Pemerintah menargetkan tahun 2045 bisa meningkatkan status Indonesia menjadi negara maju. Walau diakui lumayan berat untuk dicapai, tapi ada harapan dengan syarat pendapatan per kapita rata-rata sebesar USD30.300 atau setara Rp475 juta per tahun.
semarak.co-Ambisi Indonesia Maju 2045 ini sebelumnya ditetapkan setelah Indonesia ditetapkan menjadi negara berpenghasilan menengah atas atau upper middle income country oleh Bank Dunia alias World Bank pada 1 Juli 2023.
Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Informasi Media Riza Damanik menjelaskan, saat ini pendapatan per kapita rata-rata baru di level USD4.919,7 per tahun atau setara Rp75 juta per tahun. Untuk bisa naik lagi menjadi negara berpendapatan tinggi alias negara maju, pendapatan per kapita Indonesia harus naik tiga kali lipat.
“Artinya angka ini masih lebih rendah. Kalau pendapatan perkapita seperti ini, maka kita akan sulit. Untuk menjadi negara maju target kita itu adalah kita harus lompat ke US$30.300 atau Rp475 juta per kapita per tahun pada 2045,” kata Riza di Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/5/2024).
Artinya, lanjut Riza, dalam periode 20 tahun ke depan setidaknya diperlukan kenaikan 5-6 kali lipat daripada apa yang kita peroleh hari ini untuk bisa menjadi negara maju. “Memang tidak mudah karena struktur usaha mayoritas adalah usaha mikro,” papar Riza.
Sebab, jika menilik struktur pelaku usaha di Indonesia saat ini, sebagian besar adalah usaha mikro 99,62%. Pelaku usaha mikro sendiri seringkali disebut dengan survival economy, sebab lebih rentan terhadap perubahan. Berdasarkan data Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM, sejak 2021 struktur usaha di Indonesia didominasi usaha mikro sebesar 99,62%, disusul usaha kecil 0,30%, usaha menengah 0,06%, dan usaha besar 0,01%.
“Agak sulit membayangkan dengan struktur seperti ini kita akan bisa menjadi negara maju. Itulah kenapa salah satu pekerjaan besar yang kami lakukan hari ini adalah bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan kelas menengah,” paparnya.
Jika ingin jadi negara maju tahun 2045, kutip Riza, Bank Dunia menyebut Indonesia harus menciptakan lapangan pekerjaan kelas menengah atau middle income job. Salah satu cirinya memiliki pendapat tinggi serta penyerapan lapangan kerjanya yang luas sehingga terjadi inklusifitas.
Lapangan pekerjaan kelas menengah di Indonesia nantinya dapat membuat perempuan mudah mendapat pekerjaan dan terjadi hilirisasi nilai tambah produk, di mana sumber daya manusianya dapat memiliki kemampuan teknologi inovasi.
“Kalau kita ingin menjadi negara maju, pekerjaan yang besar yang harus kita selesaikan hari ini. Dengan demikian bisa beri dampak bagi ekonomi Indonesia nantinya. Salah satu strategi yang bisa dilakukan mendorong peningkatan kelas usaha. Dengan cara ini maka secara langsung akan berdampak pada peningkatan pendapatan pelaku usaha,” ujarnya.
“Jadi strateginya adalah pelaku usaha yang mikro-mikro ini perlu melakukan agregasi dan berkumpul berdasarkan klaster atau membentuk koperasi agar produktivitasnya lebih tinggi dan hasilnya juga lebih baik,” kata Riza saat mengisi acara Orientasi Jurnalis dari rangkaian acara Media Gathering yang diselenggarakan Forum Wartawan Koperasi (Forwakop) bersama Kemenkop, Kamis sore (16/5/2024).
Selama ini struktur usaha nasional masih didominasi oleh sektor usaha mikro yang mencapai 99,62%, usaha kecil 0,30%, usaha menengah 0,06% dan usaha besar sebesar 0,01%. Dengan struktur usaha yang demikian, perlu komitmen yang kuat dan serius dari pemerintah.
Biar target jadi Indonesia maju bisa terpenuhi dengan memastikan sektor usaha lebih fokus pada pengembangan sektor industri dan jasa. Kemudian hal yang paling penting adalah melalui penciptaan lapangan kerja kelas menengah.
“Struktur ekonomi yang seperti ini tentu akan sulit bagi kita untuk bisa menjadi negara maju, maka salah satu pekerjaan besar adalah bagaimana menciptakan industri menengah yang menjadi agregator bagi usaha kecil,” ulasnya.
Lebih jauh Riza mengatakan, Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM mendorong anak muda untuk berinovatif pada sektor industri menengah guna mempercepat pertumbuhan UMKM dan perekonomian di Indonesia.
Dorongan tersebut dilakukan karena masih banyaknya anak muda yang pendapatannya tidak lebih baik dari orang tuanya. Maka dari itu, Riza menyampaikan, ada dua pekerjaan rumah untung mewujudkan hal tersebut. Pertama, menambah anak muda untuk masuk dalam sektor produktif.
“Kedua mendorong anak-anak muda itu membawa inovasi supaya ada nilai keekonomiannya. Lalu apa stimulusnya, medium industrilah yang kita sebut stimulusnya, ini rangsangannya, untuk mengoperasikan pabrik itu perlu generasi muda yang unggul, harus ada teknologi inovasi,” ujarnya.
Industri menengah merupakan stimulus dalam bentuk ekosistem yang terdapat inovasi teknologi untuk merangsang anak muda terlibat dalam percepatan UMKM di Indonesia. Dengan populasi 64% anak muda, hal ini menjadi pertanda apakah 2045 itu Indonesia menjadi negara maju atau tidak.
“Kalau gagal mengelola 64% untuk ambil bagian mengelola sektor-sektor produktif ekonomi rakyat kita dengan inovasi teknologi, saya kira sulit kita mencapai tujuan itu, tapi kalau 64% populasi anak muda punya tekad ambil bagian membawa inovasi teknologi di sektor produktif saya kira tidak terllau sulit untuk mencapai tujuan Indonesia Emas 2045,” ucapnya.
Riza melanjut, berdasarkan survei data bank dunia, ada 18 negara dengan kualitas pendapatan anak-anak muda di sektor pertanian, pertenakan, hingga perikanan kondisinya tidak begitu baik. Pasalnya, belum mendukungnya inovasi teknologi, perlu menjadi fokus utama dalam memperkuat transformasi pelaku usaha mikro untuk bisa tumbuh menjadi kecil dan menengah.
“Itulah yang kita bangun rumah produksi bersama, ini bukan tiba-tiba muncul suatu ekonomi baru, justru rumah produksi bersama ini cara kita memperkuat dan memperluas akses ekonomi bagi pelaku yang eksisting, saat ini sudah ada 8 rumah produksi bersama,” ujar Riza. (net/smr)