Di tengah Pandemi virus corona jenis baru penyebab Covid-19, Perusahaan umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) melaksanakan mandat pendistribusian bantuan beras kepada masyarakat terdampak virus Corona. Pendistribusian beras bantuan itu mampu menstabilkan harga pangan pokok itu di pasaran.
semarak.co– Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengemukakan saat kunjungan silaturahim ke Sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat di Gedung Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (7/7/2020).
Selain berdiskusi, dalam kunjungan silaturahim tersebut, Awaludin secara simbolis menyerahkan bantuan paket sembako kepada Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari. Paket berupa beras, minyak tanah, telur, dan bahan pangan lainnya itu akan disalurkan PWI Peduli kepada korban terdampak Covid-19.
Adapun total bantuan tersebut senilai Rp20 juta. Prioritas penerima terutama kalangan keluarga wartawan yang perekonomian keluarganya terdampak wabah corona yang kini telah menjangkau 215 negara menurut catatan situs www.waldometers.
Awaluddin mengatakan, saat pandemi corona ini, keberadaan dan kiprah Bulog makin terlihat dan dirasakan oleh masyarakat. Ini juga berkat dukungan pemberitaan yang luas dari rekan-rekan wartawan.
“Di wilayah DKI Jakarta, misalnya, dalam waktu singkat Bulog dapat mendistribusikan beras bantuan presiden yang ditugaskan kepada Bulog dua pekan sebelum dan dua pekan setelah Lebaran Idul Fitri 1441 H,” kata Awaludin dikutip media online ibu yang di share pada WA Group Pleno PWI DKI 2019-2024, Selasa malam (7/7/2020).
Pendistribusian beras oleh Bulog itu, kata Awaluddin, terbukti dapat mengurangi tekanan terhadap pasar sehingga tidak bergejolak. Hal itu tampak dari stabilnya stok dan harga pangan, khususnya beras, pada masa menjelang dan setelah Idhul Fitri 1441 H pada akhir Mei silam.
Bersamaan itu, sejumlah wilayah sedang gencar-gencarnya menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sesuai kebijakan pemerintah pusat terkait virus corana yang melanda Indonesia sejak pertengahan Maret 2020.
“Biasanya, pada masa-masa menjelang dan setelah Lebaran terjadi gejolak pasar yang ditandai dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok. Alhamdulillah, kali ini distribusi pangan lancar-lancar saja dan stok tetap terjaga,” kata Awaludin.
Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari menyatakan, pihakya sangat mengapresiasi kepedulian Bulog untuk berbagi kepada para korban terdampak Covid-19, terutama dari kalangan keluarga wartawan.
“Kepedulian itu, patut diapresiasi di tengah ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir. Bantuan Bulog ini sangat berarti bagi wartawan dan keluarga wartawan yang terdampak Covid-19. Kita tidak tahu sampai kapan wabah ini akan berakhir,” ujar Atal.
Posisi Strategis Wartawan dan Media Jurnalistik
Awaludin mengakui wartawan dan media jurnalistik tempat mereka bekerja punya posisi strategis dalam menenangkan masyarakat sehingga tidak terjadi kegaduhan yang tak berdasar.
Dalam banyak kasus, nilai dia, kepanikan masyarakat dalam menyikapi suatu keadaan, seperti stok pangan, lebih banyak dipicu oleh faktor psikologis ketimbang kondisi pasar atau kenyataan di lapangan.
“Misalkan ketika diberitakan stok pangan tinggal sekian. Masyarakat panik sehingga terjadi gejolak pasar. Padahal, sesungguhnya yang terjadi selama ini ialah bahwa berkurangnya stok pangan di pasar masih tergolong aman dan dan kenaikan harga yang terjadi itu lantaran mengikuti hukum pasar,” terang Awaluddin.
Kepanikan itu yang sesungguhnya memicu gejolak pasar. Belum lagi jika ada oknum tertentu yang memainkan kondisi psikologis masyarakat itu. Dia mengimbau masyarakat tidak perlu panik dalam menyikapi peristiwa semacam itu.
“Karena sesaui mandat yang dituagaskan pemerintah, Bulog mati-matian menjaga distribusi, kualitas, dan stok pangan, khususnya beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Awaluddin didampingi Staf Khusus Bulog Benny S Butarbutar dan Tim Humas Bulog yang dipimpin Kabag Humas Bulog Tomi Wijaya.
Dalam pandangannya, harga pangan pokok sesungguhnya dapat dikendalikan. Pertama, konsumsi pangan, khususnya beras, oleh masyarakat relatif flat alias stabil. Kedua, masa panen dan jumlah produksinya dapat diprediksi.
“Dengan begitu, pengaturan distribusi dan stok dapat dilakukan secara baik sehingga dapat mengurangi gejolak pasar dan kepanikan masyarakat yang dilandasi aksi-aksi spekulatif,” ujar Awaluddin.
Sementara itu, Atal Depari mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam mengendalikan stok dan harga pangan agar tetap terjangkau oleh masyarakat tanpa terjadi kepanikan dan gejolak pasar seperti yang terjadi bagai siklus rutin pada periode tertentu selama ini.
Menurut Atal, gejolak seperti itu bukan hanya merugikan masyarakat selaku konsumen melainkan juga para petani sebagai produsen pangan. “Saya kira, Bulog perlu diberikan mandat dan kesempatan untuk juga mengelola sektor pertanian sebagai corporate farming selaku BUMN,” saran Atal.
Bulog, kata dia, perlu didukung instrumen yang memadai agar mampu menjalankan mandat pemerintah untuk mengamankan sektor hulu-hilir pangan, khususnya beras atau padi, jagung, dan kedelai (Pajale). (smr)