Inggris kini resmi memiliki total kematian akibat wabah virus corona jenis baru penyebab Covid-19 tertinggi kedua di Eropa. Ini berarti menyalip Prancis dan Spanyol dengan posisi teratas. Data baru pada Rabu (29/4/2020) itu mencakup kematian di semua fasilitas, termasuk di panti jompo.
semarak.co -Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) mengumumkan, sekitar 26.097 orang meninggal setelah terbukti positif terinfeksi virus corona hingga 28 April pukul 1600 GMT. Angka itu menandakan bahwa Inggris memilik kematian Covid-19 yang lebih banyak dibandingkan laporan kematian Prancis dan Spanyol.
“Data yang lebih lengkap ini akan memberi kami gambaran kematian yang lebih komprehensif dan lebih terkini di Inggris dan akan menginformasikan pendekatan pemerintah saat kami terus melindungi masyarakat,” kata direktur medis PHE, Yvonne Doyle seperti dilansir Reuters, Kamis (30/4/2020).
Kendati perbandingan internasional rumit, angka baru itu mengonfirmasi posisi Inggris di kalangan negara-negara Eropa yang paling parah terdampak pandemi Covid-19 ini.
Italia mengatakan pada Rabu (29/4/2020) bahwa 27.682 orang meninggal setelah terbukti positif virus corona. Seperti halnya Inggris, angka tersebut berdasarkan pada kematian usai tes positif Covid-19 di semua fasilitas.
Berbagai cara telah dilakukan Inggris untuk mengatasi jumlah kematian akibat corona, salah satunya adalah dengan menginjeksikan plasma darah dari pasien corona yang sembuh (konvalesen) kepada pasien corona yang parah.
Menurut Doyle, metode penyembuhan dengan menginjeksikan plasma itu, yang bertujuan membentuk antibodi melawan virus dianggap berhasil untuk menangani pasien pada kasus SARS selama 2002-2004.
Inggris bersama sejumlah negara termasuk Prancis, Afrika Selatan, Italia, Jerman, Malaysia, serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan komitmennya untuk “Kesepakatan Akses – COV baru”.
Langkah yang disepakati pada 24 April 2020 ini bertujuan memastikan bahwa masyarakat dunia memiliki akses yang sama untuk vaksin dan perawatan virus corona, serta meningkatkan pasokan vaksin secara global, setelah disetujui penggunaannya, guna membantu mencegah datangnya gelombang kedua wabah COVID-19.
“Inggris sudah menjadi salah satu donor terbesar untuk respons global COVID-19 dan hari ini kami bangga untuk mendukung Ajakan Aksi WHO untuk menyatukan para mitra kesehatan global dalam mempercepat kemajuan penemuan vaksin untuk memerangi COVID-19,” kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab dalam keterangan tertulis yang disampaikan Kedubes Inggris di Jakarta, Selasa (28/4/2020).
Perjanjian global yang belum pernah terjadi sebelumnya antara organisasi kesehatan internasional dan negara-negara dunia ini dicetuskan Inggris pada pertemuan G20 bulan lalu, yang menyerukan agar negara-negara bekerja sama dalam memerangi COVID-19.
Inggris adalah salah satu pendukung terbesar dari upaya global untuk menemukan vaksin virus corona dengan menyediakan 250 juta poundsterling untuk penelitian internasional tentang penyakit ini kepada Centre for Epidemic Preparedness Innovations.
Inisiatif ini juga salah satu pendukung terbesar WHO dan Gavi, Aliansi Vaksin Global, yang mendistribusikan vaksin di negara-negara termiskin.
Ilmuwan Inggris di Universitas Oxford dan Imperial College London juga memimpin upaya untuk mengembangkan vaksin COVID-19. Uji coba kepada manusia dimulai minggu ini di Oxford, dan pemerintah telah memberikan dana 42,5 juta poundsterling untuk mendukung uji klinis di kedua institusi tersebut.
Inggris akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Respons Global Coronavirus pada 4 Mei mendatang, yang bertujuan mengumpulkan dana sebesar 7 miliar poundsterling untuk mengembangkan vaksin, perawatan, dan tes guna membantu mengakhiri pandemi virus corona.
Selain itu, Inggris juga akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi untuk Vaksin Global secara daring pada 4 Juni, untuk memastikan bahwa Aliansi Vaksin Dunia, Gavi akan didanai sepenuhnya dan memastikan akses yang setara untuk setiap vaksin bagi semua orang di dunia.
Menurut Menteri Inggris untuk Pembangunan Internasional Anne-Marie Trevelyan, keahlian dan pendanaan Inggris adalah upaya terdepan negara itu dalam menemukan vaksin dan perawatan virus corona, yang akan menyelamatkan nyawa di Inggris dan di seluruh dunia.
Menyusul seruan dari Perdana Menteri Boris Johnson tentang pentingnya kerja sama global dalam melawan pandemi ini, negara-negara lain juga telah mengikuti langkah Inggris dengan bekerja secara kolektif dalam perang melawan COVID-19.
“Memastikan vaksin, perawatan, dan teknologi tersedia di negara-negara yang paling rentan adalah penting guna mengakhiri pandemi, menjaga kita, dan seluruh dunia aman dari infeksi di masa depan,” kata Trevelyan.
Kesepakatan akses COV meliputi langkah-langkah antara lain, menyediakan akses ke perawatan, teknologi, dan vaksin baru di seluruh dunia; komitmen global terhadap penelitian dan mengkoordinasikan upaya mengatasi pandemi dan mengurangi infeksi; mengambil keputusan bersama untuk merespons pandemi, dengan mengakui bahwa penyebaran virus di satu negara bisa berdampak di semua negara.
Kemudian, belajar dari pengalaman dan menyesuaikan respons global serta bertanggung jawab kepada komunitas yang paling rentan dan seluruh dunia.
Sebagai bagian dari perjanjian ini, WHO juga mengumumkan penunjukan dua utusan khusus baru yaitu Sir Andrew Witty, mantan kepala produsen obat global terbesar Inggris, GSK, bersama dengan Dr. Ngozi Okonjo-Iweala, Ketua Dewan Gavi, untuk memimpin kerja sama global dalam penelitian vaksin dan membantu memastikan akses yang sama ke semua vaksin yang berhasil.
Hub akses-COV yang baru juga diumumkan oleh WHO untuk mendukung kerja sama dalam penelitian, pengembangan, dan produksi vaksin, perawatan, dan teknologi baru untuk memerangi virus corona. (net/lin)