Bank BNI Syariah sudah menyiapkan strategi untuk menghadapi era disrupsi. Era disrupsi ini terjadi ditunjukkan dengan perubahan yang cukup cepat dan mengganggu eksisting bisnis. Disrupsi bukan hanya mengubah cara berbisnis melainkan fundamental bisnis.
Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah, Wahyu Avianto mengatakan, untuk perbankan salah satu disrupsi ditunjukkan dengan mulai bermunculan perusahaan keuangan digital atau fintech yang mulai menggerus fungsi bank.
“Dengan dukungan teknologi dan jaringan BNI Incorporated, BNI Syariah siap memberikan layanan yang terbaik,” kata Wahyu dalam acara talkshow Republika Café CEO 2019 dengan tema “Benarkah Disrupsi Mematikan Bisnis” di D’consulate Wahid Hasyim, Jakarta, Jumat (22/3).
Untuk menghadapi era disrupsi ini, lanjut Wahyu, BNI Syariah mengoptimalkan pengembangan digital. Dari sisi pengembangan digital, lanjut Wahyu, BNI Syariah terus bertransformasi untuk memberikan berbagai kemudahan bagi masyarakat.
Selain itu, lanjut dia, secara umum untuk menghadapi era disrupsi, BNI Syariah terus melakukan adaptasi dan kolaborasi. Bank juga melakukan transformasi baik dari sisi SDM maupun infrastruktur baik perangkat lunak dan perangkat keras.
Tahun ini, kata dia, BNI Syariah menekankan pengembangan digital untuk ekosistem halal. Digitalisasi halal ekosistem dilakukan dengan beberapa langkah strategis. Selain itu, BNI Syariah tergabung sebagai anggota AFSI (Asosiasi Fintech Syariah Indonesia).
“Sekaligus mensupport kebutuhan penggunaan fitur-fitur payment/transfer bank yang digunakan oleh para startup/fintech untuk mendukung pengembangan ekosistem halal syariah,” rincinya.
Dengan strategi tersebut diharapkan bank bisa mengantisipasi risiko disrupsi yang berpotensi menyebabkan kemunduran bisnis. BNI Syariah juga terus meningkatkan kualitas layanan seperti himbauan shalat tepat waktu di seluruh kantor cabang BNI Syariah dan menghapuskan sistem denda. (lin)