Opini by Zeng Wei Jian
Pada bulan Juli 2019, Jepang dan 22 negara barat menulis nota kritik atas “Issue Uyghur” kepada UN Human Rights Council.
Namun ironic, nota kritik itu dibalas 50 negara, mayoritas negara muslim. Mereka nulis joint-letter membela Tiongkok. Nota Pembelaan dikirim kepada President UN Human Rights Council dan UN High Commissioner for Human Rights.
Sedari tahun 2017, Tiongkok dituduh melakukan pelanggaran HAM. Ada 100 ribu orang Uyghur yang ditahan extrajudicial dalam “re-education camps”.
Otoritas Tiongkok tolak kritikan dengan menyatakan kamp-kamp itu merupakan policy counterterrorism humanis dengan program vocational training daripada political re-education.
Element Anti-China grasa-grusu. Mereka koar-koar Tiongkok Anti Islam. Retardation membuat mereka Pro Separatis Uyghur.
Menurut Koran “The Diplomat”, Uyghur activities are curtailed but Hui Muslims are granted widespread religious freedom; therefore, Chinese government policy is directed against Uyghur separatism.
Religious freedom dinikmati Hui Muslim. Jumlah Hui Muslim yang naik haji selalu meningkat tiap tahun. After secondary education, China allows Hui students to study with an imam.
Masyarakat Uyghur yang tinggal di Turpan ngga punya masalah dengan policy Beijing. Restriksi hanya berlaku di Kashgar dan Hotan.
Antara tahun 1979 dan 1989, Pemerintah China membangun 350 masjid di Turpan. Anggota Uyghur Communist Party didorong merayakan hari raya Islam dan naik haji. Sampai tahun 1989, ada 20,000 masjid di Xinjiang.
Selain bangun masjid besar di Ürümqi, Pemerintah Tiongkok mengizinkan private Islamic school (Sino-Arabic schools) di berbagai area Muslim.
Separatis Uyghurs menghibur diri dengan “The rights of ancestry”. Mereka klaim wilayah Xinjiang milik nenek moyang Suku Turkic.
Padahal leluhur Turkic datang ke Xinjiang di abad ke 10 dan kawin-mawin with the locals; Han, Mongol, Tibetan. Sedangkan sedari tahun 200 SM, Wilayah Xinjiang merupakan rute Silk Road dan dikuasai oleh Dinasti Han.
Orang Uyghur ya Tionghoa. Hybrid antara Turkestan dan Han. Secara genetik, mereka lebih dekat ke Han dibanding antara Bangsa Papua dan Javanese. Konflik ditrigger oleh small group of Uyghur militants veteran Perang Afganistan melawan Northern Alliance.
Pulang ke Xinjiang ngga ada kerjaan. Nganggur. Dipake oleh Ex Pemimpin Partai Komunis Tiongkok Rabiya Kadeer untuk merebut sumber-sumber gas alam dan minyak. Mereka merilis ancaman terrorist attacks di Olympiade Beijing dengan senjata biologis dan kimia.
Pada tanggal 07 Februari 2018, Terri Moon dari U.S. Department of Defense merilis dokumen “U.S. Forces Strike Taliban, East Turkestan Islamic Movement Training Sites”.
Sejak itu, The East Turkestan Islamic Movement dikategorisasi sebagai organisasi terorist oleh Pemerintah Amerika dan Eropa.
Aktifitas teroris Uyghur meningkat sejak tahun 2012. Terinspirasi 9/11 attack, 6 orang Uyghur mencoba meng-hijack pesawat. Aksi mereka dipatahkan oleh penumpang, pilot dan awak pesawat. Sejak itu, berbagai aksi suicide bombers membunuh ratusan orang di berbagai kota.
Pada bulan Juli 2014, Uyghur knife-weilding Genk menyerang kantor polisi di Yarkant. Imam Masjid Terbesar di China yaitu Jume Tahir tewas ditusuk. Total korban 96 orang mati.
Dan Kang Mas Ahmad Dhani Prasetyo masih berkata, “TIONGKOK memang mau sapu ISLAM tidak hanya di TIONGKOK Tapi juga di Indonesia”.
THE END