan LSI melalui telepon itu tidak banyak berubah. “Kondisi ekonomi masih stagnan masih lebih banyak yang menilai negatif dibandingkan yang bernilai positif,” tutupnya.

Survei LSI ini dilakukan pada periode Juni hingga awal Juli 2022, dengan metodologi random digit dialing melalui sambungan telepon sebanyak 1.206 responden, dengan memilih sampel secara acak. Margin of error survei ini kurang lebih 2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 29 persen, asumsi sample random sampling.

 

sumber: oposisicerdas.com dari rmol di WAGroup PEACE ANIES for RI 1 (postSenin25/7/2022/doel124)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *