Inggris sedang bersiap mengumpulkan darah para penyintas wabah virus corona jenis baru penyebab COVID-19 untuk menyelidiki kemungkinan penggunaan plasma mereka bisa membantu pasien lain untuk sembuh.
semarak.co -Lembaga penyedia layanan donor darah Inggris, seperti dikutip Reuters, NHS Blood and Transplant akan mempersiapkan pengambilan plasma darah tersebut. Menurut juru bicara itu, pihaknya kini bekerja sama dengan pemerintah dan semua lembaga yang relevan untuk mendapatkan persetujuan secepat mungkin.
“Kami membayangkan ini menjadi awal bagi pengujian sebagai kemungkinan perawatan COVID-19. Jika disetujui, pengujian ini nantinya akan menyelidiki apakah transfusi plasma darah orang yang sembuh bisa meningkatkan kecepatan pemulihan dan kesempatan bertahan hidup pada pasien COVID-19,” kata juru bicara NHS Blood and Transplant.
Secara global, virus corona jenis baru penyebab penyakit infeksi COVID-19 telah menjangkiti lebih dari 2,4 juta orang di seluruh dunia, yang 629 ribu pasien di antaranya berhasil sembuh sementara 165 ribu lainnya meninggal dunia.
Di bagian lain Pemerintah Inggris telah membeli 25 juta jas pelindung medis dari China dan sedang berupaya mencari lebih banyak pasokan pakaian pelindung medis dari seluruh dunia.
Upaya itu dilakukan pemerintah setelah beberapa rumah sakit memperingatkan bahwa persediaan mereka semakin menipis, kata Menteri Kebudayaan Oliver Dowden, Senin (20/4/2020).
“Kami telah membeli 25 juta jas pelindung medis dari China, yang akan segera masuk ke Inggris. Kami sedang berupaya untuk mendapatkan persediaan (dari negara-negara) di seluruh dunia,” ujar Dowden kepada LBC Radio.
Pemerintah Inggris juga mengatakan pihaknya memperkirakan 400.000 jas pelindung medis akan tiba dari Turki. Jas pelindung itu dikenakan oleh para petugas medis untuk melindungi mereka dari paparan virus corona baru selama bekerja di rumah sakit.
Sebelumnya, Pemerintah Inggris telah menghadapi kritik keras dari dokter dan petugas kesehatan karena kekurangan peralatan pelindung diri, termasuk masker, penutup muka, dan jas pelindung.
Pemerintah juga dikritik karena menyarankan bahwa beberapa jenis alat pelindung diri (APD) mungkin harus digunakan kembali jika persediaan habis.
Pemerintah dan badan perdagangan Inggris menyebut persaingan permintaan untuk persediaan APD dari negara-negara lain, yang juga dilanda krisis kesehatan global, sebagai alasan utama Inggris mengalami kekurangan APD. Banyak barang APD yang umumnya dibeli dari China. (net/lin)