Bulan Bahasa Bali 2020 di Taman Budaya Provinsi Bali di Denpasar memberikan kesempatan siswa-siswi SMA/SMK dan mahasiswa di Pulau Dewata berlatih menjadi pembawa acara atau master of ceremony (MC) berbahasa Bali yang baik dan benar.
semarak.co -Kepala Seksi Inventaris dan Pemeliharaan Dokumentasi Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Made Mahesa Yuma Putra menjelaskan sejauh ini jumlah pembawa acara di Pulau Dewata yang mampu memandu acara menggunakan bahasa Bali tergolong minim karena dianggap masih cukup sulit.
Kegiatan Krialoka (Lokakarya) Pangenter Mabasa Bali yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan Bulan Bahasa Bali, 1-27 Februari 2020 itu, diharapkan memberikan bekal berupa pengetahuan dan pengalaman bagi para pelajar untuk diterapkan di lingkungan masing-masing.
“Jadi bisa memberikan ilmu bagaimana membawakan acara yang benar dari sisi sikap maupun dalam penggunaan bahasa,” ujar Made dalam acara lokakarya itu di Kalangan Angsoka, Taman Budaya, Denpasar, Minggu (2/2/2020).
Narasumber Ida Ayu Frischa Mahayani, yakni reporter sekaligus redaktur berita berbahasa Bali di LPP RRI Denpasar menekankan kunci sukses menjadi pembawa acara berbahasa apapun itu.
“Adanya koordinasi dan konfirmasi sehingga tidak sampai ada kesalahan dalam penyebutan nama dan jabatan tokoh-tokoh penting yang hadir sebagai undangan maupun pengisi acara pokok acara yang dipandu,” paparnya.
Lewat koordinasi dan konfirmasi, katanya, juga menjamin kelancaran acara yang dibawakan sesuai dengan urutan acara yang sudah dirancang penyelenggara. “Untuk bisa sukses menjadi MC, kita harus punya pengalaman dan pengetahuan, punya imajinasi, juga rasa humor,” terangnya.
MC, kata dia, perlu menyelipkan kata-kata lucu agar acara yang dibawakan itu tidak membosankan. “Selanjutnya pembawa acara juga harus menunjukkan antusiasmenya supaya acara yang dibawakan itu lebih hidup,” ujarnya.
Yang paling penting, lanjut Cok Devi, tentu dari sisi vokal yang mencakup, antara lain volume suara, intonasi, penekanan, dan kecepatan. “Kalau MC membawakan acara dengan intonasi yang datar-datar saja, bisa jadi yang hadir itu tidak ada yang memperhatikan,” ucapnya.
Khusus mengenai MC berbahasa Bali alus, katanya, penting memperhatikan diksi, apalagi setiap kabupaten/kota di Bali masih ada sejumlah perbedaan dalam penggunaan bahasa Bali alus.
Ida Ayu Frischa Mahayani menyebut peranan seorang MC penting karena sukses tidaknya acara terletak di tangan pembawa acara. “MC tidak boleh hanya sekadar membawakan acara, kalau hanya demikian, maka acara yang dibawakan tidak akan hidup,” ucapnya.
Pembawa acara yang profesional, katanya, harus siap untuk berbagai jenis acara yang dibawakan, baik formal, nonformal, maupun kombinasi keduanya. “Proses latihan atau geladi sebelum membawakan acara juga penting untuk kesuksesan dan kelancaran acara,” ujarnya. (net/lin)