Ketua umum DPP Partai Golkar Setyo Novanto sedang menjalani kasus hukum yang diduga terlibat korupsi proyek e-KTP dan membuat posisinya terancam copot, termasuk jabatannya sebagai Ketua DPR. Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin memprediksi ada beberapa nama kuat yang bakal menggantikan posisi Setya novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar, bila Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) diselenggarakan.
“Nama-nama yang berpeluang besar untuk menjadi Ketum Golkar antara lain adalah Idrus Marham, Nurdin Halid dan Airlangga Hartarto. Idrus Marham adalah Sekretaris Jenderal Partai Golkar saat ini, otomatis dia menguasai struktur dan relasi dengan para pengurus DPD se-Indonesia,” ujar Ujang memberi alasan dalam rilisnya, Selasa (21/11).
Pengamat Politik Lulusan Universitas Indonesia (UI) itu mengatakan, Idrus mendapatkan kekuatan dari Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono. “Agung Laksono sudah terang-terangan merekomendasikan Idrus Marham sebagai Plt Ketum Golkar, yang dituangkan dalam surat rekomendasi Dewan Pakar. Itu dukungan yang nyata,” terang dia.
Sementara terkait Nurdin Halid (NH), Ujang menjelaskan bahwa NH merupakan figur yang saat ini menjabat sebagai Ketua Harian Partai Golkar. Jika Munaslub diselenggarakan, NH bisa meraup suara banyak dengan pengaruhnya. Selain itu, NH juga kader muda yang diyakini mampu mengembalikan elektabilitas dan kemenangan Golkar di Pemilu. “NH itu kader muda yang potensial, sangat dibutuhkan Golkar, namun NH tidak punya kekuatan di balik layar yang bisa menopangnya,” katanya.
Sedangkan, Airlangga Hartarto menurut Ujang, jelas cukup kuat karena bakal dekat dengan istana dan didukung pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo (Jokowi). “Kemarin Menko Kemaritiman dan Airlangga sudah menghadap Presiden. Saya kira pertemuan itu membahas Golkar, jadi sinyalnya jelas,” ujarnya.
Namun demikian, Ujang mengatakan, semua kader Golkar memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pempimpin Golkar di masa yang akan datang. “Tapi perlu ditekankan, bahwa Golkar harus dipimpin oleh kader muda yang tidak bermasalah, baik itu moral maupun hukum,” tegas Ujang.
Ia mengigatkan, Golkar butuh percepatan dalam mengembalikan citra yang sudah hancur di mata masyarakat saat ini, karena kasus hukum yang melibatkan Ketum Setya Novanto. “Untuk merecoveri Golkar butuh percepatan. Karena tahun politik sudah di depan mata,” tutup Ujang. (lin)