Komunitas Salihara bersama ArtSociates: Memaknai Identitas Antara Diri Sendiri dan Yang Lain dalam Theatre and the Other Self

Falyer atau e poster pameran senirupa Theatre and the Other Self. Foto: humas Salihara

Komunitas Salihara bekerja sama ArtSociates menggelar pameran dua seniman bertajuk Theatre and the Other Self. Pameran ini menampilkan karya-karya Mujahidin Nurrahman dan Nesar Eesar yang dibuka Sabtu, 16 November 2024 di Galeri Salihara Kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

semarak.co-Pameran yang dikuratori Krishnamurti Suparka ini akan berlangsung hingga 15 Desember 2024. Theatre and the Other Self menghadirkan sudut pandang unik tentang diri sebagai hasil negosiasi dari beragam pengaruh sosial, budaya, dan sejarah.

Bacaan Lainnya

Dalam pameran ini, terang Krishnamurti, sandiwara digunakan sebagai metafora kehidupan, mencerminkan dinamika identitas dalam percakapan global yang penuh perubahan.

Karya-karya Nurrahman dan Eesar menyoroti gagasan tentang diri yang selalu berhadapan dengan yang lain menunjukkan bagaimana konstruksi identitas tidaklah tetap dan selalu berkembang di bawah bayang-bayang pengaruh eksternal. Praktik berkarya Nurrahman dan Eesar melampaui narasi-narasi biografis.

“Keduanya membahas tema-tema keyakinan, kelokalan, dan simpangan antara yang pribadi dan publik, selagi mempertanyakan kerangka pengakuan dan penolakan dalam masyarakat yang langgeng hingga hari ini,” ujar Krishnamurti dirilis humas Salihara melalui pesan elektronik redaksi semarak.co, Jumat (15/11/2024).

Kedua seniman dalam pameran ini, sambung Krishnamurti, meski berasal dari latar budaya dan sejarah yang berbeda, memiliki pandangan yang sejalan dalam memaknai identitas sebagai sesuatu yang tak terhindarkan dari pandangan orang lain.

Keduanya berasal dari generasi di mana Islam dipandang sebagai sesuatu yang asing, dengan stereotip yang menempatkannya sebagai ancaman bagi dunia Barat. Sebagai orang yang lahir dengan nama pejuang iman dan Cahaya rahmat Nurrahman dibayangi beban stereotip yang telah dipupuk oleh propaganda global.

Sedangkan bagi Eesar, pengasingan adalah bagian dari hidupnya. Ia lahir dan besar di Afganistan, ia menyaksikan konflik berkepanjangan di tanah kelahirannya. Baginya, Afganistan bukan hanya tempat konflik tetapi juga kenangan tentang keluarga, kepulangan, dan rasa kehilangan.

Melalui seni, Nurrahman dan Eesar mempertanyakan dan merebut kembali identitas mereka. Nurrahman kini memeluk namanya dalam karya-karyanya, menghadirkan potongan-potongan ornamen yang penuh simbolisme.

Sementara Eesar mengenang tanah kelahirannya melalui sapuan warna yang membawa ingatan masa lalu ke dalam komposisi baru. Kedua seniman ini menawarkan eksplorasi tentang “rumah” sebagai sesuatu yang tidak tetap, tetapi selalu berada di antara kehilangan dan penemuan kembali.

Narasi “diri” mereka diwarnai oleh pengaruh luar yang kuat, khususnya representasi Timur yang telah lama dikonstruksi oleh pandangan Barat. Pameran ini mengajak kita merenungkan bagaimana citra diri yang kita miliki sering kali ditentukan oleh konstruksi sosial yang terjadi di luar diri kita sendiri.

Di tengah masyarakat yang sedang sibuk membahas isu representasi dan inklusi, Theatre and the Other Self membuka ruang bagi kita untuk merenungkan tentang bagaimana persepsi terbentuk. Pameran ini mengajak kita untuk berpikir bagaimana konstruksi “keliyanan” terus memengaruhi interaksi dan pemahaman kita dalam kehidupan bermasyarakat saat ini.

Pameran ini tidak hanya menampilkan karya seni, tetapi juga batas-batas persepsi, mendorong kita untuk terlibat secara kritis terhadap identitas yang dilihat, dipandang, dan dipahami di dunia yang batas antara diri sendiri dan yang lain semakin kabur atau bahkan semakin terhubung.

Pameran ini dapat dikunjungi mulai 16 November 2024 hingga 15 Desember 2024 (Senin & libur nasional tutup) di Galeri Salihara, dari jam 11:00 – 19:00 WIB. Pengunjung cukup membayar Rp50.000 (umum) dan RP25.000 (pelajar) untuk bisa menikmati pameran ini secara penuh.

Tentang Seniman

Mujadihin Nurrahman (Bandung) memiliki karya yang khas, yaitu karya berbasis kertas yang dipotong-potong menjadi ornamen arabes yang cantik dan amat rinci, namun mengambil bentuk yang berseberangan secara ide, seperti senapan, peluru, hingga roket misil.

Lahir dari keluarga Islam yang taat, Mujahidin kerap membahas isu-isu seputar Islam serta stigma kekerasan dan terorisme yang kerap menyertainya. Sedangkan Nesar Eesar (Afghanistan, kini tinggal di Bandung), belajar kaligrafi pada masa rezim Taliban (1996-2001).

Kemudian seni lukis realistik dan miniatur di Kabul. Karya-karyanya kerap menggambarkan kondisi Afganistan dan dampak perang terhadap masyarakat Afghanistan. Kini ia berfokus pada isu pengungsian dan migran dengan karya bergaya lukisan Miniatur bergaya tradisional dari abad ke-15 Herat, Afghanistan.

Tentang Kurator

Praktik Krishnamurti Suparka mencakup drawing, menulis, mengajar, dan mengkurasi. Karya dan konsep kuratorialnya merupakan refleksi mendalam atas kondisi masyarakat terkini, termasuk: 1) Dampak sejarah, teknologi dan kemajuan material terhadap alam dan penghuninya.

2) Tentang arus informasi dan dampaknya terhadap akuisisi pengetahuan dalam gaya hidup serba-meme dan masa pasca-kebenaran (post-truth); serta 3) Cara kerja bahasa dan kode-kode linguistik dalam dunia yang saling terhubung.

Tentang ArtSociates

ArtSociates adalah manajemen seni dan seniman yang didirikan pada 2007 oleh Andonowati sebagai bagian dari Foundation AB. Tujuan utamanya adalah mempromosikan seniman-seniman Indonesia kepada audiens yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Selain itu, ArtSociates juga berfokus pada pengelolaan industri kreatif dengan tujuan membangun sebuah ruang yang memantau perkembangan dan inovasi di bidang seni dan budaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, ArtSociates mengelola dan membina seniman-seniman yang diwakilinya dengan memperkuat kualitas mendasar dari karya mereka.

Di saat yang sama, ArtSociates juga mengelola distribusi karya seni mereka dan meningkatkan kualitas portofolio seniman-seniman tersebut. Lebih lanjut, ArtSociates aktif mencari talenta baru dan inovatif melalui program penghargaan dua tahunan mereka, Bandung Contemporary Art Award. (smr)

Pos terkait