Pemerintah Peru menyetop sementara uji klinis fase III vaksin COVID-19 buatan perusahaan China, Sinopharm setelah relawan mengalami masalah pada saraf. Institut Kesehatan Nasional Peru, pada Sabtu (12/12/2020) memutuskan menginterupsi soal jalannya uji klinis karena salah seorang relawan mengalami kesulitan menggerakkan tangan.
semarak.co-Peru pun menangguhkan uji coba vaksin Covid-19 besutan perusahaan China Sinopharm menyusul sebuah kejadian yang serius menimpa salah seorang sukarelawan uji vaksin itu.
Kepala peneliti German Malaga, seperti dikutip dari laman CNA melaporkan bahwa beberapa hari lalu pihaknya memberikan sinyal, sebagaimana tugas mereka seharusnya kepada pejabat yang berwenang bahwa salah satu peserta uji klinis menampilkan gejala neurologis yang bisa terkait Guillain-Barre Syndrome (GBS).
“Sindrom Guillain-Barre merupakan penyakit langka tidak menular yang mempengaruhi pergerakan tangan dan kaki,” ujar peneliti German Malaga yang dikutip Laman CNA, Sabtu (12/12/2020).
Dikutip dari CNN International, Kementerian Kesehatan Peru mengatakan sedang menyelidiki untuk menentukan apakah hal itu terkait dengan vaksin atau apakah ada penjelasan lain.
Untuk sementara, uji vaksin itu di stop. Belum diketahui uji vaksin mana yang dihentikan. Pasalnya, Sinopharm mengembangkan dua vaksin Covid-19 dan kedua sudah masuk uji klinis tahap akhir.
Keputusan untuk menghentikan sementara uji klinis adalah langkah keamanan yang dipertimbangkan dalam peraturan uji klinis dan protokol yang dibuat untuk melindungi kesehatan subjek penelitian,” kata Kementerian Kesehatan dalam sebuah pernyataan kepada awak media.
Pada Juni tahun lalu, lanjut peneliti itu, Peru sempat menerapkan kondisi kesehatan darurat sementara terkait penemuan beberapa kasus terkait sindrom tersebut. Seharusnya uji klinis vaksin Sinopharm yang melibatkan 12 ribu orang akan selesai pekan ini dengan hasil akan diketahui pertengahan tahun depan.
Pada tahun 1970, program vaksinasi di wilayah Amerika untuk melawan virus flu babi juga sempat dihentikan sementara karena 450 dari orang yang divaksin menderita sindrom tersebut, yang bisa menyebabkan kelumpuhan.
Jika terbukti berhasil, pemerintah Peru akan membeli 20 juta dosis Sinopharm untuk memvaksinasi hingga dua pertiga populasi mereka. Saat ini sekitar 60 ribu orang telah disuntikkan vaksin Sinopharm pada uji klinis yang dilaksanakan di Argentina, Rusia, dan Arab Saudi.
Peru sendiri menjadi negara dengan tingkat kematian COVID-19 per-seribu penduduk tertinggi di dunia, yaitu dengan total 36.499 kematian sementara jumlah penduduk terinfeksi melebihi 979 ribu. (net/smr)
sumber: health.detik.com/cnbcindonesia.com di WAGroup PA Al-Wasliyah P.Brayan