Oleh Anonym *
semarak.co-Buat yang mau menjalankan ibadah puasa syawal bisa dimulai besok hari Kamis 12 Mei – 17 Mei 2022 sekalian puasa Senin Kamis dan Ayyamul Bidh. Puasa sunnah Ayyamul Bidh di Bulan Mei 2022 ini jatuh pada tanggal berikut ini:
* Sabtu 14 Mei 2022
(13 Syawal 1443 H) *
* Minggu 15 Mei 2022
(14 Syawal 1443 H) *
* Senin 16 Mei 2022
(15 Syawal 1443 H) *
Alhamdulillah umat muslim dapat mengerjakan dua malah tiga ibadah puasa sunnah sekaligus, yaitu puasa Syawal dan puasa Ayyamul Bidh dan Senin Kamis. Semoga kita selalu sehat dan dimudahkan untuk bisa menjalankan ibadah puasa tersebut dengan mengharapkan ridha Allah. Aamiin yaa Rabbal aalamiin.
12 Mei- Puasa Kamis dan Puasa Syawal – 1
13 Mei – Puasa Syawal – 2
14 Mei- Puasa Syawal – 3 n Puasa Ayyamul Bidh tgl 13
15 Mei – Puasa Syawal – 4 n Puasa Ayyamul Bidh tgl 14
16 Mei – Puasa Syawal – 5 Puasa Ayyamul Bidh tgl 15 + Puasa Senin
17 Mei – Puasa Syawal – 6
Adapun tata cara puasa Syawal tidak jauh berbeda dengan tata cara puasa Ramadhan atau pun tata cara puasa sunnah lainnya. Dimulai dengan niat, kemudian makan sahur, menahan lapar dan dahaga mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, lalu diakhiri dengan buka puasa. Perbedaannya terdapat pada sifat niat dan pelaksanaan puasa enam hari di bulan Syawal.
Niat puasa Syawal
Pada bab Pengertian Puasa Syawal telah dijelaskan bahwa puasa enam hari di bulan Syawal adalah bagian dari puasa tathawwu. Sehingga, hukum yang berlaku pada puasa sunnah ini mengikuti hukum yang berlaku pada puasa tathawwu, termasuk dalam hal niat.
Pertama, kapan niat puasa Syawal dilakukan? Para ulama menjelaskan, pada puasa enam hari di bulan Syawal tidak ada syarat untuk melakukan niat pada malam hari menjelang puasa. Ini adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan Hanafiyah sebagaimana dikutip dalam kitab Tabyin al-Haqaiq (1/313).
Ulama dari kalangan Syafi’iyyah sebagaimana dikutip dalam kitab Al-Majmu’ (6/302), dan ulama Hanabilah sebagaimana dikutip dalam kitab Al-Inshaf (3/211) dan Al-Mughni (3/113). Dalilnya, hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata:
دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ
“Suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke rumah.”
فَقَالَ: هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ؟
Lalu beliau bertanya, “Apakah engkau memiliki suatu makanan?”
فَقُلْنَا: لَا
Lalu kami menjawab, “Tidak.”
قَالَ: فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ
Beliau pun bersabda, “Kalau begitu, aku puasa.” (HR. Muslim No. 1153)
Kedua, bolehkah melakukan niat puasa Syawal di siang hari? Para ulama menjelaskan, siapa pun yang ingin puasa tathawwu’ ia boleh melakukan niat di siang hari, baik sebelum matahari tergelincir atau pun setelahnya. Dengan syarat, sejak terbit matahari, ia sama sekali belum makan atau minum.
Ini adalah pendapat mazhab Hanbali (Al-Inshaf, 3/211), satu pendapat dalam mazhab Syafi’i (Al-Majmu’, Imam an-Nawawi, 6/292), Imam ats-Tsauri (Al-Istidzkar, Ibnu Rajab, 10/35), dan Ibnu Taimiyah (Majmu’ al-Fatawa, Ibnu Taimiyah, 25/120)
Dalilnya adalah hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha sebagaimana yang disebutkan sebelumnya. Jadi, jika tiba-tiba di siang hari seseorang berniat untuk puasa Syawal, dan dia belum makan atau minum sejak terbit fajar, maka puasa Syawal pada hari tersebut adalah sah.
Ketiga, apakah harus melakukan niat puasa Syawal secara khusus (ta’yin niyat)? Para ulama fikih sepakat, tidak ada syarat harus melakukan niat puasa Syawal secara khusus. Puasa Syawal tetap sah dengan niat mutlak. Namun jika ingin melakukan niat secara khusus, maka itu lebih baik. (Hasyiyah Ibnu Abidin, 2/87; Tabyin al-Haqa-iq, 1/316; Mawahib al-Jalil, 1/515; Al-Majmu’, 7/295; Al-Qalyubi, 2/53; Al-Inshaf, 3/293)
Rajinlah Ibadah Meskipun di Luar Ramadhan
Di antara yang perlu kita koreksi dalam diri kita sendiri adalah betapa rajinnya kita di bulan Ramadhan ini untuk melaksanakan berbagai macam amal ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Akan tetapi, di luar bulan Ramadhan, semua itu sirna, hampir tanpa bekas.
Tidak perlu menunggu sampai akhir bulan Syawal, shalat jamaah subuh tanggal 1 Syawal pun masjid kembali sepi seperti semula. Kita yang rajin shalat malam di bulan Ramadhan, setelah Ramadhan berlalu, kita pun meninggalkannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingatkan agar kita tetap menjaga kontinuitas shalat malam.
Dari sahabat ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu Ta’ala ‘anhu, beliau berkata,
يَا عَبْدَ اللَّهِ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ، فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai ‘Abdullah, janganlah Engkau seperti fulan. Dulu dia rajin mendirikan shalat malam, lalu sekarang dia meninggalkan shalat malam.” (HR. Bukhari no. 1152 dan Muslim no. 1159).
Demikian pula dengan ibadah puasa. Di bulan Ramadhan, kita berpuasa sebulan penuh, kecuali sebagian kaum muslimin yang memang memiliki ‘udzur syar’i sehingga boleh tidak berpuasa.
Sebagaimana kita rajin berpuasa di bulan Ramadhan, hendaknya kita juga tetap melaksanakan ibadah puasa sunnah di luar bulan Ramadhan. Banyak sekali ibadah puasa sunnah yang bisa kita kerjakan, baik itu puasa Syawal, puasa Senin dan Kamis, dan seterusnya.
Referensi:
🌏 muslim.or.id
🌏 Web resmi (ittiba.or.id)
*) anonym artinya artikel ini menjadi pesan berantai tapi tanpa ada nama penulis.
sumber: WAGroup PERKOKOH PERSATUAN MUSLIM (postSenin9/5/2022/hasansuwanto77@gmail.com)/WAGroup INDAHNYA NIKMAT ISLAM (postSenin9/5/2022/)/WAGroup PERKOKOH PERSATUAN MUSLIM (postSenin9/5/2022/