Kementerian PPPA Nilai Keluarga Garda Terdepan Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka, Terapkan 5 SIAP

Tangkapan layar aplikasi video conference Mendikbudristek Nadien Makarim dalam Webinar Orang Tua dengan tema Keluarga Sebagai Garda Terdepan mempersiapkan Pembelajaran Tatap Muka secara virtual, Sabtu (18/9/2021). Foto: humas Kementerian PPPA

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) melalui Pelaksana tugas (Plt.) Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat Indra Gunawan menilai pentingnya peran seluruh pihak terutama keluarga sebagai garda terdepan dalam mempersiapkan proses pembelajaran tatap muka (PTM) pada anak.

semarak.co-Hal ini dilakukan dengan memastikan diterapkannya 5 SIAP dan terpenuhinya gizi anak dengan baik, demi menjaga imunitas anak agar terhindar dari infeksi penyakit termasuk Covid-19.

Bacaan Lainnya

“Keluarga memiliki peran sangat penting dalam mempersiapkan proses pembelajaran tatap muka pada anak yang sudah mulai dilakukan saat ini, mengingat pengasuhan anak dimulai dari keluarga,” ujar Indra dalam Webinar Orang Tua dengan tema Keluarga Sebagai Garda Terdepan mempersiapkan Pembelajaran Tatap Muka secara virtual, Sabtu (18/9/2021).

Untuk membuat anak-anak kita lebih siap menjalani pembelajaran tatap muka, lanjut Indra, terdapat 5 (lima) SIAP yang harus kita pastikan dan terapkan, yaitu SIAP anak, SIAP keluarga, SIAP satuan pendidikan (sekolah), SIAP infrastruktur, serta SIAP pemerintah daerah dan masyarakat.

Indra menegaskan 5 SIAP perlu dijadikan pedoman dalam melakukan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) dan harus benar-benar disiapkan, terutama oleh keluarga sebagai pilar utama dalam menyiapkan dan menerapkan protokol kesehatan pada anak.

“Peran ibu dan ayah sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak sangatlah penting dalam menekankan anak untuk menerapkan protokol kesehatan dengan ketat saat pelaksanaan PTM di sekolah, seperti tidak melepas masker selama di sekolah, menjaga jarak, sering mencuci tangan, dan lainnya,” ujar Indra dalam sambutannya.

Seperti dirilis humas Kementerian PPPA melalui pesan elektronik ke redaksi www.semarak.co, Indra menambahkan pentingnya memenuhi gizi anak agar tercukupi untuk menjaga imunitas tubuh sehingga anak lebih tahan dan tidak mudah terpapar penyakit, termasuk Covid-19.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadien Makarim mengungkapkan masih banyak orangtua yang memiliki kekhawatiran saat anak-anaknya harus melakukan PTM terbatas.

Menteri Nadiem menyampaikan, orangtua harus mempertimbangkan kebutuhan anak-anaknya dalam mengejar ketertinggalan pembelajaran, mengingat sistem pembelajaran online di masa pandemi ini, menyebabkan anak tidak dapat belajar secara optimal bahkan menurunnya capaian belajar mereka.

“Sebagai orangtua tentu kita tidak ingin hal itu terjadi dan berdampak secara permanen pada anak, sebab proses pembelajaran sekarang menentukan kehidupan mereka di masa depan,” papar Menteri Nadiem dalam sambutannya di webinar yang sama.

“Untuk itulah kita harus prioritaskan kesehatan dan keselamatan peserta didik, guru, pegawai sekolah, dan keluarganya dalam persiapan pelaksanakan PTM terbatas. Dukungan bapak ibu semua sangat kami butuhkan agar PTM terbatas dapat berlangsung aman, nyaman, dan optimal,” jelas Menteri Nadiem.

Saat ini lebih dari 100 ribu sekolah di Indonesia, lanjut Nadie, melaksanakan PTM terbatas sesuai Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 (empat) Menteri. “Di dalam aturan itu kami mewajibkan sekolah memenuh daftar periksa kesiapan dan menekankan izin orangtua sebagai syarat utama anak-anak kembali ke sekolah. Mari kita persiapan dan laksanan PTM sebaik mungkin untuk mewujudkan merdeka belajar,” pungkasnya.

Psikolog Keluarga Rosdiana Setyaningrum menyampaikan beberapa hal yang dapat orangtua lakukan untuk mengurangi keresahan hati mereka saat anak akan memulai PTM. Di antaranya dengan menambah pengetahuan terkait apa saja fungsi sekolah di samping untuk mencari ilmu.

Seperti tempat anak bersosialisasi, rinci dia, belajar menghormati aturan, berorganisasi, tempat anak belajar mini kehidupan di masa yang akan datang. Rosdiana menyampaikan pentingnya persiapan orangtua dengan membangun komunikasi bersama anak, saling mengungkapkan kekhawatiran bersama untuk kemudian dicari titik tengahnya.

“Selain itu, yang terpenting orangtua juga harus melatih dan membiasakan anak untuk menerapkan protokol kesehatan dengan ketat dan menerapkan pola hidup sehat di sekolah,” tambah Rosdiana dirilis humas Kementerian PPPA.

Pakar Gizi sekaligus Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKM Universitas Indonesia (UI) Ahmad Syafiq menyoroti pentingnya pemenuhan gizi yang cukup bagi anak guna menjaga imunitas tubuh mereka saat akan menjalankan PTM.

“Saat anak sudah mulai melakukan PTM, tentu imunitas tubuh mereka harus dijaga dengan baik, yaitu dengan konsumsi makanan yang bergizi seimbang dan beragam sesuai kebutuhan tubuh anak, tidak berlebihan dan tidak kekurangan,” jelas Ahmad.

Ahmad menjelaskan pentingnya mengonsumsi susu setiap hari bagi anak karena merupakan sumber energi yang mendukung pertumbuhan serta turut mencegah stunting. Selain itu, melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, membantu pekerjaan di rumah, bersepeda, berjemur, karena memberikan manfaat bagi mental, jasmani, dan kesehatan tubuh anak.

Pakar Edukasi sekaligus Direktur Smart Learning and Character Center (SLCC) PGRI, Eko Indrajit menjelaskan bahwa anak-anak generasi Z memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan generasi pendahulunya. Hal ini disebabkan karena mereka tumbuh bersama perangkat gadget dan aplikasi digital yang terus berkembang.

Untuk itu, diperlukan cara mendidik dan mengasuh dengan menyesuaikan kondisi anak, misalnya dengan menjadi teman bagi mereka baik di rumah maupun di sekolah; tidak menggurui dan mendampingi anak dalam situasi apapun; dan bangun komunikasi yang menyenangkan agar mereka merasa nyaman.

“Jadilah orangtua, guru yang tidak mudah baper (bawa perasaan) dan memahami bahasa sehari-sehari anak yang unik, serta terkesan to the point, banyak berkomunikasi dengan anak menggunakan gambar via perangkat dan aplikasi digital, ikuti akun media sosial anak dengan tidak ikut berkomentar di akunnya,” rinci Eko.

Selanjutnya, lanjut Eko, meminta anak untuk mengajari tren yang terjadi saat ini; sekali-kali bermain game dengan anak dan ungkapkan rasa empati pada mereka, serta berikan yang terbaik bagi anak tanpa mengharapkan balasan kembali dari mereka,” tutup Eko. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *