Taiwan menuding China menghalangi rencananya membeli vaksin virus corona (Covid-19) dari perusahaan bioteknologi asal Jerman BioNTech. Dalam wawancara radio, Menteri Kesehatan Chen Shih-chung, mengatakan Taiwan dan BioNTech sedikit lagi hampir menandatangani kesepakatan pembelian 5 juta dosis vaksin, Desember 2020.
semarak.co-Namun, Chen Shih menuturkan, BioNTech tiba-tiba menyatakan mundur dari kesepakatan itu. Dalam proses negosiasi kesepakatan pembelian itu, Chen mengaku selalu khawatir bahwa akan ada pihak asing yang ikut campur.
Tanpa menyebutkan China secara langsung dalam wawancara itu, Chen mengatakan, pihaknya percaya bahwa ada tekanan politik. Taiwan sudah mempersiapkan pernyataan pers terkait pembelian vaksin BioNTech asal Jerman. Tetapi beberapa orang tak ingin Taiwan gembira.
Mengutip CNN, CNN Indonesia | Jumat, 19/02/2021 20:25 WIB melansir, tudingan itu muncul ketika Taiwan dikabarkan menolak membeli vaksin corona dari Shanghai Fosun Pharmaceutical Group yang merupakan agen umum BioNTech di China.
Secara terpisah, juru bicara Kantor Urusan Taiwan China, Ma Xiaoguang, membantah telah menghalangi kesepakatan pembelian vaksin Taiwan-BioNTech. Ma mengatakan tuduhan Beijing telah campur tangan dalam penjualan vaksin BioNTech ke Taiwan adalah murni rekayasa.
Vaksin BioNTech yang diproduksi secara global berkolaborasi dengan perusahaan farmasi AS, Pfizer memang menjadi yang pertama mendapat lisensi penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).
Ma malah menuduh China mencoba mengelak dari tawaran Shanghai Fosun untuk membeli yang dijualnya. Shanghai Fosun, perusahaan farmasi berbasis di China, menandatangani perjanjian kolaborasi strategis dengan BioNTech pada Maret 2020.
Perjanjian itu memberikan hak Shanghai Fosun untuk mengembangkan dan menjual vaksin BioNTech di seluruh China, termasuk wilayah otonominya seperti Hong Kong, Makau, hingga Taiwan.
Sementara itu, Taipei mengatakan tidak pernah berhubungan dengan Shanghai Fosun. Taiwan menuturkan selama ini berkomunikasi langsung dengan BioNTech di Jerman. Menkes Chen mengatakan BioNTech juga tidak pernah meminta Taiwan bernegosiasi dengan Shanghai Fosun.
Hingga kini, baik Shanghai Fosun atau perusahaan farmasi terkemuka Taiwan, TTY Biopharm, yang terlibat negosiasi pembelian vaksin BioNTech, belum mengeluarkan komentar terkait isu ini.
Namun, melalui pernyataan, BioNTech mengatakan masih berdiskusi dengan Taiwan soal pembelian vaksin ini. “BioNTech berkomitmen membantu mengakhiri pandemi di dunia dan kami bermaksud memasok Taiwan dengan vaksin kami sebagai bentuk komitmen global ini,” kata pihak BioNTech.
Di bagian lain Angkatan Udara Taiwan dilaporkan mengarahkan rudal ke delapan jet tempur milik China yang menerobos masuk zona pertahanan mereka. Dikutip dari kantor berita Al Jazeera, seperti dilansir tempo.co menyebut hal tersebut terjadi pada Jumat kemarin, tepat di hari Taiwan melantik Menteri Pertahanan terbarunya, Chiu Kuo-cheng.
Ke delapan pesawat itu terdiri atas jet J-16 dan JH-7. Masing-masing berjumlah empat unit. Mereka terbang di dekat Kepulauan Pratas yang secara hukum internasional telah masuk wilayah Taiwan.
“Angkatan Udara Taiwan diterjunkan yang kemudian diikuti dengan peringatan radio dan sistem rudal pertahanan udara dikerahkan untuk memantau aktivitas,” ujar pejabat Kemenhan Taiwan, Sabtu, 20 Februari 2021.
Beberapa bulan terakhir, aktivitas Cina di Taiwan meningkat. Selain mencoba mengklaim Taiwan sebagai miliknya, Cina juga mencoba mengklaim Kepulauan Pratas . Laporan Al Jazeera menyebutkan, jet tempur Cina terbang di sudut barat daya zona pertahanan Taiwan hampir tiap hari.
Aktivitas pada hari Jumat kemarin bukan yang terbesar dari Cina. Terakhir kali Cina melakukan penerobosan besar-besaran, mereka mengirimkan 12 jet tempur sekaligus. Hal itu terjadi pada 24 Januari lalu. Hingga berita ini ditulis, blum ada tanggapan dari Cina terkait aktivitas militer mereka di wilayah Taiwan.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen sebelumnya telah berjanji akan mempertahankan Pulau Pratas dan memprioritaskan modernisasi angkatan bersenjatanya. Hal tersebut termasuk mengembangkan armada kapal selam baru, membeli pesawat tempur F-16 baru dari Amerika Serikat, dan meningkatkan kapal perangnya.
Pengangkatan Chiu Kuo-cheng juga bagian dari modernisasi angkatan bersenjata itu. Sebagai mantan kepala badan intelijen Taiwan, Kuo-cheng dianggap mampu menangkal aksi-aksi Cina. Di sisi lain, Kuo-cheng juga hasil didikan militer Amerika yang dekat dengan Taiwan. (net/smr)