Kiat Menulis Ala Kang Maman, Asah Kemampuan yang Jadi Warisan Berharga Bagi Birokrat Muda

Rita Nurlita Setia saat menjadi pembicara webinar Bincang Inspirasi ASN melalui aplikasi Zoom dan YouTube Kementerian PANRB. Foto: humas PANRB

Produktif dengan Menulis, diangkat menjadi seminar daring atau webinar Bincang Inspirasi ASN (Aparatur Sipil Negara). Webinar edisi kedua yang diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) ini, tayang pada Selasa (28/4/2020) pukul 15.30 WIB.

semarak.co– Peserta akan belajar dari narasumber yang merupakan penggiat literasi sekaligus penulis senior Maman Suherman. Dalam webinar ini, peserta diajak mengasah kemampuan sekaligus meningkatkan produktivitas selama work from home (WfH) dengan aktif menulis.

Bacaan Lainnya

Kang Maman, panggilan akrabnya, membagikan segudang pengalaman yang dimilikinya di bidang penulisan dan kreatif. Bincang Inspirasi ASN menghadirkan juga ASN yang aktif dalam kegiatan literasi digital, yakni Rita Nurlita Setia melalui aplikasi Zoom dan YouTube Kementerian PANRB.

Saat ini Rita berkarier sebagai Pranata Humas di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Depok. Tidak lupa pula, salah satu penerima piala Adhigana dalam Anugerah ASN 2019, Aryo Pamoragung, hadir menjadi moderator seminar daring (dalam jaringan) atau secara online ini.

Selama bekerja di rumah, menulis bisa menjadi salah satu alternatif untuk tetap produktif. Namun, masih banyak yang merasa bingung ketika akan merangkai kata untuk menuangkan ide. Penulis senior Maman Suherman menceritakan bagaimana ia terjun sebagai penulis hingga menghasilkan karya-karya hebat.

Kang Maman mengungkapkan salah satu motivasi terkuatnya untuk menulis adalah berkat sang ayah yang sudah mengajari membaca sejak kecil. Maman kecil sudah bisa membaca dengan lancar pada usia 3,5 tahun.

Mendiang ayahnya berkata, “Kalau kamu bisa membaca, kamu pasti akan menulis. Dan setelah itu, kamu bisa hidup di mana saja, dipekerjaan apa aja.” Untuk itu, ia memegang prinsip 5R dalam menulis. Kelima R tersebut adalah read, riset, reliable, reflection, dan (w)rite.

Menurutnya, seorang penulis wajib membaca. “Penulis itu pembaca yang baik. Tidak bisa menulis kalau tidak suka baca,” ucapnya seraya mengingat pesan mendiang ayahnya, dalam Bincang Inspirasi ASN Edisi 2, Selasa (28/4/2020).

Tulisan wajib berdasarkan data dan fakta. Demi mencari data dan fakta, tiap menulis buku, dirinya menargetkan untuk membaca 40-50 buku baru. Begitu pun dengan prinsip reliable, hasil riset membantu sebuah tulisan menjadi presisi dan dapat diandalkan.

Setelah melewati tiga prinsip sebelumnya, maka tulisan dapat menjadi reflection. Suatu tulisan, lanjutnya, harus dapat dilihat dari berbagai perspektif, sehingga dapat memperkaya pembaca.

Yang kemudian tak kalah penting adalah prinsip kelima, yakni (w)rite. “Menulislah yang right, yang benar. Yang benar menurut siapa? Tanyakan hati nurani kamu,” jelas salah satu dewan juri Anugerah ASN ini.

Selain memenuhi prinsip 5R, sebelum menuangkan ide ke dalam tulisan, penulis dapat menggunakan teknik peta pikiran dengan membuat kerangka 5W1H, yakni apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana.

Setelah peta pikiran tersebut selesai, maka langkah selanjutnya dapat dilakukan pemetaan dari bagian-bagian dari tubuh tulisan tersebut yang terdiri dari prolog, dialog, konflik, serta epilog.

“Saya kalau menulis, pasti seperti itu. Bikin peta pikiran pakai untuk menggambarkan ide dan mencari efek aha moment. Tidak boleh tidak ada strukturnya,” lanjutnya lagi.

Ia mengatakan, dirinya menulis jika hati suka dan mengizinkan. Dengan demikian, untaian kata dapat terproses menjadi sebuah cerita yang utuh tanpa paksaan.

“Mainkan kata-kata sampai kamu senang untuk mengolah kata-kata tersebut. Setelah masuk ke dalam hati, maka tuangkan dalam tulisan. Sesuatu yang datang dari hati, akan diterima oleh hati juga,” ujarnya.

Maman menambahkan bahwa dalam menulis, jangan terlalu berpikir besar. Ambil yang paling dekat, yang paling dikuasai, dan yang paling menyentuh hati untuk kemudian dirangkai menjadi sebuah tulisan.

Sehingga, dirinya memilih untuk menulis apa yang paling diketahui, apa yang pernah dibaca, apa yang disaksikan oleh dirinya, serta dirasakan oleh inderanya sendiri.

Mengenai orisinalitas dalam tulisan, Kang Maman memiliki pandangannya tersendiri. Menurutnya, sudah tidak ada yang benar-benar asli di muka bumi ini, semua sudah pengulangan. Oleh karenanya, peran prinsip 5R memiliki peranan yang besar.

“Tinggal bagaimana kita mengemas ulang dan mempertemukan beragam pemikiran untuk menyampaikan pesan yang sebenarnya semua orang sudah tahu. Tapi karena dengan kalimat sendiri, maka orang menanggap bahwa kalimat tersebut adalah milik seseorang tersebut,” selorohnya.

Terkait dengan hal tersebut, salah satu yang membantu adalah dengan menambah perbendaharaan kata. Ia percaya bahwa semakin banyak membaca, maka perbendaharaan kata akan semakin kaya.

Ia juga sangat bersyukur bahwa ada suatu buku yang dapat memperkaya perbendaharaan kata. Buku tersebut adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kang Maman mengakui, dirinya pernah dihinggapi penyakit yang acapkali menghantui para penulis, yakni writer’s block. Salah satu novelnya yang diangkat dari skripsi semasa berkuliah Kriminologi di Universitas Indonesia baru selesai setelah mengalami perjalanan panjang selama 22 tahun.

Hal yang biasa dilakukan oleh Maman jika mengalami writer’s block adalah dengan berpindah ke tema yang lain untuk mencari suasana baru, bahkan bisa jadi tema yang sangat berbanding terbalik.

Selain menantang diri sendiri dengan ‘kabur’ ke tema lain, salah satu penggagas acara Indonesia Lawak Klub ini sering meminta kepada teman-temannya untuk dapat menantang dirinya. “Kadang-kadang dari orang lain, muncul ide segar yang tidak saya pikirkan sebelumnya,” ujarnya.

Pria kelahiran Makassar 54 tahun silam ini mengatakan bahwa tugas suci dari penulis itu digambarkan oleh empat benda yang dibawa oleh Dewi Saraswati, yang merupakan dewi pengetahuan. Keempat barang tersebut adalah kitab suci, tasbih, pot air, serta alat musik wina.

Kitab suci menggambarkan bahwa tulisan harus selalu membawa kebenaran dan pengetahuan, sedangkan tasbih mencirikan bahwa tulisan harus mengandung nilai spiritualitas. Tulisan dengan kejernihan berpikir digambarkan oleh pot air dan alat musik wina menyiratkan bahwa tulisan harus memiliki nilai estetika.

Jika keempat hal itu sudah dilakukan dalam tulisan, maka gunakan Ujian Saringan Tiga Kali dari Aristoteles untuk menguji tulisan tersebut. “Apakah tulisan tersebut benar? Apakah tulisan tersebut baik? Apakah tulisan tersebut bermanfaat? Jika ya, maka sebarkan tulisan itu,” ujarnya.

Kemampuan menulis menjadi salah satu warisan berharga bagi ASN. Dalam tugas kedinasan, ASN sangat erat dengan kegiatan menulis. Untuk itu, penting bagi birokrat senior untuk menransfer kemampuan menulisnya ke birokrat muda.

Plt. Deputi bidang SDM Aparatur Kementerian PANRB Teguh Widjinarko mengatakan kemampuan menulis menjadi jawaban atas kelemahan birokrasi saat ini, yaitu lamanya alih pengetahuan dari satu senior ke bawahannya.

Hal ini dikarenakan budaya menulis yang kurang ditumbuh kembangkan di kalangan ASN. “Jadi penting bagi kita semua untuk belajar menulis, sehingga pengetahuan-pengetahuan yang kita miliki bisa dituliskan dalam bentuk yang tampak untuk nantinya bisa dipelajari oleh junior-junior kita,” ujar Teguh saat membuka webinar.

Pada kesempatan tersebut, Teguh juga menyampaikan optimisme terhadap birokrat-birokrat muda saat ini yang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin di masa depan. Hal ini bisa dilihat dari munculnya para abdi negara dengan talenta-talenta terbaik dan menginspirasi yang turut berkontribusi dalam Bincang Inspirasi ASN ini. “Menurut saya, banyak pelajaran yang bisa diambil dari seminar daring ini sehingga nanti teman-teman bisa menjadi birokrat yang andal,” pungkas Teguh.

Tema “Produktif dalam Menulis” ini menjadi kesempatan yang sangat baik bagi ASN untuk menunjang kemampuan literasi dasar di era digital saat ini. Enam literasi dasar tersebut  adalah literasi baca tulis, numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan.

Dengan menghadirkan para tokoh yang berpengalaman di bidang penulisan diharapkan dapat memotivasi ASN maupun masyarakat umum untuk meningkatkan produktivitas selama work from home.

Ada enam literasi dasar yang harus dikuasai oleh ASN. Literasi dasar tersebut harus diikat dengan empat kompetensi dasar yang sekaligus adalah kata kunci dalam literasi yang disebut dengan 4K. “Ada empat kata kunci dalam literasi yaitu, komunikasi, kolaborasi, kreativitas, dan berpikir kritis,” jelas Maman.

Selain empat kompetensi dasar tersebut, pria yang akrab disapa Kang Maman ini menekankan bahwa kemampuan menulis harus didasari kecintaan akan membaca terlebih dahulu.

Kang Maman menceritakan pengalaman dibalik awal kecintaannya pada dunia penulisan. Ia mengungkapkan bahwa almarhum ayahanda mengajarkannya sejak kecil untuk Iqra. “Bapak saya bilang kalau kamu bisa membaca, kamu pasti akan menulis, dan setelah itu kamu bisa hidup di mana saja, di pekerjaan apa saja,” katanya.

Menurut Maman, mustahil untuk menyukai dunia menulis apabila tidak menyukai dunia membaca. Hal ini karena menurutnya menulis adalah  membaca berulang-ulang.

Dengan membaca maka akan membantu ketajaman imajinasi dan pemikiran seseorang. Intinya adalah seseorang harus memiliki motivasi yang kuat mengapa dia harus menulis.

Hal yang sama diungkapkan Rita Nurlita Setia. Profesinya sebagai Pranata Humas di  Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Depok dan juga sebagai seorang ibu membuatnya semakin mudah untuk memotret fenomena-fenomena  yang bisa dijadikan motivasi untuk menulis.

Profesinya sebagai ASN yang berkegiatan di dunia kehumasan sejalan dengan tugasnya untuk mengajarkan literasi digital bagi masyarakat Kota Depok. Dan sebagai seorang ibu, sehari-hari ia mendampingi buah hatinya dalam menanamkan literasi digital sejak dini, seperti cara menggunakan internet dengan baik.

Hal yang tak kalah penting bagi Rita adalah dalam menulis kita harus mengetahui siapa target audiens kita. Aspek ini penting agar bahasa yang kita gunakan dalam menulis dapat disesuaikan dengan target audiens sehingga pesan yang ingin kita sampaikan melalui tulisan bisa tersampaikan.

Rita juga mengatakan apa yang ia ketahui dan praktikkan sebisa mungkin ia bagikan kepada masyarakat. Meskipun hal tersebut terlihat sederhana, ia berharap apa yang ia bagikan bisa berguna bagi masyarakat. “Saya percaya sesuatu yang datangnya dari hati, disampaikan dari hati, juga akan sampai ke hati, ” imbuh Rita. (del/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *