“Warga berharap dibawah kepemimpinan Anies-Sandi apabila terpilih nanti, masyarakat Cipinang Melayu tidak kebanjiran lagi. Mereka berharap banjir seperti ini tidak terjadi lagi kedepannya,” ucapnya di lokasi, Jakarta Timur, Rabu (22/2).
Adi menambahkan, musibah banjir tersebut dikarenakan genangan dan luapan air sungai akibat normalisasi sungai yang kurang efektif. Menurutnya, untuk mengatasi banjir harus dimulai dari normalisasi sungai. “Normalisasi kali Cipinang benar-benar dapat dioptimalkan karena banjir tahun ini benar-benar lebih parah dari sebelumnya. Banjir kali ini lebih parah dari sebelumnya, ketinggian sampai 2,5 M padahal BKT dari tempat terjadinya banjir cuma berjarak 1 KM,” pungkas Adi menirukan keluh warga.
Memang dua cagub DKI berkunjung ke lokasi banjir. Keduanya memiliki cara yang berbeda saat melakukan kunjungan. Anies berkunjung ke RW 04 Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur, pada Senin (20/2). Dalam kunjungannya, Anies menyempatkan diri menyusuri lokasi banjir dengan naik perahu karet.
Bahkan Anies turun langsung ke dalam genangan air. Mantan Mendikbud itu kemudian terjun dan berjalan di tengah air untuk menyapa warga yang masih bertahan di rumahnya. Meski saat itu cuaca sedang hujan deras, Anies seolah tak menghiraukan dan terus berjalan.
Di Cipinang Melayu, Anies mengaku menerima keluhan dari warga terkait dengan mandeknya proyek normalisasi Kali Sunter. Ia juga mempertanyakan hal tersebut. “Tadi saya datang ke sini melihat nyata situasinya, lihat dari dekat, merasakan, dan juga mendengar apa masalahnya. Saat ini saya belum jadi gubernur, jadi saya belum bisa berbuat langsung. Tapi satu hal yang pasti, coba lihat nanti dilihat rencana tahun 2014. Karena menurut laporan berhenti mulai tahun 2014 (normalisasinya), kenapa tidak terlaksana,” ucap Anies di Cipinang Melayu, Senin (20/2).
Setelah mengunjungi lokasi banjir, dia bergegas menuju lokasi pengungsian di Masjid Universitas Borobudur untuk melihat kondisi pengungsi banjir Cipinang Melayu. Kemudian pada Selasa (21/2), Anies kembali mengunjungi daerah yang terdampak banjir. Dia datang ke permukiman warga di RW 07 Kelurahan Rawa Jati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (21/2).
Sama halnya ketika berkunjung ke Cipinang Melayu, Anies juga menyempatkan diri menyusuri dan mendatangi rumah warga yang terendam banjir. Dia memilih terjun ke dalam genangan air untuk lebih dekat menyapa warga. Dalam kunjungannya ke Rawajati, Anies mengatakan relawan Anies-Sandi akan ikut memberi bantuan. Nantinya mereka akan lebih dulu mendata kebutuhan warga di lokasi banjir. Ini dilakukan agar bantuan yang diberikan tepat sasaran.
“Mereka akan datang ke setiap tempat, tanya yang dibutuhkan apa, lalu diberikan. Jadi nggak memberikan yang tidak sesuai kebutuhan. Mereka ke tempat pengungsian, tanya kebutuhannya, baru kemudian memanggil bantuan untuk diberikan,” ujar Anies di Rawajati.
Anies mengimbau relawannya saling membantu korban banjir dengan memberikan sejumlah bantuan. Dari obat-obatan hingga makanan. Bantuan tersebut dapat diberikan di 3 lokasi pengumpulan, yakni:
1. Posko Pemenangan Anies-Sandi: Jalan Cicurug No. 6, Menteng, Jakarta Pusat
2. Kantor DPP Gerindra: Jalan RM Harsono No. 54, Ragunan, Jakarta Selatan
3. Kantor DPW PKS: Jalan Letjen Soeprapto No. 17, Kemayoran, Jakarta Pusat
Sementara Basuki Tjahaja Purnama, pada hari yang sama menyempatkan diri mengunjungi lokasi banjir Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Bedanya, Anies memilih terjun langsung merasakan banjir, Ahok hanya berdiskusi dengan dinas-dinas terkait dan warga. Kepada warga, Ahok mengingatkan akan pentingnya membuat sertifikat tanah. Dalam kesempatan itu, Ahok menjelaskan mengapa banjir di Cipinang Melayu lama surut.
Hal tersebut, menurutnya, disebabkan oleh tinggi rumah warga yang sama dengan sungai. Karena itu, Jakarta disebutnya memerlukan tanggul untuk menangkal air laut agar tidak masuk ke Jakarta. “Itu yang paling saya khawatir kalau Jakarta nggak bikin tanggul utara itu, termasuk pasar ikan itu, tanggul setinggi 3,8 meter. Hujan terus-menerus dan tiba-tiba pasang laut sampai di atas 2,8 meter, Jakarta 40 persen bisa tenggelam. Karena pompanya nggak bisa mompa, laut sama darat sama tingginya,” papar Ahok di Cipinang Melayu, Senin (21/2).
Setelah berbincang, Ahok sempat diminta warga turun langsung mengecek lokasi dengan memakai perahu karet. Namun Ahok menolaknya. Dia lebih memilih berfoto bareng dengan warga dan PPSU di perahu. Ahok punya alasan sendiri. Menurutnya, perahu karet lebih baik digunakan untuk evakuasi warga daripada mengangkut dia dan pejabat lainnya. (okc/dtc/lin)