Kamboja dituntut Thailand Nyatakan Gencatan Senjata Lebih Dulu

Kementerian Luar Negeri Thailand menetapkan 3 syarat untuk gencatan senjata dengan Kamboja. Direktur Jenderal Departemen Informasi dan juru bicara Kemlu Thailand, Nikorndej Balankura, mengatakan Bangkok punya tiga syarat yang harus dipatuhi Kamboja apabila ingin perang usai.

Semarak.co – Pertama, Kamboja harus jadi yang pertama menyatakan gencatan senjata. Kedua, Gencatan senjata harus benar-benar dilakukan tanpa pelanggaran. Dan ketiga, Kamboja harus bekerja sama dengan serius dan tulus dalam upaya membersihkan ranjau-ranjau darat.

Nikorndej mengatakan syarat Thailand ini diberlakukan mengingat tindakan dan ucapan Kamboja yang selama ini kerap bertentangan. Ia secara khusus menyoroti pernyataan Kamboja yang mengaku ingin gencatan senjata tapi malah meningkatkan operasi militer.

Salah satunya, termasuk menembakkan roket BM-21 hingga satu warga sipil Thailand dan sejumlah lainnya terluka pada 14 Desember lalu. Nikorndej mengatakan Thailand mengutuk keras tindakan brutal dan tidak manusiawi Kamboja.

Ia menyerukan kepada negara itu untuk segera menyetop kekerasan terhadap warga sipil, menghormati kewajiban hukum internasional, serta bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh orang-orang yang tak bersalah.

Ia juga menambahkan Kemlu Thailand saat ini sudah bersurat ke Kantor Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) untuk mengadukan dugaan pelanggaran Kamboja yang menyerang warga sipil dan menyatakan, Kamboja yang menyerang Thailand lebih dulu, dilaporkan The Nation Thailand.

Pada kesempatan terpisah, Menlu Thailand Sihasak Phuangketkeow mengatakan, Thailand selalu siap untuk mengupayakan solusi damai. Namun, gencatan senjata menurutnya merupakan sesuatu yang harus diimplementasikan bersama oleh kedua pihak yang bertikai.

Ia pun menekankan bahwa posisi Thailand jelas, yakni Kamboja harus menghentikan serangan lebih dulu jika mau melanjutkan pembicaraan gencatan senjata. Barulah setelah itu gencatan senjata bisa terwujud, seperti dilansir cnnindonesia.com dari reuters dan The Nation Thailand pada 17/12/2025.

“Jika gencatan senjata benar-benar terjadi, kedua belah pihak perlu membahas kapan akan dimulai dan bagaimana prosedurnya,” ucapnya, sambil menambahkan bahwa hingga kini diskusi belum mencapai titik tersebut.

Perang Kamboja-Thailand telah berlangsung lebih dari sepekan sejak kembali pecah pada 8 Desember lalu. Perang kedua negara telah menewaskan sedikitnya 32 orang, termasuk tentara dan warga sipil, di kedua belah pihak.

Sekitar 800.000 orang juga harus mengungsi imbas konflik di perbatasan ini. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, selaku ketua ASEAN tahun ini, telah mencoba mendamaikan Thailand dan Kamboja.

Kedua negara, mengimbau mestinya gencatan senjata berdasarkan perjanjian damai yang ditandatangani Oktober lalu di Kuala Lumpur. Namun, Thailand bersikeras, gencatan senjata tak akan terjadi sampai Kamboja menghentikan serangan dan mendeklarasikannya duluan. (net/cnic/r/tnt/kim/smr)

Pos terkait