Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dianjurkan bagi setiap umat muslim saat bulan Dzulhijjah. Setiap muslim dianjurkan melaksanakan puasa Arafah setiap tanggal 9 Dzulhijjah, saat jema’ah haji sedang melakukan wukuf di Arafah.
semarak.co-Tahun ini, tanggal 1 Dzulhijjah di Indonesia bertepatan tanggal 1 Juli 2022, atau pada hari Jumat kemarin. Yang artinya, puasa Arafah dilaksanakan hari Sabtu 9 Juli nanti dan hari raya Idul Adha jatuh pada hari Minggu, 10 Juli 2022.
Sedangkan di Arab Saudi, pemerintah mereka menetapkan tanggal 8 Juli 2022 nanti adalah puncak dari haji. Sehingga, jamaah haji akan melakukan wukuf pada tanggal 8 Juli 2022. Terkait hal itu, terdapat perbedaan waktu antara Indonesia dengan Arab Saudi soal pelaksanaan puasa Arafah.
Perbedaan waktu tersebut, menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi kebingungan serta muncul banyak pertanyaan. Apakah puasa Arafah dilaksanakan bersamaan dengan jamaaah haji yang wukuf atau mengikuti jadwal yang ditetapkan pemerintah Indonesia?
Dikutip TerasGorontalo.com dari kanal YouTube Ustadz Adi Hidayat, kemudian dilansir gorontalo.pikiran-rakyat.com – 4 Juli 2022, 12:39 WIB, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan, dalam sebuah hadist menegaskan bahwa puasa Arafah dilakukan mengikuti tanggalnya, bukan momentumnya.
Misal, wukuf dilaksanakan tanggal 9 Dzulhijjah, maka puasa juga di tanggal 9 Dzulhijjah. Artinya, jika di suatu tempat, satu daerah, satu negara sudah masuk ke tanggal 9 Dzulhijjah, maka sudah harus menunaikan puasanya. Sekalipun, tidak sama dengan tempat orang wukuf sekarang di Arab Saudi.
“Jadi, jatuh puasanya pada tanggalnya, bukan pada momentum Wukufnya. Perbedaan waktu puasa Arafah tergantung zona wilayah. Maka, waktu puasa Arafah kita sesuai waktu di sini, di Indonesia. Jadi bukan ikut ke yang sedang wukuf di Arab Saudi,” terang Ustadz Adi Hidayat.
Dengan analogi, terang Ustadz Adi, waktu sholat fardhu antara Saudi dengan Papua. “Misal di Saudi baru masuk sholat subuh, di Papua sudah siang. Mustahil Papua ikut waktu Saudi. Jadi dari segi penunaiannya, ini kaidah-kaidahnya,” kata Ustadz Adi.
Dan di sini disepakati bahkan ulama-ulama di Saudi pun memberi fatwa, kalau di suatu negara zona waktunya berbeda jauh yang melahirkan perbedaan waktu, maka waktu di negara tersebut yang diikuti. Kecuali negara-negara yang ada di sekitar Arab Saudi, seperti UEA, Qatar bahkan Libya, itu mengikuti waktu Saudi.
“Jadi, kalau pemerintah Indonesia menetapkan waktu yang sama dengan Saudi, maka Alhamdulillah. Jika tidak, maka ikuti waktu yang ditetapkan pemerintah kita,” pungkasnya.
Ikut Siapa Arafah dan Idul Adha
Sementara itu Ustadz Abu Ubaidah Yusuf Assidawi Hafidzohullah mengutip pendapat yang dikuatkan oleh Syaikhu Masyakhina Muhammad bin Shalih al-Utsaimin adalah hendaknya mengikuti keputusan pemerintah masing-masing, tidak ada bedanya dengan Ramadhan dan Idul Fithri.
Beliau berkata: “Demikian juga hari Arofah, ikutilah negara kalian masing-masing”. Kata beliau juga: “Hukumnya satu, sama saja (baik dalam idhul fithri maupun idhul adha)” (Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin 19/41, 43).
“Inilah yang kami tahu dan kami pelajari secara langsung dari Masayikh kami murid-murid senior Syeikh Ibnu Utsaimin, mereka semuanya mengatakan ikuti negara masing-masing, jangan menyelisihi keputusan negara dalam hal ini, dan mereka menegaskan bahwa pendapat Syeikh Utsaimin seperti itu,” tutur Ustadz Abu Ubaidah.
Ditambahkan Ustadz Abu Ubaidah Yusuf Assidawi Hafidzohullah, “Maka barangsiapa yang menyandarkan kepada Syeikh Ibnu Utsaimin pendapat yang berbeda dengan ini, maka itu adalah kesalahpahaman. Wallāhu Ta’āla A’lam Bishawāb.” (net/prc/smr)
sumber: gorontalo.pikiran-rakyat.com di WAGroup Forum Dosen Indonesia New (postSelasa5/7/2022/)/WAGroup Dakwah Islam & Kesehatan2(postSelasa5/7/2022/nuranwari)