Hadiri Dicoding Connect 2025, Wamenekraf: Indonesia Harus Jadi Kreator, Bukan Hanya Pasar Digital

Wamenekraf saat menjadi keynote speechnya acara Dicoding Connect 2025, Plataran Senayan, Kamis (20/02/25).

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Wamenekraf/Wakabekraf) Irene Umar menekankan pentingnya penguasaan bahasa asing, terutama dalam dunia digital.

Semarak.co – Menurut Irene, keterbatasan dalam berbahasa Inggris masih menjadi tantangan bagi banyak masyarakat Indonesia.

Bacaan Lainnya

“Kita harus belajar berbahasa agar dapat memajukan Indonesia. Kita harus relevan dengan dunia luar agar Indonesia tidak hanya dipandang sebagai pasar, melainkan mampu menjadi kreator,” ujar Irene pada acara Dicoding Connect 2025, dirilis humas usai acara melalui WAGroup, Kemenekraf Siaran Pers, Jumat (21/2/2025).

Acara ini diselenggarakan oleh Dicoding Indonesia untuk mempertemukan para developer, mentor, dan pelaku industri teknologi dalam satu forum interaktif.

Melalui acara ini, peserta dapat berdiskusi, berbagi pengalaman, serta membangun jaringan dengan sesama profesional di bidang teknologi.

Irene mengungkapkan, program Kemenekraf dalam mendorong dunia digital, salah satunya melalui program “Emak-Emak Matic” (Emak-Emak Melek Teknologi). Program ini bertujuan menjangkau ibu rumah tangga dan mereka yang tidak memiliki akses ke pendidikan tinggi.

“Sejak diluncurkan tahun lalu, program ini telah berjalan di enam kota dan ditargetkan menjangkau 40 kota pada 2025,” jelasnya.

Dengan kekuatan emak-emak, program ini akan terus dikembangkan dan menjangkau lebih banyak kota pada 2025.

Selain itu, Irene juga menyoroti kehadiran ‘Global Game Jam’ pada Januari lalu, di mana dalam 48 jam para developer berhasil menciptakan prototipe gim yang diaktivasi di 12 kota di Indonesia. Hasil prototipenya akan dikembangkan dan diadaptasi di ruang-ruang publik.

CEO Dicoding Narenda Wicaksono mengungkapkan, ada dua tantangan utama dalam industri digital di Indonesia. Pertama, sebagai negara yang luas, potensi ekonomi Indonesia tersebar di berbagai pulau, sehingga membutuhkan lebih banyak talenta digital di berbagai wilayah.

Kedua, kontribusi kecerdasan buatan (AI) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih di bawah negara maju.

Ia menyampaikan, kontribusi sektor teknologi informasi (IT) terhadap PDB Indonesia saat ini berada di angka 4,34 persen. Sedangkan  di negara maju seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, angka tersebut berkisar antara 8-10 persen.

“Kita perlu meningkatkan digitalisasi, baik dalam jumlah maupun kualitas talenta digital. Dicoding akan terus berkolaborasi dengan berbagai kementerian, termasuk Kemenekraf, untuk mempercepat pertumbuhan industri digital di Indonesia,” tambahnya. (hms/smr)

Pos terkait