Kementerian Transmigrasi (Kementrans) menggelar upacara penghormatan kedinasan saat pemakaman Anggit Bima Wicaksana atau Bimo, anggota Tim Ekspedisi Patriot (TEP) di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Semarak.co – Menteri Transmigrasi (Mentrans) Iftitah Sulaiman Suryanagara yang meminpin upacara menyatakan, langkah ini dilakukan untuk menghormati jasa dan pengorbanan almarhum yang gugur dalam tugas.
“Almarhum bukan sekadar mahasiswa, bukan sekadar peserta program. Ia adalah patriot muda Indonesia. Ia memilih jalan pengabdian, jalan yang tidak mudah, tetapi mulia,” ujar Iftitah, dirilis humas usai acara melalui WAGroup ForWaTrans, Kamis (23/10/2025).
Bimo merupakan Koordinator TEP dari IPB yang ditempatkan di kawasan transmigrasi Bomberay, Fakfak, Papua Barat. Dia aktif sebagai Ketua Angkatan Ilmu Tanah 58, Badan Pengawas HMIT, Koordinator Lapangan Fakultas Pertanian, dan Asisten Praktikum Praksis Survei, Pemetaan, dan Evaluasi Lahan.
“Ia bisa saja memilih jalan hidup yang mudah, karena anak secerdas dia punya banyak pilihan. Namun, ia memilih jalan yang sulit, jalan yang mulia, membangun Indonesia dari garis depan NKRI bersama rakyat di wilayah yang paling membutuhkan kehadiran negara,” kata Mentrans.
Iftitah bersama tim memimpin langsung evakuasi pemulangan jenazah hingga ke rumah duka di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. Saat menjemput almarhum di Fakfak, Iftitah menerima banyak testimoni dari peserta TEP lain hingga para pejabat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
Mereka kompak menceritakan berbagai jasa almarhum yang dikenal sebagai pemimpin sejati, sosok berpengaruh yang rendah hati, dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Bahkan, almarhum banyak mengajak rekan-rekannya untuk ikut menjadi peserta TEP.
Atas dedikasi tersebut, Kementerian Transmigrasi secara khusus memohon kepada negara agar Bimo dimakamkan di tempat terhormat yang tidak jauh dari rumah kedua orang tuanya, di TPU Tanah Kusir, tepatnya di Blok Pejuang.
“Hari ini sejarah seperti berputar dengan cara yang menyentuh. Seorang patriot muda yang mengabdi di tanah transmigrasi kini beristirahat di samping pendiri gagasan besar yang ia perjuangkan,” jelasnya.
Pamit Mengamalkan Ilmu di Tanah Papua
Dalam kesempatan yang sama, Ayahanda Bimo, Ngatno Prawiro Parjan, tak kuasa menahan tangis saat sambutan mewakili keluarga. Sebelum berangkat mengabdi di Bomberay, Fakfak, almarhum Bimo menyampaikan keinginannya untuk mengamalkan ilmu yang dimilikinya di Papua.
“Dia menimba ilmu yang sebelumnya saya tidak pernah tahu. Seperti kata Bapak Menteri tadi, pesan terakhirnya kepada saya adalah ingin mengamalkan ilmunya di Papua untuk teman-temannya di sana,” ujarnya.
“Itu yang selalu terngiang di kepala saya, di ingatan saya. Tapi itulah semangatnya. Saya, sebagai orang tua, menyerahkan seluruh keputusan kepadanya. Dan hari ini, dia telah berhasil menuntaskan tugasnya, tugas negaranya, tugas usianya, dan tugas dari Rabb-nya,” ungkap Ngatno. (AAF/SMR).





