Elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terus mengalami tren kenaikan sangat signifikan. Jika tren ini terus terjaga hingga 2024, Anies diperkirakan akan menjadi salah satu calon kuat pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
semarak.co-Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga menganalisa, peluang Anies akan semakin besar memenangkan kontestasi presiden pada Pilpres 2024 bila dipasangkan dengan calon wakil presiden (cawapres) yang tepat.
“Salah satu yang berpeluang mendampingi Anies tentulah Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY yang belakangan ini elektabilitasnya juga terus meningkat,” ungkap Jamiluddin seperti dilansir wartaekonomi.co.id/Kamis kemarin, 08 Juli 2021, 09:58 WIB.
AHY menjadi pilihan, lanjut Jamiluddin, karena tampaknya lebih bisa diterima pendukung fanatik Anies. Kehadiran AHY selain tidak mengganggu soliditas pendukung Anies, gerbong pendukung AHY juga dapat menyatu dengan mereka.
Jadi, kalau Anies dan AHY berpasangan, duet ini akan sangat kompetitif. Dua sosok muda ini berpeluang besar mengalahkan Prabowo yang elektabilitasnya cenderung statis. “Lagi pula, sebagian masyarakat sudah jenuh dengan tokoh tua. Anak negeri tampak sudah menginginkan sosok muda untuk memimpin negeri tercinta,” tuturnya.
Mantan Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta ini mengakui, tingginya elektabilitas Anies tampaknya berkaitan dengan kinerjanya yang apik selama menjadi Gubernur DKI Jakarta. Prestasi nasional dan internasional banyak dicapainya selama menjabat gubernur.
“Jadi, selama Anies dapat menjaga kinerjanya hingga 2022 dan tidak tergelincir pada perbuatan tercela, diperkirakan elektabilitasnya akan stabil. Bahkan tidak menutup kemungkinan elektabilitasnya semakin meroket bila prestasinya makin berderet,” ulasnya.
Sebagian pihak memang memperkirakan elektabilitas Anies akan anjlok setelah tidak menjabat gubernur pada 2022. Anies dinilai sudah tidak punya panggung lagi, minimal untuk mempertahankan elektabilitasnya.
Namun, kata Jamiluddin, perkiraan itu tampaknya tidak akan terjadi pada Anies. Sebab, Anies termasuk sosok yang kreatif menciptakan isu sehingga untuk mendapatkan publikasi dari media bukanlah sesuatu yang sulit baginya.
Anies juga sosok yang lihai mendompleng isu-isu aktual di media. Ia akan masuk ke berbagai isu sehingga media suka tidak suka akan menjadikannya sebagai salah satu narasumber pemberitaannya. Hal ini akan membuat Anies terus mendapat publikasi dari media.
Selain itu, Anies juga sudah memiliki banyak relawan. Salah satunya, Mileanies 2024. Relawan ini sudah menyiapkan banyak titik untuk menjadi panggung bagi Anies setelah tidak menjabat gubernur.
“Jadi, setelah Anies tidak menjadi gubernur, ia justru akan semakin leluasa bersafari ke penjuru tanah air. Anies dapat memanfaatkan waktu dua tahun untuk mensosialiaasikan dirinya lebih intens ke masyarakat,” paparnya.
Kalau semua itu dapat dilakukan Anies dengan baik, nilai dia, maka elektabilitasnya akan tetap moncer hingga pencalonan presiden dan wakil presiden. Berbekal elektabilitas yang moncer inilah yang akan menyulitkan partai politik menolak mengusung Anies pada Pilpres 2024.
Seperti diketahui, dari berbagai survei nasional, elektabilitas Anies moncer. Elektabilitasnya konsisten di tiga besar. Elektabilitas Anies selalu bersaing ketat dengan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Sementara dari hasil survei Voxpol Center menyebut capres dari kalangan ulama ada tiga tokoh. Adalah Ustaz Abdul Somad (UAS), Habib Rizieq Shihab (HRS), dan Abdullah Gumnastiar atau dikenal Aa Gym.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, survei itu mencoba mengecek ombak atau melakukan testing menggunakan klaster tokoh ulama secara Top Of Mind belaka.
Adapun pertanyaannya, rinci Pangi, jika pemilihan presiden dilaksanakan hari ini, dari nama-nama tokoh ulama, siapakah calon presiden yang akan Anda pilih. Abdul Somad paling tinggi sebanyak 6,8%, Habib Rizieq Shihab 2,9%, Aa Gym 2%, dan Ma’ruf Amin 2%, lainnya di bawah 2%.
“Kita tak menyodorkan namanya, mereka (responden) memilih nama-nama tersebut meski angka jawaban tak tahu atau tak menjawabnya cukup tinggi, sebanyak 75,2%. Mungkin bagi mereka, ulama tak cocok jadi presiden,” kata Pangi, di Jakarta, Sabtu (3/7/2021) seperti dilansir wartaekonomi.co.id/Minggu, 04 Juli 2021, 15:30 WIB.
Survei Voxpol Center itu dilakukan selama 10 hari sejak 22 Juni-01 Juli 2021. Metodenya wawancara melalui telepon sebanyak 32.009 nomor handphone. Survei dengan metode multistage random sampling memperhatikan proporsionalitas antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di tiap provinsi. (net/war/smr)