Ima World Health memfasilitasi dialog lintas agama untuk membahas sungguh-sungguh daya dukung pencegahan stunting (kondisi gizi buruk pada anak dua tahun yang terjadi dalam waktu lama) dan mengapresiasi potensi jejaring lintas agama di Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat prevalensi stunting pada balita yang tinggi, yaitu 37,2%
Ima World Health, mitra pelaksana Kampanye Gizi Nasional dalam PKGBM Cegah Stunting berupaya menggalang kemitraan kerja dengan beragam pihak LSM, organisasi profesi, kelompok masyarakat, swasta, pers serta kelompok berbasis agama. Baik di tingkat komunitas hingga nasional sejak 2016. Salah satu hal menarik mengemuka dalam upaya bersama itu adalah peran tokoh agama, tokoh masyarakat serta lembaga agama dalam pendidikan internal kelembagaan, publik serta advokasi kebijakan.
Majelis Tarji Muhammadiyah Wawan Gunawan mengatakan, ada kesepakatan dari masing-masing agama untuk membawa misi menyiarkan upaya mencegah stunting. Seperti dalam Islam, kata Wawan, setiap ustadz dibekali pengetahuan atau wawasan tentang gizi buruk pada anak atau stunting setiap dalam ceramahnya. Baik di masjid-masjid maupun ceramah umum lainnya. Tidak menjadi ceramah utama, tapi cukup diselipkan.
“Kami berharap para tokoh agama dari semua agama di Indonesia agar akan menjalankan kampanye ini. Kampanye ini tentu bekerjasama dengan pemerintah pusat, terutama kementerian terkait dan pemerintah daerah,” ujar Wawan di sela jeda istirahat siang acara dialog lintas agama di kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat yang digelar IMA World Health, Selasa (14/11).
Ketua Lembaga Studi dan Pengembangan Sinode Gereja Kristen Jawa Jakarta (GKJ) dan Pendeta Yoel M Indrasmoro mengatakan, nantinya dialog lintas agama ini untuk menyatukan persepsi atau kesamaan pandang yang akan disalurkan kepada semua penceramah. “Sebenarnya kampanye atau syiar-syiar tentang stunting sudah berjalan. Dialog lintas agama ini lebih semacam evaluasi dan menjadikan rekomendasi untuk jadi panduan para pendeta di lapangan. Karena ini bekerja sama dengan kementerian, seperti Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Perempuan dan Kebudayan,” imbuh Indrasmoro.
Team leader Ima World Health M Ridwan Hasan menambahkan, keterlibatan kalangan organisasi keagamaan dan tokoh agama dalam menangani kesehatan masyarakat amat diperlukan. Dalam isu cegah stunting , keterlibatan Fatayat NU dan Nasyiatul Aisyiyah, bisa menjadi pengalaman yang dapat dibagikan pada pelibatan organisasi keagamaan lainnya.
“Dalam dialog lintas agama itu, para tokoh agama menyampaikan pesan-pesan tentang cegah stunting dengan pedoman yang telah disusun sebelumnya. Dalam dialog Lintas Agama ini juga membahas problem penanganan stunting dan pengalaman yang pernah dilakukan di lapangan,” ujar Ridwan dalam rilisnya.
Selanjutnya diharapkan, para tokoh agama dan organisasi keagamaan akan lebih banyak terlibat lagi dalam ajakan cegah stunting demi masa depan anak negeri. “Bangsa ini akan kehilangan generasi yang cerdas, jika stunting tidak ditangani dengan serius,” ujarnya.
Saat ini, hampir sembilan juta, atau lebih dari sepertiga balita di Indonesia stunting. Di Asia Tenggara, hanya Laos, Kamboja dan Timor Leste yang memiliki angka stunting lebih tinggi dari Indonesia. Di Indonesia, lima provinsi dengan angka stunting tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (51,73 %), Sulawesi Barat (48 %), Nusa Tenggara Barat (45,26 %), Kalimantan Selatan (44,24 %), dan Lampung (42,63 %).
Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat prevalensi stunting pada balita yang tinggi yaitu 37,2% (Riskesdas 2013). Namun untuk menanggulangi itu, Indonesia juga telah menunjukkan komitmen sungguh-sungguh dengan bergabung dalam Scaling Up Nutrition (SUN) Movement serta menerbitkan Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 perihal Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
Dalam semangat kerja percepatan itu, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan beragam upaya, di antaranya Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) untuk Cegah Stunting. Semua upaya itu dilaksanakan melalui pendekatan kerja dengan banyak pihak (pemerintah, swasta dan masyarakat), multitingkat (nasional, provinsi, kabupaten, kecamatan, desa dan rumah tangga) dan multisektor. (lin)