Bangkitnya trah HM. Soeharto terjun di dunia politik barangkali tidak lepas dari keberanian sang penggagas HM. Jusuf Rizal yang sejak tiga tahun lalu getol membangkitkan kepercayaan publik terhadap Hutomo Mandala Putra (HMP) sebagai putra Presiden RI ke-2 HM. Soeharto untuk tampil menjadi pemimpin. Kini Tommy Soeharto telah memimpin Partai Berkarya dan memjadi Partai Peserta Pemilu 2019 dengan nomor urut 7.
Jusuf Rizal, pria berdarah Madura-Batak itu mengelilingi Indonesia untuk menyerap suara rakyat. Menggaungkan nama Tommy Soeharto serta keberhasilan pembangunan di era kepemimpinan HM. Soeharto. Tentu membangkitkan produk orde baru tidaklah mudah. Tidak jarang Jusuf Rizal dicibir dianggap antek orde baru dan terima uang puluhan milyar dari Tommy Soeharto.
“Saya memang dicap sebagai antek orde baru. Tapi saya katakan saya termasuk ikut dalam reformasi menurunkan pak Harto dengan harapan orde reformasi memberi perubahan yang lebih baik, adil, makmur dan sejahtera. Tetapi seperti yang kita lihat dan rasakan orde reformasi telah gagal. Berbagai perubahan justru tidak terlalu baik bagi kemajuan bangsa,” tegas pria yang juga menjabat Presiden LSM LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) itu.
Rupanya hujatan tidak lantas membuatnya putus asa. Banyak yang mencibir dan menilai apa yang dilakukannya hanya untuk memperoleh uang dan jabatan dari Tommy Soeharto. Tetapi semua itu dibantahnya. Menurut Jusuf Rizal, ia tidak pernah meminta uang serta tidak pernah menerima uang sepeserpun dari Tommy Soeharto atau keluarga Cendana hingga saat ini.
Begitu juga bicara jabatan. Tidak membuatnya silau, terbukti saat HM. Jusuf Rizal menjadi Direktur Blora Center (Tim Relawan SBY-JK for Presiden 2004). Ketika SBY menjadi Presiden, Ia tidak pernah minta jabatan dan tidak sepeserpun dibantu SBY.
Begitu juga ketika Pilpres 2009, ia mendirikan The President Center membuat GSP (Gerakan Satu Putaran) mendukung SBY-Boediono. SBY juga tidak pernah memberinya jabatan falam pemerintahan. Artinya selama 10 tahun SBY memimpin Indonesia, HM. Jusuf Rizal tidak pernah dibantu SBY dan diberi jabatan.
“Saya membantu dengan tulus. Jika tidak diberi kepercayaan, berarti saya dianggap tidak punya kapasitas dan kapabilitas. Kalaupun saya tidak terpakai atau tidak disukai karena bicara kebenaran, biarlah. Yang penting Allah tidak benci saya. Prinsip saya Berpikir, Bekerja, Berjuang, Beribadah dan Bersedekah. Amar ma’ruf nahi munkar,” tegasnya Jusuf Rizal dalam rilisnya, baru-baru ini.
Dengan niat tulus itulah, Jusuf Rizal terus bergerak menaikkan elektabilitas Tommy Soeharto yang tidak bisa dipisahkan oleh keberhasilan orang tuanya yang dijuluki sebagai Bapak Pembangunan. Ia membentuk ormas Parsindo (Perisai Swara Rakyat Indonesia) mengusulkan HM.
Soeharto menjadi pahlawan nasional dan sekaligus mendorong Tommy Soeharto Capres 2019. Kemudian membangun jaringan keberbagai daerah dibseluruh nusantara tanpa dibantu Tommy Soeharto.
Keluarga Cendana
Pelan tapi pasti mulai banyak rakyat yang bersimpati. Tommy Soeharto dan keluarga Cendana pun yang sebelumnya masih belum pede tampil, pelan-pelan mulai tampil serta hadir di media sosial. Kemudian untuk memperkuat itu, HM. Jusuf Rizal membentuk Partai Politik PARSINDO (Partai Swara Rakyat Indonesia) dengan jaringan LSM LIRA, serta serikat pekerja yang dimilikinya.
“Saya bertemu Tommy Soeharto dan bicara visi kedepan. Karena itu beliau memberi arahan Partai Parsindo juga bergerak serta Partai Berkarya. Tapi dalam proses verifikasi KPU meski jaringan Partai Parsindo kuat dan beberapa partai diragukan jaringannya, barangkali karena kalah loby dan kogistik, Partai Parsindo melalui PTUN kalah,” cerita Jusuf Rizal
Setelah itu dalam pertemuan dengan Tommy, lanjut pria yang juga menjabat Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) itu, kami menyatukan visi untuk bergerak bersama bagi Indonesia yang lebih baik melalui Partai Berkarya yang sudah diketuainya. Sebagai Ketua Umum Partai Berkarya, Tommy Soeharto mau menperkuat jaringan kebawah.
Ia tidak mau masuk Partai Berkarya dan memilih diluar agar dapat bertindak objektif. Jusuf Rizal kemudian menggagas Relawan Tommy Soeharto The Indonesia Center. Kemudian Jusuf Rizal mengumpulkan jaringan relawan HM. Soeharto turut memperkuat Partai Berkarya di daerah. Bergerak silent operation (operasi senyap). Kini The Indonesia Center sudah membuka jaringan di berbagai propinsi dan kabupaten kota.
“Untuk posko The Indonesia Center, Tommy Soeharto menyiapkan tempat bergerak dan menjadi pusat komando nasional Indonesia Center di Jl. Proklamasi 36, Menteng, Jakarta Pusat (Didepan Megarai). Itu rumah milik Titiek Soeharto seluas 3000 M. Saya sudah kesana, tapi mengingat tempatnya butuh rehab, sementara kami mencari donatur dulu untuk perbaikan. Posko sementara di Gedung Gajah Sahardjo,” tegas penggiat anti korupsi itu
Menurutnya, The Indonesia Center sendiri adalah lembaga relawan yang ingin melanjutkan cita-cita besar Soekarno dan keberhasilan pembangunan seperti era Presiden HM. Soeharto. Menjadi Rumah Persaudaraan Nusantara (RPN) yang mengajak setiap orang dapat bergabung, baik loyalis Soeharto, Soekarno maupun masyarakat umum tanpa membedakan suku, ras, golongan, budaya, agama maupun latarbelakang politik. Sekaligus melebarkan sayap Partai Berkarya.
The Indonesia Center mempersiapkan calon-calon pemimpin besar yang dapat melanjutkan cita-cita besar Soekarno-Soeharto untuk didukung menjadi Capres-Cawapres 2024 guna memberikan perubahan.
“Lembaga ini juga akan menyampaikan informasi yang benar tentang keberhasilan Pak Harto selama memimpin Indonesia (10 Keberhasilan Pak Harto untuk diketahui kaum milenial) serta mengenalkan visi misi Tommy kedepan agar lebih merakyat dan kehadirannya dirasakan oleh rakyat.
“Nanti berbagai program kerakyatan akan didorong digulirkan oleh Indonesia Center. Menghidupkan kembali GBHN, Repelita, Kelompencapir, Gerakan Disiplin Nasional, Memasyatakatkan olahra dan Mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Membangun generasi muda yang berkarya. Tentu banyak kegiatan yang bertujuan membangun diberbagai sektor,” ujarnya
Jusuf Rizal menyebutkan berdasarkan hasil jejak pendapat di masyarakat masih banyak yang merundukan era seperti zaman Pak Harto. Untuk itu mereka berharap Tommy Soeharto melalui Partai Berkarya bisa memberikan jawaban atas kerinduan masyarakat.
Karena itu pulalah sumberdaya manusia (SDM) Partai Berkarya harus benar-benar bagus dalam merespon keinginan masyarakat. Jangan sampai yang tidak punya visi besar disuruh memegang kendali partai.
“Semua itu tergantung Tommy Soeharto dan keluarganya. Saatnya mereka diuji oleh waktu dan rakyat. Apakah mereka mampu membangkitkan kejayaan trah Soeharto (Cendana) atau tidak.
Menjaga nama baik keluarga dari hal-hal buruk yang dapat menciderai citra dan elektabilitas Partai Berkarya. Turun kebawah dan tentu saja harus siap dengan logistik yang cukup membangun programnya. Sebab tidak ada yang cuma-cuma,” tegas pria yang juga praktisi komunikasi itu. (lin)